First date

16 2 0
                                    

Halo🌻

Gimana hari ini?

Gimana perasaannya? It's okay? Semoga selalu ya.

Ada cerita apa hari ini? Komen aja yuk, xixixi

Terima kasih ya sudah lanjut sampai part ini, terima kasih banyak, selamat membaca ☁

***

"Baru pulang? Mau bareng?" Tanya Alan dengan memelankan laju sepeda motornya.

"Sorry Kak, Kia bareng sama gue,"sahut Tama entah datangnya darimana, tiba-tiba saja sudah berada di sampingku.

Alan tidak menjawab, justru melihat ke arahku dengan ekspresi bertanya.

"Nggak, Lo duluan aja. Kita nggak searah, Lan."

"Tapi Lo gapapa?"

"Ya ... Gue nggak harus kenapa-napa kan. Udah buruan pulang."

"Okay, gue duluan. Hati-hati Lo." Setelah berpamitan, Alan langsung menancapkan gasnya begitu saja.

"Ki, baru pulang? Ikut ekstra apa? Bukannya kelas dua belas udah nggak ikut ekstra ya?"

"Diam, mau nyebrang."

Tanpa diduga justru Tama menarik tanganku begitu saja, layaknya orang yang akan menyebrang.

"Gue bisa sendiri." Ucapku dan menghempaskan tanganku begitu saja.

Lagi-lagi tidak menjawab, justru hanya tersenyum saja.

Tidak butuh waktu lama, bus yang terakhir datang pastinya dengan penumpang yang tidak banyak, masih tersisa tempat duduk yang kosong lebih khususnya. Aku memilih duduk di dekat jendela, ya ... Sekalian bisa melihat langit jingga yang tidak boleh disia-siakan keindahannya.

"Ngapain?"

"Duduklah." Jawabnya dengan santai.

"Masih banyak yang kosongkan, harus banget duduk di sini?"

"Berisik, udah diam. Gue mau tidur."

Enggan menjawabnya, aku hanya memutar bola mata dengan malas. Pasalnya, apa-apaan manusia satu ini. Datang-datang justru sangat menyebalkan, image yang diceritakan Selia jauh berbeda dengan kenyataan, bahwa Tama setidak menyebalkan seperti diceritakan Selia.

"Kia, mau ikut denganku?" Ucapnya dengan mata yang tetap terpejam.

Tolonglah, Tama anda baru mengenalku dan berani-beraninya mengajakku.

"Kia ... Denger kan?"

"Nyuruh jangan berisik, taunya diri sendiri yang berisik." Dengan satu jebretan yang aku ambil dari layar ponselku.

"Cantik."

Deg.

"Iya, cantik. Senjanya."lanjutnya begitu saja.

Huft, bisa-bisanya ini orang. Untung nggak terbang.

"Jadi Kia, mau nggak?"

"Nggak!"ucapku dan memilih memejamkan mataku. Toh, perjalanan masih lama juga.

"Yaudah, gue izin ke Ibu aja. Sepertinya boleh."

Bodo amat dah ini orang bilang apa, nggak tau orang udah capek apa.

***

"Kia, kok nggak cerita sama Ibu,"

"Perihal?"

"Mau jalan sama temenmu. Siapa tadi? Oh iya, Tama."

"Hah? Ibu, Ibu bilang apa?"

"Ya ... ibu kasih izin. Tumben banget kamu punya temen cowok."

"Ibu, kok kasih izin sih. Nggak usah."

Senja Bersama Cerita yang Telah UsaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang