3. Jangan panggil namanya

4.4K 452 80
                                    


Gojou memasuki ruang penahanan Yuuji dan menemukan muridnya itu duduk di lantai, membungkuk dan menatap dinding disana, tampak melamunkan sesuatu.

"Yo, Yuuji", dia menyapa dengan ceria.

Yuuji langsung mendongakkan kepalanya dan menanyakan hal yang ada di pikirannya. "Sensei, aku pikir aku akan dieksekusi besok. Tidak jadi ?"

"Perubahan rencana," kata Gojou, menjatuhkan tubuhnya untuk berbaring di sebelah muridnya itu.

Setelah satu pandangan yang lama, muridnya itu berteriak. "Benarkah ?"

Gojou tersenyum ceria dan mengangguk. Akan sangat mudah untuk membunuh Yuuji sekarang dan mengakhiri hidup pria yang diduga sudah menyentuh Megumi itu, tapi dia menahan diri. Lagipula dia juga cukup menyayangi Yuuji sebagai murid. "Ya. Karenaku kau tidak akan di-eksekusi. "

Wajah Yuuji masih benar-benar bingung tapi aura cerianya kembali. Pria itu berdiri dengan senyuman lebar sebelum mengucapkan terima kasih kepada gurunya itu.

"Ikuti aku," Gojou menginstruksikan, masih berdiri di ambang pintu. "Dan bertindak normal saja, seperti kau tidak hampir mati besok."

Mereka berjalan melewati lorong-lorong tanpa gangguan. Bagaimanapun, tidak ada yang berani menghentikan jujutsu Soccerer sekelas Gojou. Setelah mereka sampai di kamar Yuuji, Yuuji langsung berteriak lagi. "Apakah kamu ... Membelot?"

Gojou tertawa. "Tidak. Tidak."

Yuuji mengangkat alisnya, jelas masih bingung. "Jadi... Lalu... Apa kau melakukan ini untuk Megu—"

"Megumi tidak terlibat dalam hal ini." Gojou menyanggah cepat. Dan jangan panggil nama depannya seenaknya, tolong.

Ada jeda beberapa detik debelum Yuuji mengangguk. Ketika dia berbicara lagi, suaranya tegas. "Megumi. Ini tentang dia. Aku ingin tahu mengapa dia tidak mengunjungiku sama sekali."

Gojou mengabaikannya.

"Apakah Megumi baik-baik saja ?" Yuuji bertanya sekali lagi.

Sudah kubilang jangan panggil nama depannya seenaknya. Jika muridnya itu terus melakukannya, Gojou akan benar-benar mulai menyesali kontrak yang dibuatnya.

"Dia tidak kenapa, kan? Aku ingin bertemu dengannya." Kekhawatiran dalam suara Yuuji membuat Gojou mencengkram tangan Yuuji kuat, menguncinya di tempatnya agar tidak bisa bergerak. Yuuji mulai menarik tangannya tetapi tidak efektif. Sial. Disaat seperti ini sukuna malah tidak muncul. "Lepaskan aku sensei. Aku perlu melihatnya."

Persahabatan mereka berdua mungkin akan membuat Gojou terpana jika hubungan itu tidak begitu menjengkelkannya. "Dia tidak kenapa-kenapa," akhirnya dia menjawab, masih belum melepas cengkramannya.

Suara Yuuji menjadi lebih ngotot. "Lalu di mana dia?"

Gojou menyeringai. "Kamarku."

"Sensei ..." Yuuji mengangkat alisnya kebingungan. "Kenapa dia ada di kamarmu?"

"Coba tebak? Apa yang dilakukan dua orang pria dewasa dalam satu ka—"

Yuuji menjadi pucat pasi dan mulai berjuang dengan sungguh-sungguh melawan cengkraman gurunya. Dia mendesis. "Jika kamu bahkan menyentuhnya—" 

Untuk sekali ini, Gojou mengikuti keinginan hatinya. Akan sangat memuaskan untuk membuat Yuuji menganggap Megumi sudah menjadi miliknya. "Oh, aku berencana untuk melakukan lebih dari sekadar sentuhan."

Yuuji meraung-raung dalam kemarahan dan memusatkan seluruh berat tubuhnya untuk melawan cengkraman gurunya. "Jika kamu menyakitinya— "

Gojou hanya tertawa. Muridnya itu jelas tidak tahu seberapa pentingnya Megumi bagi dirinya. Pria itu tidak tahu seberapa banyak mimpi malamnya dipenuhi Megumi, tentang seberapa besar dia ingin melindungi dan menyentuhnya. Itu mungkin yang terbaik, karena jika tidak hubungannya dengan Yuuji akan lebih renggang. Tapi itu masih membuatnya frustrasi, mengingat Yuuji seharusnya sama sekali tidak berhak melarang Megumi untuk berada di kamarnya. 

Sambil mengotrol kemarahannya, dia membalas, "Jika aku menyakitinya, itu hanya karena dia menyukainya."

Ada sepersekian detik keheningan yang hanya dipenuhi oleh ekspresi Yuuji yang tercengang dan marah. Saat muridnya itu akan membalas perkataannya, Gojou memutuskan bahwa permainan ini sudah saatnya selesai. Dia memukul cepat Yuuji dengan energi kutukannya dan membuat pria itu pingsan.

Dia memeriksa jam dinding di kamar Yuuji. Ini sudah lumayan lama. Saat dia kembali ke kamarnya, Megumi pasti sudah siap.

Dia tidak sabar.

=========================

Teleportasi Gojou cepat, tetapi itu tetap terasa seperti memakan waktu lama. Yah, dia sudah menunggu momen ini terlalu lama.

Ketika dia akhirnya masuk ke kamar tidurnya, Megumi sudah ada di sana. Pria itu menatap keluar jendela, lengannya disilangkan erat di depan dadanya.

"Megumi-chan" dia memanggil dengan ceria.

Megumi langsung menoleh kearahnya ketika mendengar suaranya. Wajahnya pucat dan tegang. "Apa Yuuji sudah bebas?"

"Ah, jahat sekali. Kau menanyakan Yuuji dulu dan bukan aku," jawab Gojou dramatis sambil pura-pura menangis.

Megumi hanya menatap gurunya datar. "Sensei !"

"Ya ya, Yuuji sudah bebas." Dia menjawab sambil melepas penutup matanya.

Kelegaan muncul di hati Megumi. Dia memiringkan kepalanya ke belakang dan menghela nafas panjang, alisnya mengendur. "Bagus."

Gojou mendelik melihat itu. Bukankah kau disini untuk melayaniku ?, "Kau tahu kan tahu tugasmu disini ?" Dia menanyakan itu dengan sedikit membentak.

"Ya." Pipi Megumi menjadi sedikit merona merah muda saat menjawab. "Aku tahu."

Maka Gojou tidak perlu basa-basi lagi.

"Lepaskan pakaianmu, Megumi"


TBC or not ?

Silahkan Vote jika ingin dilanjut


Btw ada yg suka GojoHime/SukuFushi/ItaKugi/YutaInu disini ? Komen ya.


[BL] Kontrak (18++)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang