‼️Ga target ga seru, ga target ga bakal tau seberapa antusiasnya‼️
PART 27👉🏻 75 VOTE
Baru aku lanjut next chapter🤭🌚
Note : Aku ga pernah langgar janji update kan kalo udah aku bilang begini begitu, jadi yokkk mangatss vote biat aku semangat juga🙌🏻🙌🏻😍
Vote = semangat buat author. Yuk mangat vote, biar aku semangat juga nulis 😍
*******
Kaki itu melangkah gontai lagi keluar dari gedung pemecah langit milik sang kakak. Membawa perasaan hati yang iba dan kecewa, wajah Jimin masih tidak berekspresi sedikitpun.
Jujur saja, ingin rasanya Jimin menumpahkan semua ini lewat tangisan tapi Jimin merasa malu pada dirinya sendiri. Dia bukan pria yang lemah. Bahkan setelah semuanya yang ia lalui sejak 20 tahun dulu, Jimin belum pernah menitikkan air mata karna prustasi. Jimin mencoba menahan nya. Menyimpannya rapat-rapat dan membiarkan dia sendiri yang merasakannya.
Tapi hari ini, setelah keputusan itu terucap dari bibirnya, Jimin menjadi ragu kalau ia masihlah Jimin yang bisa menyimpan semua beban ini sendirian.
Di ronggohnya saku celana guna mengambil benda pipih yang sejak tadi tersimpan disana. Mengetikkan kontak Alisa lalu Jimin klik icon panggil yang akan menghubungkan panggilannya kepada Alisa.
Seperti biasa, Alisa dengan cepat merespond. Panggilan nya mendapat jawaban hanya setelah beberapa detik tersambung.
"eoh, Oppa."
"Sedang apa?" tanya Jimin tidak biasanya.
"Aku?" Alisa sedikit berpikir. Jelas sekali Jimin tidak seperti biasanya. "Jam pelajaran ke 2 kosong, aku hanya melihat-lihat anak basket bermain. Ada apa?"
Sedikit informasi saja, ini pertama kalinya Jimin menelpon Alisa ketika disekolah. Entah karna bingung tidak tahu harus melakukan apa, atau Jimin memang sedang membutuhkan Alisa disampingnya kini.
Tanpa Alisa ketahui, di sebrang sana Jimin sedang mengusap sebuah foto yang selama ini Jimin simpan di dalam dompetnya. Foto gadis manis yang pertama kali ia dapatkan dari sekretaris Park sebelum menikah dulu.
Tidak ada yang tahu kalau foto Alisa itu malah Jimin simpan bahkan di dalam dompetnya. Tapi selama ini foto tersebut tidak pernah ia anggap keberadaannya, karna foto itu bersanding dengan foto wanita lain tidak lain adalah foto Hyejin.
Tapi kini tidak lagi, Jimin sangat jelas merasakan keberadaan foto Alisa bukan semata Jimin sedang berusaha menerima Alisa, tapi karna hanya foto Alisa yang tersisa disana. Tidak ada lagi foto wanita lain selain foto cantik Alisa. Perlahan meski susah, Jimin berhasil menyingkirkan foto Hyejin dengan serabut alasan yang tidak bisa ia ungkap lewat kata-kata.
"Mau membolos denganku, hmm?"
Detik itu juga Alisa terpaku.
Suara serak, pelan tapi terkesan berat, terdengar sangat letih dan bergetar membuat Alisa paham kalau kini Jimin sedang tidak baik-baik saja.
"Oppa,"
"Aku sedang ingin menghabiskan waktu bersama istriku."
"Oppa dimana?"
"Kalau kau mau menemaniku hari ini, aku akan menjemputmu sekarang juga."
"Kalau begitu, aku akan menunggumu di depan gerbang sekolah."
KAMU SEDANG MEMBACA
DESTINY IN MY LIFE || [PJM]✓
Fanfiction"Anak kecil harus pulang." Jimin menggenggam tangannya. Berharap yang ia cari sedari tadi bisa ia bawa kembali. Namun Alisa tidak berharap demikian. "Tidak, aku tidak ingin pulang." "Alisa," "Aku mau kita bercerai." Start : 21maret