Chapter 11 : Nana, Halmoni.

25.9K 2.9K 753
                                    

Setelah baca komenan, aku memutuskan untuk ngga menunda-nunda chapter ini...

Semoga ada yang ngeh setelah baca ini...
.

Pagi ini Jeno sudah bersiap pergi, ia tidak peduli lagi jika harus kembali bertengkar dengan Jaeseok. Jika ia tidak tegas, maka sampai kapanpun ia akan terpedaya oleh wanita itu.

"Mau kemana lagi, Oppa? Sudah kubilang kan adikku baik-baik saja? Aku masih pusing, temani aku~" Jaeseok memeluk lengan Jeno, menahan lelaki itu pergi.

"Hentikan sandiwaramu Jaeseok. Saya harus pergi menemui adikmu yang sakit, saya perhatikan kau dan keluargamu tak pernah mencari tahu kabarnya, bahkan tak peduli dengannya. Kalian keluarga macam apa?"

"Dia tengah kami didik, jadi kami tahu yang terbaik buat dia. Jika aku membiarkanmu pergi sekarang, dia akan semakin menyimpang. Sudahlah ne lihat baik-baik, istrimu ada disini. Biarkan Jaemin, jika sakitpun ada guru yang akan merawatnya."

"Berhenti jadi orang tidak waras Jaeseok! Kau sama sekali tak memiliki hati. Kita tidak sah dimata Tuhan! Tidak semua yang kau inginkan harus kau dapatkan, apalagi mengorbankan oranglain."

Jeno mendorong wanita itu hingga jatuh. Lelaki itu sama sekali tak peduli dan harus pergi, mumpung orangtuanya sudah pulang.

"Aku mencintaimu!"

"Aku mencintaimu Oppa! Aku istrimu!"

"Salahkah aku mencintai suamiku sendiri?!"

"Sialan! Hiks!" Jaeseok mengusap kasar hidungnya, kenapa berdarah disaat yang tidak tepat. Jadinya ia tidak bisa menghentikan Jeno pergi.

.

"Jeno Hyungie." Jeno hendak masuk ke dalam mobilnya, namun ia mendengar seseorang memanggilnya.

"Aku disini..." lelaki itu bisa melihat Jaemin yang tengah berdiri di depan pagar, ia langsung berlari dan menghampiri seseorang yang terus ia pikirkan sejak kemarin.

"Kenapa kau ada disini hm? Ayo ikut aku sebelum Noonamu sadar kau ada disini."

Jeno menarik Jaemin masuk ke dalam mobilnya, dengan tergesa ia juga mengendarai mobilnya menjauh dari rumah itu.

Sekiranya sudah jauh, Jeno memberhentikan mobilnya sebentar untuk memeluk Jaemin.

"Maafkan aku kemarin sampai tak datang lagi, maafkan aku."

"Apa yang terjadi kemarin? Appa, Eomma tidak berbuat sesuatu padamu?"

Jeno menggeleng, "Tidak... Mereka justru baik padaku karena Noonamu memulai sandiwara baru. Ah... Tapi aku tak peduli. Bagaimana kabarmu, hm? Apa yang terjadi semalam, aku benar-benar khawatir."

"Aku tidak tau... Dokter bilang asam lambungku naik lalu Dokter memberikanku obat yang manis. Semalam Dokter juga menyuruhku pipis di wadah kecil, lalu setelah itu dia diam-diam memberiku ini katanya jangan bilang siapapun kecuali orangtuaku...sebentar..." Jaemin merogoh sakunya, namun benda yang dokter berikan itu hilang.

"Kenapa hm?"

"Alat itu hilang."

"Alat seperti apa, coba jelaskan lebih spesifik."

"Bentuknya sepanjang ini, aku tak melihat lebih jelas lagi tulisannya."

Jeno sama-sama bingung, karena benar-benar tidak terbayangkan olehnya benda yang Jaemin jelaskan. Jaemin sendiri baru pertama kali melihatnya dan hanya sekilas, jadi dia tidak bisa menjelaskan dengan rinci.

"Aku takut terjadi sesuatu padamu, Na. Apalagi Dokter mengatakan jika harus memberikan alat itu pada orangtuamu."

"Ah sudahlah jangan pikirkan benda aneh tak penting itu. Aku juga sudah merasa lebih baik."

Pernikahan Gila | NOMINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang