"Menurut gue, cuma Farhan, nih, yang tau si Wilson lagi kenapa," kata Joshua sambil menarik buku tugas milik Feira untuk disalinnya dan duduk tenang di kursi. "Rumah mereka, kan, deketan. Gue juga berulang kali lewat depan warung Farhan dan nemuin waketos nongkrong di sana."
Feira merebut kembali bukunya. "Tumben banget Wilson rajin baca buku. Tentang vampir lagi."
Surya terkekeh. "Lagi kasmaran, curiga. Twilight, kan, ada romance-nya."
"Masa, sih?" Feira berdecak. "Awas aja sampe kasmaran, kena tegur Kak Gardi, selesai dia."
"Masa calon ketos bahkan nggak boleh pacaran, sih? Masih calon loh, bukan ketos, masa segitunya?" tanya Surya sembari mencatat materi yang ada di papan tulis lagi, sesekali melirik ke Wilson yang sedang membaca buku di pojok kelas dengan tenang, tak sama sekali berhasrat menghampiri mereka.
Feira menghela napas. "Lah, kasus Eirin bunting duluan gara-gara Feri, kan, memicu Bu Amira biar anggota OSIS nggak ada yang saling pacaran lagi. Takutnya bablas. Rusak lagi citra kita."
"Kalau yang cabul macem Feri, sih, menurut gue wajar aja kena masalah begitu. Kalau Wilson? Ah, nggak mungkin. Selama ini, gue tau dia deket sama anak cewek OSIS doang. Sisanya kagak." Joshua berpendapat. "Nggak mungkin juga, sih, Wilson sebodoh itu sampe berani buntingin anak orang padahal punya KTP aja belom."
"Yah, karakter orang, kan, nggak ada yang tau Jos! Bisa aja diam-diam baek ternyata aneh-aneh. Gini ya, orang kalau udah saling pacaran, pasti bisa terpicu zina. Ih, cowok mana paham!" Feira membuang muka, menatap Wilson di kejauhan lagi.
"Suudzon aja kali lo berdua. Wilson cuma baca buku. Bukan suka cewek. Coba gue tanyain langsung," tandas Surya sebelum berdiri.
"Eh, Surya!" Setengah mati Feira berusaha menahan lelaki berkulit sawo matang itu, tetapi tak bisa.
Surya berjalan santai, menghampiri Wilson yang sedang tenang di jam kosong penuh tugas seperti ini. Tak seperti biasanya, Wilson pasti menjadi orang yang pertama kali dia mintai sontekan saat guru memberikan tugas di jam kosong.
Wilson selalu rajin dan cepat mengerjakan semua tugas. Namun, kali ini? Dia terlihat seperti bukan Wilson.
"Wil, hehe," sapa Surya sambil menyengir lebar dan bersandar pada kusen jendela. "Masih baca novel kemarin?"
Yang ditanya hanya berdeham, pertanda iya.
"Lo direkomendasiin siapa?"
Wilson akhirnya mendongak. "Oh, sama tetangga jauh."
"Farhan?"
"Bukan." Wilson kembali membaca buku lagi. "Sama anak IPA 2, Willa."
Surya manggut-manggut. "Lo tetanggaan sama Willa? Willa si kutu buku itu? Yang... yang baca buku lupa tempat? Yang cakep tapi rada aneh, gitu?"
Wilson mengernyit. "Emang kenapa?"
Surya mengatupkan bibir, terdiam sebentar mencari alasan. "Nggak... papa. Iya, nggak papa. Cu-cuma, kepo aja." Lelaki itu kemudian bangkit dan meninggalkan Wilson sendirian di kursi.
Setelahnya, Surya kembali ke kumpulan teman-teman sebangku dan membicarakannya. "Willa, ceweknya Willa!" serunya tertahan, sambil kembali melirik ke Wilson yang fokus membaca.
"What?!" Feira melotot.
"Yang rekomendasiin buku itu si Willa," perjelas Surya.
Joshua yang masih menyalin tugas teman-temannya hanya memainkan pulpen, menyimak dengan gaya. Tadi yang barusan bilang, hanya baca buku belum tentu sedang kasmaran malah berpikir hal yang sama. Dasar Surya.
Surya jadi satu pemikiran dengan Feira. Kemungkinan mereka akan melaporkannya ke Kak Gardi, ketua OSIS tahun ini.
"Beritanya, kan, belom jelas. Lo berdua jangan laporan ke Kak Gardi dulu. Siapa tau cuma deket, belom jadian. Kan, sering, tuh. Ada yang ghosting misalnya." Joshua lagi-lagi berpikir positif.
Feira dan Surya menoleh ke lelaki bertubuh mungil itu. "Lo nggak paham, ah!"
"Nggak paham apa?" Wilson tiba-tiba muncul di sebelah mereka. Dia duduk di bangku kosong sebelah Feira. Kursi mereka terdapat di barisan depan. Biasa, murid teladan yang rajin mengerjakan tugas walau jam kosong.
"Eh?"
"Bahas apa?" Wilson bertanya lagi.
"Anu Wil."
"Lo nggak pacaran, kan, Wil?" tanya Joshua, langsung ke inti.
"Nggak. Kenapa memangnya? Aturan baru?" Pertanyaan balik Wilson membuat kedua temannya yang sudah berprasangka buruk tak berkutik.
"Enggak juga, sih," jawab Surya sambil menggaruk pelipisnya.
Wilson menaikkan sebelah alisnya. "Oh, ya udah." Dia bangkit dari bangku itu dan berjalan menuju pintu kelas.
Ketika langkahnya sampai di ambang pintu, tepat sekali bel istirahat pertama berdering. Punggung Wilson cepat menghilang dari sana, menuju perpustakaan sekolah.
= Because I'm Fake Nerd! =
KAMU SEDANG MEMBACA
Because I'm a Fake Nerd!
Teen FictionWillana Miranika, si gadis halu yang suka baca buku. Minimal, sehari dia bisa membaca tiga buku sampai selesai. Kerjaannya halu dan selalu bilang, "Seandainya begini, seandainya begitu." Wilson Mardagasa wakil ketua OSIS yang sebentar lagi akan dica...