K-91220391482413

713 82 54
                                    

Siaran kedua puluh enam tayang pada : 30 Juli 2021

Song Recommended :
Hujan – Jourdy Pranata

Song Recommended :Hujan – Jourdy Pranata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

-elnoveint-

Bunyi khas yang menandakan seseorang masuk ke dalam rumah makan milik Vania terdengar. Wanita itu mematikan kompor, berjalan ke depan untuk menyambut pelanggan pertama yang datang di pagi ini. Namun, seseorang yang muncul dan sekarang berdiri diam di depan pintu membuatnya terkejut.

"Ia?"

Diandra berjalan cepat menghampiri Vania. "Bunda," dia langsung menghambur memeluk Vania erat. Membenamkan wajah di pundak wanita itu, menumpahkan tangis yang sejak tadi dia tahan. "Bunda..."

Vania terkejut bercampur bingung. Yang dilakukannya saat ini adalah mengusap punggung Diandra, menenangkan. "Ia, kenapa? Cerita sama Bunda, nak."

"Ia keluar dari tim."

Vania dibuat tambah terkejut. Dia mengurai pelukan Diandra, membawa anak adik iparnya duduk di kursi kosong. Vania menuangkan air ke dalam gelas, menyuruh Diandra untuk minum dulu agar lebih tenang.

Selesai minum, Diandra kembali memeluk Vania. Untuk saat ini, yang Diandra butuhkan adalah pelukan. Tanpa Vania menyuruh untuk kedua kalinya, Diandra bercerita. "Budi pengen libatin Elvoscho dalam misi ini, Bun."

Tangan Vania terus mengusap punggung Diandra dan tetap setia mendengarkan ceritanya. "Ia nggak mau buat siapapun terluka. Itu janji Ia dari awal," lanjut Diandra. "Elvoscho pernah kehilangan Andre saat jalanin misi dari Papa. Ia nggak mau kejadian itu keulang lagi."

Vania ingat betul kejadian empat tahun lalu. Saat orang yang Diandra sebut namanya meninggal karena menyelamatkan cewek itu dari tembakan peluru musuh. Selama beberapa hari, Diandra terus menangis menyalahkan dirinya sebagai ketua tim yang tidak becus menjaga anggotanya.

Isak tangis Diandra semakin keras. "Ia harus gimana, Bun? Di satu sisi, Ia pengen mengembalikan nama baik keluarga kita, tapi di sisi lain, Ia harus mengorbankan keselamatan orang-orang yang Ia sayang."

Vania kembali mengurai pelukan. Tangannya beralih untuk mengusap air mata Diandra. "Ia...dengerin Bunda. Jangan pernah nyalahin diri Ia sendiri. Ia nggak salah, sama sekali nggak bersalah. Itu bentuk rasa sayang orang lain ke Ia."

Vania menggenggam jemari Diandra, menguatkannya. "Berbeda pemikiran dalam tim itu wajar. Beda kepala, beda juga pemikirannya. Tapi, jangan sampe hanya karena masalah yang sebenarnya bisa diselesaikan bersama membuat tim hancur.

Yang kalian butuhin saat ini adalah menenangkan diri. Ia harus nenangin diri Ia dulu. Jangan gegabah ambil keputusan. Setelah itu, kalau Ia merasa Ia yang salah, Diandra harus minta maaf, ya?"

Diandra mengangguk. Vania tersenyum. Menepuk pelan pipi Diandra. "Mau Bunda buatin sup?"

Diandra mengangguk semangat. "Mauuuu!"

Elnoveint✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang