Gotcha!

11.1K 650 53
                                    

            “Ibarat kata... Aku mirip kayak pribahasa ‘Kuman di seberang lautan tampak, Gajah di pelupuk mata nggak tampak’... Itu pribahasa yang pas buat aku kayaknya...”

            “Kayaknya salah tuh pribahasa. Kalau ada gajah di pelupuk mata pasti nggak kelihatan. Mata kita aja gak bisa kebuka gara-gara keinjek gajahnya. Kan gajahnya berat, gimana kita bisa buka mata buat lihat tuh gajah?”

            “Filosofismu nggak masuk, ah..!”

            “Aku realistis!”

***

Senja.

            Semburat oranye menghiasi langit di ufuk barat. Ada banyak cerita tempat itu. Pantai Kuta, Bali. Tempat itu dimana pertama kalinya mereka bertemu. Ada rasa kangen yang menyeruak di hati Agil waktu memandang matahari yang perlahan mulai menghilag itu. Rasa kangennya pada keluarganya di desa. Dia tersenyum dan bangkit dari duduknya. Tangan kanannya merogoh saku celana jeansnya dan menemukan benda persegi yang selalu menemaninya kemanapun. Dia memandang layar benda itu dan terdiam. Dua puluh panggilan tak terjawab. Yah, dia tahu siapa orang yang menelponnya itu. Agil segera menekan tombol jawab dan baru saja terdengar nada sambung, suara lain sudah menyapa gendang telinganya dengan nada kencang.

            “Giiilll....!! Kamu dimana...?” suara dari seberang berteriak kencang. Suara cowok. Sahabatnya.

            “Aku di Kuta! Jangan teriak, Ki.. telingaku pekak rasanya. Ada apa?” Agil menjawab sewot dan sedikit pedas. Kia, sahabatnya di sana hanya terkekeh geli.

            “Ada masalah dikit. Tugas kemaren aku belum ngerjain, aku nyontek punyamu, ya...!” Kia memohon dengan semangat. Agil menghembuskan nafas kesal dan menggeram kesal.

            “Iya, iya! Terserah aja, deh maunya gimana! Yang penting ongkirnya, gan..” Agil bermain pasir dengan kakinya sambil tersenyum.

            Kia sahabatnya sejak tujuh tahun yang lalu. Kedua cowok itu bersahabat sejak pertemuan pertama mereka. Keduanya bertemu di tempat ini, tempat yang sama. Pantai Kuta. Saat itu Agil yang memang murid pindahan dari Jawa akhirnya bersekolah di Bali. Waktu itu dia masi kelas enam SD, masih polos untuk ukuran orang dewasa. Agil masih sempat kesal dengan kedua orangtuanya yang harus pindah tiba-tiba di sini. Padahal dia tidak ingin meninggalkan teman-temannya di Jawa.

            Akhirnya karena kesal dengan keputusan orang tuanya, Agil mogok sekolah dan sering melarikan diri ke tempat ini dengan sepedanya. Lalu hari itu terjadi...

            Agil yang marah dengan keputusan orangtuanya akhirnya melajukan sepedanya kencang, menembus jalan raya di sekitar pantai Kuta. Air mata mengalir deras di pipinya, namun karena pandangan matanya kabur oleh air mata dia tidak bisa melihat dengan jelas dan akhirnya BRUK!! Agil menabrak seorang anak yang saat itu sedang berjalan-jalan dengan anjingnya. Tali anjing yang anak itu pegang terlepas hingga anjing itu akhirnya tertabrak sebuah mobil dan meninggal saat itu juga. Anak itu berdiri dengan wajah marah. Lutut dan lengannya lecet, namun yang dia perhatikan adalah keadaan anjing kesayangannya yang sudah tergeletak di jalan raya itu. Anak itu menghampiri Agil dan bersiap untuk menumpahkan emosinya, namun perlahan emosinya menghilang saat melihat Agil menundukkan kepalanya diantara lutut dan menangis kencang. Saat itulah anak itu ikut berjongkok dan menepuk-nepuk kepala Agil tanpa bicara sepatah katapun. Ya, anak itu akhirnya tumbuh bersama Agil dan menjadi sahabat yang selalu setia menemani Agil kemanapun dia pergi. Ya, anak itu adalah Kia.

            Sejak hari itu Agil berteman dengannya. Mereka pergi ke sekolah bersama, bermain bersama, dan keduanya seolah-olah adalah dua pasang sayap yang tidak akan sempurna bila salah satunya tidak ada. Mereka bersahabat, hingga tujuh tahun kemudian keduanya tumbuh menjadi dua sosok cowok yang sangat tampan dan menawan. Tentunya menawan dalam artian yang berbeda. Kia tumbuh menjadi sosok cowok yang sangat dipuja dan digandrungi banyak orang karena keaktifannya di sekolah, sedangkan Agil walau penampilannya masih sangat kaku dengan kacamata dan juga gayanya yang culun, dia sangat dikenal di sekolah karena dia adalah sahabat Kia. Jadi dengan kata lain, dia terkenal karena dia seolah perbandingan dari sosok Kia. Langit dan Bumi. Itu yang orang katakan tentang mereka.

Gotcha! (ONESHOOT - BXB)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang