Tengkorak Hitam Season 1 (Part 4)

54 4 0
                                    

Joko Sulaiman, itulah nama pengadopsiku. Karena dia terlihat bahagia, ia langsung buru-buru membawaku pulang, aku hanya mengikutinya sambil melihat panti asuhan yang semakin menjauh.

Bisa dibilang tidak banyak orang yang melihat kepergianku, anak-anak lain juga sudah langsung pergi setelahnya. Ya walau demikian, pada akhirnya aku sudah tidak tinggal bersama mereka lagi.

Selama perjalanan Joko kerap menanyakan tentang apa yang kusuka dan sesuatu yang kuminati. Aku membalas pertanyaannya dengan mengatakan bahwa kesukaanku hanya membaca komik atau cerita kriminal dan minatku adalah belajar bela diri.

Aku memang pernah mencoba saat masih kecil, tapi berhenti tengah jalan karena aku terlalu fokus dengan sekolah. Apa mungkin setelah diadopsi oleh Joko, aku bisa kembali mempelajari bela diri lagi ya?

Joko yang sudah mengetahui kesukaan dan minatku pun berbicara, "oh! Kebetulan di dekat rumah bapak, ada tempat belajar bela diri, namanya Perguruan Bangau! mungkin kamu bisa mencoba disana!".

"Ah, hmm... boleh aja pak" balasku ramah.

Tidak lama kemudian kita sampai, rumahnya tidak buruk dan ia berada di komplek yang terlihat tidak terlalu kaya tapi juga tidak terlalu miskin.

Aku kemudian dibawa ke dalam rumahnya dan terlihat interior yang begitu antik namun sangat nyaman, rasanya aku akan betah disini. Tidak lama kemudian ia mulai mengajakku ke balkon di sisi lain rumah untuk melihat-lihat area sekitar.

"Nah, disinilah tempat kamu mulai tinggal sekarang... bagaimana??" Tanya Joko, "Yah.... bagus sekali" entah kenapa untuk pertama kalinya aku merasa nyaman dan tidak ingin pergi dari sini, padahal aku selalu kabur dari panti asuhan dulu, apa mungkin karena aku akhirnya menemukan rumah baru?.

Tidak lama berselang seseorang memanggil nama Joko dari bawah rumah, "Hei Pak Joko!" "Eh Pak Cakra!" "Siapa itu?" "Anak saya pak!" "Oalah..." kemudian Joko langsung mengajakku turun dan menemui orang yang dipanggil Pak Cakra.

Aku berkenalan dengannya, Pak Cakra ternyata adalah guru dan pendiri Perguruan Bangau. Ia sendiri mengetahui bahwa aku adalah anak angkat pak Joko, tidak lama kemudian datanglah dua anak yang berusia sepantaran denganku mendekat, Pak Cakra kemudian memanggil mereka dan memperkenalkan dua anak tersebut.

"Nah Kenalin... Hana dan Rangga, Han... Rang... ini anak angkatnya pak Joko, Herman" aku kemudian berkenalan dengan mereka berdua, Hana menyalamiku dengan tulus dan memberiku senyum hangat sementara Rangga malah kebalikannya.

Pak Cakra pun menasehati Rangga agar lebih sopan, dari situ aku mengetahui bahwa Rangga adalah anak angkat ketika Pak Cakra menjelaskan kalau aku dan dia sama.

Akhirnya Rangga mengulang perkenalannya denganku, "Rangga Saputra" ucapnya dengan dingin, "Herman Sukarno Aditama, senang  berkenalan denganmu Rangga" balasku dengan ramah, "...iya..." setelah itu Rangga langsung bergegas pergi.

Pak Cakra yang melihat hal itu meminta maaf kepadaku dan Joko berkata bahwa itu tidak masalah. Selama basa-basi aku sesekali memerhatikan Hana, walau tidak saling berbicara tapi seolah kita sudah membuat koneksi dengan tatapan saja.

Akhirnya pak Cakra sudah selesai mengobrol dan ijin pamit ke rumahnya yang ada diujung komplek, aku dan Joko hanya melambaikan tangan melihatnya.

((Malam Harinya))

Aku dan Joko mencoba mengenal satu sama lain, aku akhirnya menceritakan kejadian yang membuat diriku berakhir seperti sekarang.

"Aku turut prihatin mendengarnya, memang negri ini sudah marak akan orang-orang yang tidak beradab" jelas Joko.

Aku hanya mengangguk saja, karena aku masih menyembunyikan kejadian di malam sebelumnya, aku hanya takut jika ini akan membuatnya takut padaku.

Akhirnya kita beristirahat, Joko tidur dikamarnya dan aku tidur di kamarku, awalnya semua berjalan baik hingga tiba-tiba aku melihat sebuah kilasan dalam mimpiku.

Aku melihat detik terakhir sebelum aku kehilangan keluargaku dan tiba-tiba muncul sesosok hitam mencoba untuk menarikku. Aku tidak tau apa yang sedang terjadi, tapi aku mencoba melawan dan terus memberontak.

"HENTIKAN... HENTIKAN!!!!!" teriakku pada sosok hitam itu

Ternyata teriakanku terdengar oleh Joko yang mendengar hal itu dan langsung mendatangi kamarku. "Herman! Astaga Herman sadar!! Bangunlah!!!" Teriaknya padaku, aku pun langsung tersentak bangun dan Joko memelukku sambil menanyakan keadaanku.

"Astaga Herman, kamu gak apa-apa? Aku dengar kamu teriak, kamu mimpi buruk ya?" Aku hanya mengangguk dalam perasaan yang sangat takut.

Joko kemudian memelukku dan mengatakan, "sudah... tenang! Aku ada disini, kamu tidak perlu khawatir, aku tidak akan meninggalkanmu Herman" mendengar hal itu membuat hatiku tergugah, rasanya tidak ada alasan lain bagiku untuk mencoba kabur dari sini.

((10 TAHUN KEMUDIAN))

Tahun-tahun berlalu, akupun tumbuh besar dan mulai bekerja dibawah bimbingan ayah angkatku Joko Sulaiman. Selama 10 tahun lebih banyak hal yang kulalui, aku bisa bersekolah layaknya anak yang cukup normal dan aku sempat menjadi murid bela diri pak Cakra.

Kini ketika aku dewasa, aku memutuskan untuk langsung bekerja membantu Joko dalam usaha jualan produk besi dan benda tajam buatannya. Aku tidak mengambil kuliah karena di jaman sekarang biaya serta seleksi untuk diterima di kuliah sangat sulit, bahkan aku memutuskan berhenti dari perguruan pak Cakra untuk bekerja, yah bisa dikatakan ini adalah paksaan yang datang dari diriku sendiri.

"Terimakasih bu! Datang lagi ya!!" Sahutku kepada salah satu pelanggan

Di pasar ini tempat aku membantu Joko memenuhi kebutuhan sehari-hari, aku membawa pesanan barang serta menjual pada orang yang berniat membelinya.

Banyak tetangga bahkan Joko sendiri yang menyayangkan pilihanku, namun aku berkeras untuk memilih membantu Joko berdagang.

Di tengah momen tersebut, terdengar suara berisik seperti sedang mengejar, aku awalnya tidak mempedulikan hal itu, hingga tiba-tiba seseorang menarikku dan menjadikanku tamengnya.

"Heh! Apa-apaan ini??!!" Tanyaku dengan kesal, rupanya orang yang menarikku adalah seorang gadis yang kelihatannya hampir seumuran denganku.

"WOI! lu kira lu bisa kabur ya??" Tiba-tiba muncul sekelompok bandit yang nampaknya terdiri dari tujuh orang. Beberapa dari mereka mengacungkan senjatanya kearahku dan gadis itu.

"Ternyata begitu ya, lu bawa-bawa pacarlu hah?" Aduh! Bakal ada salah paham disini.

"EH Maaf nih mas! Saya gak kenal cewek ini mas! Dia tiba-tiba..."

"IYA! DIA BAKAL HAJAR ELO SEMUA BANDIT BAJINGAN!!! MAU APA LO HAH??!!!" Dan si cewek ini malah memperparah situasi, haduh...!!! kacau ini.

"OH GITU YA? Persetan ama ini!!! Ayo! Kita hajar!!!!"

"EH TUNGGU MAS!!!" Aku mencoba melepaskan diri dari pegangan si cewek "PERTAMA SAYA GAK KENAL NIH CEWEK, DAN KEDUA SAYA GAK ADA IKUT CAMPUR MASALAH KALIAN, SAYA CUMA JUALAN!"

"AH! MASA BODOH AN***G!!! AYO KITA HAJAR!!!"

"Ughh sialan..." gumamku

Salah seorang akhirnya maju dan menyerangku dengan tongkat kayu namun aku berhasil menangkap dan membuang tongkat itu dengan lengan luar kemudian melakukan pukulan beruntun dan mendorongnya dengan tendangan menyamping ke komplotan bandit itu, semua terkejut terutama si gadis tersebut.

"Gua udah meringatin lu pada! Gua gak ikut campur!!!" Balasku dengan garang.

Tengkorak Hitam (Season 1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang