Alfiyyah dan kamum

73 11 4
                                    

 
 
 
“Ayo-ayo rok an seng semangat, ojo gek njoget lagu an tok” seru alzam sebagai kaka kelas tertua di asrama. Sedang asyiknya menyapu latar pondok sambil mendengar lagu, alzam dan abil dipanggil oleh Gus akrom
“Kang, sesok aku meh lungo, tulung kumbahno mobilku ya?”
“Njih gus, siap” alzam dan arif sendiko dawuh atas pemintaan gus akrom
“Zam sek yo, aku meh runu sek” alzam mengiyakan sembari melanjutkan mencuci mobil gus akrom.
“Keminclong wes an bil, sue men seko ndi to?”timpal alzam yang agak kesal karena mencuci mobil sendirian.
“Aku bar diceluk adekku, meh maringi uang bulanan”
“Ndi to adekmu bil?mlebu anyar ta?”
“he e, kelas 1 aliyyah iki, kui lo seng estri” ujar abil sambil menunjuk adiknya, yang tak lama kemudian pulang kembali ke pondok putri.
“Masyallah” ucapku sambil takjub menaruh pandang pada perempuan berhijab coklat susu itu, putih kulitnya, manis binar matanya mengingatkan diriku akan kalimat yang ku ucap baru saja tentang sebuah frasa yang diungkapkan untuk menunjukkan rasa kagum atau takjub kepada salah satu hamba tuhan ini.
“Iku ta adekmu bil, fabiayyi ala irobbikuma tukadziban bil”
“Opo to opo seh cilik ojo di ganggu sek gen fokus sek” jawab abil atas kalimat takjubku pada adiknya yang seakan dia tau kalau aku mengalami jatuh cinta pada pandangan pertama.
   ###
Riuh ramai kota di sore hari memang selalu berhasil menemaniku bersama tenang yang juga didampingi bias emas di cakrawala sana, gedung atas pondok, dekat dengan balkon menjadi tempat istiqomahku berduaan dengan Alfiyyah. Seperti biasanya demi target muwadda’ah dan dawuh dari gus Akrom, aku selalu berusaha menambah bait demi bait Alfiyyahku sembari tetap melalarnya‐² dan menikmati landscape tengah kota di ujung petang. Masih kunikmati setiap bait nadzhom yang teralun, entah mengapa bola mataku menyisiri trotoar jalan yang padat orang berlalu lalang seperti ada wajah tak asing yang ku kenal dari kejauhan tempatku duduk ini
“Iku kan adek e abil” gumamku dalam hati seraya hati yang berdesir begitu deras ketika memandang bagaimana indah senyumnya walau dari jauh. Sejak pertama kali mata ku memandang anggunnya perempuan yang sekarang sedang memakai gamis merah hati itu, dia selalu terlintas dalam pikiranku, seakan dia membenarkan perihal cinta pada pandang pertama yang kurasakan saat itu dan berkembang sampai sekarang saat kembali ku jumpa ronanya.
 
Hari mulai berganti pada mentari yang masih segar, aku melihat abil sedang menuju pondok putri membawa kresek hitam besar yang kupikir ia ingin membawakan jajan sekaligus menjenguk adik perempuan nya yang berhasil membuatku terpana dalam hitungan detik.
“Bil meh nyang ndi?”
“Meh nyang adek ku ee, meh nyambangi”
“Oalah, aku titip iki welehno adekmu oleh ga?” Kuulurkan sepucuk surat yang sudah kusiapkan tadi malam untuk najwa, adiknya abil.
“Nggo Najwa ta? Hiss koe ki ono-ono ae”
“Hehe, rapopo kan? Salam kenal tok ee” Abil menganggukkan permintaan alzam. Sesampainya abil bertemu dengan najwa ia memberikan titipan ibunya kepada najwa.
“Maturnuwun ya mas, mas sehat?
“Alhamdulillah, adek yo sehat?
“Njih mas, sami alhamdulillah”Setelah sedikit berbincang abil bergegas kembali kepondok putra mengingat ashar yang akan tiba.
Najwa yang sudah kembali ke dalam kamarnya membuka satu persatu isi dalam kresek itu dan kemudian menemukan secarik kertas titipan dari alzam.
Bias jingga di cakrawala
Menuai cerah tak hingga
Membungkus langit dengan emas
Menyisingkan semburat dengan tukas
Masih ku reka manis mu itu
Dari kejauhan, ku impikan dirimu yang indah
Yang detik² pun bisa koma sementara
Karna torehan parasmu
Aku yang termenung diatas awan
Tertegun atas parasmu
Aku hanya menulis beberapa dari ribuan indah yang kau miliki
Membaur dalam kalimat rasa yang ingin kau sapa
Assalamualaikum najwa...
Salam kenal. Muhammad alzam atthariq
Najwa yang membacanya dalam hati, tersipu malu akan puisi yang membuat hatinya pun bergejolak rasa. Satu hari berganti najwa membalas surat dari alzam tersebut
Bawa salam, tengahnya jangan disentuh
Walikumussalam warahmatullahi wabarakatuh
Iya mas alzam, salam kenal kembali, najwa sudah kenal mas alzam kok, soalnya di pondok putri mas alzam banyak yang ngefans. Suatu kebahagiaan bisa mengenal mas alzam langsung dari surat kemarin itu
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Ayuna najwa khairunnisa.
 
Membaca balasan suratnya, alzam senang tak karuan, ternyata wanita yang menjadi pujaan hatinya itu menerima salam kenalnya dengan baik. Berawal dari saling mengirim surat, alzam dan najwa kian mengenal satu sama lain, seperti saling sapa yang diikuti senyum-senyum kucing, atau hanya sekadar bertukar surat satu sama lain, dan tak hanya sekali alzam mengajak najwa pergi mengelilingi kota solo dengan alasan agar ia mengenal bagaimana kota solo, dimana pondok Alfalah itu berada tempat mereka berdua mondok sekarang. Bulan januari menjadi waktu yang tepat jika ingin dinamakan bulan najwa dan alzam, pasalnya sebulan penuh mereka berdua selalu bersama mengukir ceritanya, walau alzam belum berani menyatakan perasaan dan hubungannya yang lebih serius dengan najwa. Hingga tiba bulan februari, alzam memberanikan diri pada abil untuk berbincang perihal rasanya pada najwa adik abil sendiri.
“Bil, aku meh ngomong ee..”
“Ngopo i zam? Koe wes bar ta lalaran e?”
“He e, aku wes bar kok”
“He bil, aku enek roso i karo adekmu” entah bagaimana alzam yang tidak pintar berbasa basi, ia langsung menjelaskan bagaimana rasa yang ia miliki kepada najwa dan berencana untuk menembak najwa menjadi pacarnya. Maklum saja bagaimanapun alzam dan abil sudah berteman sejak lama jadi mau tidak mau, dalam konteks ini alzam harus menghormati dan meminta izin pada abil untuk menjadikan najwa sebagai pacarnya.
“Hemm, pie yo jan e aku ngga ngolehi adekku pacaran zam, wedine salah wong malah bahaya pergaulan e” abil meletakkan tangan di dahinya, sembari berpikir dan melontarkan janji-janji agar alzam benar-benar menjaga najwa, dan memastikan najwa aman dan nyaman bersamanya.
“Iya bil, insyallah. Juga nggo semangat tok kok ngga neko-neko” setelah mendengar jawaban dari alzam, abil pun meng-iyakan permintaannya, alzam senang tak karuan karena telah mendapat izinnya abil kakak dari najwa sendiri. Siangnya, alzam mengirim surat pada najwa untuk mengajaknya bertemu di sebuah warmindo yang aman dari razia pengurus untuk menyatakan perasaannya itu.
“Zam, biasane lalaran sore kok malah nyang warmindo? Oh iyodeng koe kan wes jago” canda seorang teman alzam yang kebetulan bertemu dirinya di warmindo.
“Opo to, enek ae arek iki. Gaopo kok Cuma pen refresh otak hehe” setelah menjawab celotehan temannya itu, dari kejauhan alzam merekah pandangannya pada perempuan anggun yang berjalan menawan kearahnya, senyum yang semakin mendekat sangat teduh seakan ia berjalan berdampingan awan diatasnya.
“Assalamualaikum mas” Salam najwa begitu lembut hingga alzam memaku, tak berkutik untuk menjawabnya.
“Mas? Mas alzam..?”najwa yang melambaikan tangannya karena alzam hanya melamun dan terus melihat wajahnya.
“Waa’a alaa i kum saa lam najwa” jawab alzam dengan terbata-bata, maklum saja sore ini najwa begitu anggun dengan gaun hitam pekatnya, serasa sangat kontras jika dikenakan oleh najwa yang memiliki wajah putih manis itu. Setelah sedikit berbincang tertawa bersama, najwa hendak pamit pulang kepondok, karna takut kepergok oleh pengurus pondok putri.
“Sebentar najwa, mas ajeng matur..” dengan nanda serius, alzam mengumpulkan seluruh tekadnya untuk menembak najwa.
“Njih mas, ada apa?”
“Jujur mawon, mas gadah perasaan kalih najwa, sejak pertama kali mas ningali najwa niku, mas merasakan cinta pada pandang pertama, tak kinten iku hanya angin lalu ternyata berlanjut ngantos saniki” alzam masih memandangi mata najwa yang indah binarnya itu, sementara najwa tertegun halus akan apa yang diucapkan alzam
“Mas alzam juga wes matur abil tentang rasane mas, dan abil mengiyakan”  Sekian detik mereka berdua saling bertukar pandang, najwa merekahkan senyum nya, seakan ia berpamer gingsul dan lesung di pipinya itu begitu elok dipandang, menambah desir hati alzam begitu deras dan lalu ia menjawab dengan rona kemerah-merah an di pipinya

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Alfiyyah dan kamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang