Part 2

442 70 10
                                    

Jennie merintih kesakitan saat tubuhnya didorong hingga punggungnya menabrak dinding. Satu pukulan keras di kepalanya membuatnya terduduk menahan rasa pusing.

"Dasar anak jalang!" Teriak seorang gadis yang kini berjongkok dan menjambak rambutnya agar ia mendongakkan kepala. "Lo mau tau kenapa gue bawa lo ke sini?"

Jennie meringis dalam diam, ia benar-benar tidak mengerti mengapa tiba-tiba kedua tangannya ditarik menuju tempat sepi ini, gudang belakang sekolah saat ia hendak menuju kamar mandi.

"Gue gak mau ya orang tua gue cerai gara-gara nyokap lo. Semalem mereka berantem setelah mergokin bokap gue pergi sama nyokap lo. Emang mirip banget ya kalian, sama-sama lonte haus belaian. Lo yang godain Hanbin selama ini buat lindungin lo, dan nyokap lo yang jual diri ke bokap gue biar dapet duit."

Merasa geram karena nama ibunya dibawa-bawa, Jennie menyentakkan tangan Irene dari rambutnya. "Jaga ya mulut kurang ajar lo. Nyokap gue gak mungkin kayak gitu. Gak usah asal nuduh." Ucap Jennie sambil berdiri lalu mendorong tubuh Irene.

Irene mendengus sebelum mengambil ponsel dan menunjukkan sebuah foto pada Jennie. "Ini buktinya, lo bisa lihat sendiri."

Melihat perubahan ekspresi di wajah Jennie, Irene tersenyum sinis. "See? Lo anaknya tapi lo gak tau betapa liarnya nyokap lo di luar rumah."

Jennie yang awalnya melebarkan mata segera mengalihkan pandangan sambil mengendalikan diri. 5 detik setelahnya ia menatap mata Irene dengan tajam, kedua tangannya mengepal kuat begitupun rahangnya mengeras menahan segala emosi yang terasa campur aduk dalam dirinya. "Miris gak sih sama lo yang gak ngaca sama diri lo sendiri?"

Irene mengerutkan dahi.

"Gue sama Hanbin sahabatan dan dia cerita semuanya ke gue. Gue tahu lo pernah nawarin diri lo buat ditidurin sama Hanbin kan?" Jennie menahan tawa, "Jalang? Liar? Lonte? Lo lagi ngomongin gue dan nyokap gue atau diri lo sendiri?"

PLAK

Jennie terpaku setelah merasakan panas mulai menjalar di pipinya.

"Irene stop, lo udah kelewatan banget kayak gini." Kata seorang gadis berambut pirang yang sedari tadi berada di belakang Irene. Gadis itu kini menahan tangan Irene yang berusaha menjambak Jennie. "LEPASIN GUE! GUE MAU NGASIH PELAJARAN SAMA DIA. KURANG AJAR BANGET. BERANI-BERANINYA ANAK MISKIN YANG DAPET BEASISWA DI SEKOLAH INI BILANG GITU KE GUE?" Teriak Irene histeris, ia melotot lalu membuang ludah sebelum berkata pada Jennie, "SONGONG BANGET LO HAH, CUMA JADI ORANG MENYEDIHKAN YANG DIPANDANG KASIAN SAMA SEMUA MURID DAN GURU DI SINI KARENA YATIM AJA BELAGU?"

Jennie melihat gadis pirang itu semakin menarik Irene mundur dan menjauh darinya.

"LEPASIN GUE ROSIE, INI BUKAN URUSAN LO! MAU GUE APAIN TUH ANAK, ITU BUKAN URUSAN LO! MAU GUE TAMPAR JUGA LO HAH?" Tangan Irene yang telah terbebas setelah dilepaskan Rosie justru kini menarik kerah seragam Rosie dan berbisik di depan wajahnya. "Lo kira gue gak tau lo sengaja deketin gue karena lo udah dijauhin sama temen-temen lo? Lo paham kan kenapa mereka jauhin lo?" Irene mendekatkan mulutnya ke telinga Rosie "Lo anak koruptor. Bentar lagi bokap lo masuk penjara. Ortu lo bahkan udah ngurus surat cerai." Katanya sambil menekankan tiap kata yang ia ucapkan.

Irene melangkah mundur lalu bersedekap, memandang wajah pias Rosie dan sesekali melirik Jennie yang masih terdiam kaku di tempatnya. "Itulah yang jadi alasan kenapa gue gak mau keluarga gue hancur dan jadi menyedihkan kayak kalian. Kalo lo udah gak punya temen lagi, lo bisa tuh temenan sama Jennie. Kalian sama kan? Sama-sama punya keluarga yang gak lengkap dan punya hidup yang berantakan."

Irene melangkah mendekati Jennie. Menepuk pundaknya dua kali sambil tersenyum sinis. "Gue turut berduka cita atas kematian bokap lo, Jennie. Tapi disatu sisi, ada bagusnya gak sih? Karena dengan begitu dia gak perlu kecewa setelah tau gimana kelakuan nyokap lo sekarang."

Better With YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang