Hari ini adalah hari pertama Prilly resmi menjadi siswa kelas 12, setelah merasakan libur semester lebih kurang 6 minggu. Ia mengulas senyum tipis saat berjalan melewati koridor, tempat yang selalu menjadi saksi bisu naik-turunnya kehidupan Prilly.
Prilly merapikan rambutnya sebentar, sebelum ia masuk ke dalam ruang kelas barunya. Matanya meneliti satu per satu manusia yang ada di dalam kelasnya. Tidak ada anggota baru di dalamnya, semuanya masih sama.
Indah yang melihat kehadiran Prilly melambaikan tangannya, dari arah belakang Rassya mendorong bahu Prilly agar berjalan menuju ke arah lambaian Indah.
"Selamat pagi, Princess Prilly," sapa Bimo sambil mengedipkan sebelah matanya.
"Pokoknya, Prilly duduk sama gue!" Ujar Indah sambil menarik tangan Prilly.
Senyuman Prilly mengembang sempurna, hatinya menghangat. Lihatlah? Ia memiliki sahabat yang sangat baik dan ia juga memiliki pasangan yang memperlakukan Prilly layaknya ratu. Hidup Prilly kelihatannya lengkap 'kan? Namun, mengapa di sudut hatinya ia masih merasa kosong dan hampa?
"Gue serasa artis papan atas banget, direbutin sama banyak orang," ujar Prilly sambil mengibaskan rambutnya ke belakang. Hal itu tentu membuat Bimo gemas bukan main, ia mengacak rambut Prilly dari samping.
Wajah Rassya murung, "Lo gak mau duduk sama gue, In?"
Indah melipat tangannya di depan dada, "Gak!" Dan menjawab pertanyaan Rassya tanpa pikir panjang.
"Lo gak mau ngalah sama gue, Pril? Biar lo duduk sama Bimo, gitu?" Tanya Rassya sambil memasang wajah memelas kepada Prilly.
Prilly menaruh telunjuknya di dagu seolah sedang berpikir keras, "Eng...Gak! Sorry, Sya, gue udah janji sama Indah buat duduk bareng dari abad kemarin."
Jawaban Prilly tentunya membuat Rassya semakin murung, ia mengguncang bahu Bimo dengan tatapan seolah Lihat tuh, cewek lo jahat banget sama gue!
Bimo hanya tertawa kecil, "Berarti usaha lo masih kurang, bro."
Bel sekolah berbunyi, membuat orang-orang yang masih berkeliaran dengan sigap duduk di tempat masing-masing. Begitu juga dengan Rassya dan Dino. Fathar, Maxime, dan Bimo sudah duduk anteng di tempatnya.
"Pril," panggil Indah dengan nada berbisik.
Prilly memalingkan wajahnya dan menghadap ke arah Indah. Indah yang merasa Prilly kurang dekat dengannya, menggeser tempat duduknya agar menempel dengan kursi Prilly.
"Tadi pagi, gue lihat Ghina sama Ali datang berdua," adu Indah dengan volume suara kecil. Agar tidak terdengar oleh Bimo yang duduk di belakang mereka.
Prilly tersenyum tipis, "Kenapa lo laporan sama gue?"
"Udah, lo gak usah bohong sama gue. Gue tau, lo akhir-akhir ini dekat balik sama Ali 'kan?" Tuduh Indah.
Skak.
Prilly terdiam di tempatnya, memang sejak kepergian ayah Ali, Prilly menghabiskan banyak waktu bersama dengan Ali. Bahkan ia lebih sering bersama dengan Ali dibanding Bimo, pacarnya.
"Sebenarnya, em gue juga gak tau, In. Maksud gue, lo tau 'kan gue juga gak mau nyakitin Bimo?" Ujar Prilly dengan nada sedikit lesu.
Indah menghembuskan napas pasrah, "Pril."
"Gue rasa lo harus memperjelas semuanya, sama diri lo sendiri terlebih dahulu." Lanjut Indah sambil menepuk pelan bahu Prilly.
Prilly terdiam cukup lama, kemudian pintu kelas terbuka dan menampilkan Pak Darto yang berjalan memasuki kelas sambil memasang senyum gigi. Melihat kehadiran Pak Darto yang menenteng map absensi, teman sekelas Prilly bersorak gembira. Pak Darto telah menjadi guru bidang studi Bahasa Indonesia di kelas Prilly sejak tahun lalu, dan bisa dipastikan bahwa Pak Darto akan menjadi wali kelas mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Stay (Away)
Fanfiction⚠️Cerita Mengandung Bawang⚠️ "Lo maunya apa sih?!" Prilly mengeluarkan seringai menggodanya. Tangannya terulur menuju kerah seragam Ali, ia menarik kerah Ali hingga tubuh Ali terhempas mendekat ke arahnya. Lantas ia berbisik dengan suara seraknya, "...