Part 1

170 2 0
                                    

Kevin , begitulah orang-orang memanggil namaku yang sebenarnya memiliki nama lengkap Kevin Farel Rean .

Aku memiliki seorang adik perempuan bernama Milly Fadila Rean yang 2 tahun lebih kecil daripadaku , dia sekarang kelas 3 di smp Purna Bangsa.

Aku memiliki dua orangtua yang yaaa , mungkin mereka terlalu romantis , sehingga lebih banyak menghabiskan waktu berdua daripada waktu bersama anak-anaknya, tapi itu bukan suatu masalah bagiku.

Pagi ini seperti biasanya aku dengan setengah hati pergi menggunakan motor tercinta ke sekolah tercinta.

Ya, setiap hari aku harus mengatakan bahwa aku mencintai sekolah ini , kalau tidak bisa-bisa saja aku mengurungkan niat ke sekolah dan berputar arah ke tempat yang kusukai.

Memang, sekolah adalah tempat yang menyedihkan dimana disana selalu ada pemikiran-pemikiran yang tidak penting . Okelah ,itu semua penting. Lupakan tentang sekolah .

Sekarang aku telah mulai melangkahkan kaki menuju kelas , yang ya semoga saja tercinta. Baru saja ingin memasukinya aku sudah merasakan hawa malas di dalam diriku.

"hai Kevin " sapa Rena yang duduk di depan kursiku. Dia memang selalu menyapaku setiap pagi. Dan seperti biasa aku hanya membalas dengan senyuman tipis.

Dan seperti biasa juga , reaksi nya membuatku bergidik ngeri. Ia tersenyum dan bergerak aneh dikursi yang ia duduki .

Dan satu lagi , seorang gadis mungil imut dan cantik-teman sekelasku- mendekat ke arahku , siapa lagi kalau bukan Olin.

"hai vin" sapanya .

"hai" aku tersenyum tipis lalu memalingkan wajah ku darinya , aku mengambil keputusan untuk menidurkan kepalaku di atas meja agar tak ada lagi yang mengganggu pria tampan sepertiku ini.

"vin ,sabtu depan lo ada acara ga ?" lanjut Olin tetap menatap ke arahku,sepertinya.

"ngga" jawabku simpel.

"anak-anak ngadain acara tuh di cafe barunya nana " lanjut Olin .

"trus?" tanyaku

"lo ikut yaa ?" katanya to the point aja. Hm ? Cafe baru? Asik juga mungkin , tapi aku harus tetap berkata tidak pada cafe. Aurel tidak suka melihatku pergi ke cafe dengan wanita lain.

Ya, Aurel adalah seorang gadis yang dianugrahkan Tuhan kepadaku , ia sempurna dimataku, dan satu kata yang mengalahkan kata-kata yang lain yang akan ku ucapkan tentang dirinya, ia terlalu berarti , mengingatnya membuatku hilang kendali dan tak tau harus apa.

"sory lin,gue ga bisa" jawabku simpel tetap dalam posisi tadi.

"kok gitu sih vin" katanya manja.

Tak tega rasanya melihat seorang gadis seimut dia bersedih , ya wajar, aku masih normal , tapi yang tetap kucinta ya tetap Aurel , oke lupakan.

Aku menoleh pada Olin

"Sorry banget lin , Aurel ga bakalan ngijinin ,sory ya " balasku dengan nada yang agak lembut .

"lo masih sama Aurel?" tanya Olin heran. Hm? Heran?

"yaiyalah , kapan juga gue putus sama Aurel " balasku. Lagi-Lagi Olin memerlihatkan wajah herannya dan juga wajah kecewa. Dia melihatku penuh selidik .

"mm, serius lo masih sama Aurel ?" tanya Olin penuh selidik. Ini Olin serasa mau dibejek aja, cerewet banget.

"i-y-a , iya.. Lo jangan banyak tanya , gua sekarang tidur dulu" balasku kembali membenamkan kepala ditanganku. Terdengar langkah kaki Olin bergerak menjauh dariku , bel masukpun berbunyi.

My Dumb KissTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang