"And like the moon, she had a side of her. So dark, that even the stars couldn't shine on it; she had a side of her. So cold, that even the sun couldn't burn on it." - Abigail. J.
Pagi ini Dave terbangun dengan hangover terparah sepanjang eksistensi kehidupannya. Kepalanya terasa seperti akan meledak, ditambah dengan rasa mual dari perut yang membuatnya semakin tak nyaman. Seakan hal tersebut belum cukup, rasa kering di tenggorokannya juga ikut menyiksa membuat Dave merasa kalau ia akan segera gila bila tidak menemukan air dalam waktu dekat.
"Dave? Minum obat sebentar supaya sakit kepala kamu hilang." Suara tersebut datang bersamaan dengan tangan halus yang menyentuh keningnya.
Dave memaksakan diri membuka mata dan mendapati lima orang Fiona sedang menatapnya dengan pandangan tak terbaca.
"Kamu kembar?" tanya Dave dengan suara serak.
Fiona tersenyum tipis dan membantu Dave duduk di atas kasur. Ia menyerahkan segelas jus jeruk beserta dua butir aspirin ke atas tangan pria itu, "Obat sakit kepala." Ucapnya ketika Dave hanya menatap tangannya dengan bingung.
Dengan patuh Dave menenggak butiran obat tersebut dan menghabiskan jus jeruknya lantas menyodorkan gelas kepada Fiona yang masih menunggu.
"Aku masih haus."
Tanpa mengatakan apapun Fiona menyodorkan gelas lainnya berisi air mineral dan Dave langsung menghabiskannya. Setelah itu Fiona kembali membantunya berbaring dan Dave hanya menurutinya tanpa banyak bertanya.
Ini bukan pertama kalinya untuk Dave mabuk karena alkohol, namun jangan harap Khea akan memberikannya aspirin apalagi segelas jus jeruk segar. Gadis berhati dingin itu akan membiarkan Dave merangkak menuju kulkas dan mencari air apa saja untuk diminum dengan alasan agar Dave jera menyentuh alkohol. Hal itu pula yang membuat Dave jarang menenggak alkohol secara berlebihan. Terlalu menderita setelah efek alkohol tersebut hilang.
Namun kali ini efeknya tak seburuk yang Dave bayangkan, karena diantara kesadarannya yang sudah kembali menghilang, ia merasakan ada tangan yang memijit keningnya dengan lembut. Mungkin hanya mimpi, namun tetap saja membuat Dave nyaman.
**
Fiona sedang menuangkan kuah sup ke atas potongan ikan didalam mangkuk ketika Dave keluar dari kamarnya. Pria itu sudah mandi dan sedang mengeringkan rambutnya dengan handuk sambil berjalan menuju dapur.
"Khea sudah berangkat kerja?" tanyanya sambil membuka kulkas.
Fiona mengangguk, "Ada rapat katanya."
"Dia melihat aku mabuk?" tanya Dave sedikit ngeri.
Fiona mengangguk, "Iya."
Dave manyun. Adiknya itu pasti akan khotbah setelah pulang kerja nanti. Memikirkan hal itu membuat kepala Dave semakin pusing saja.
"Makanlah, mumpung masih hangat." Ucap Fiona yang sudah selesai menyusun meja makan.
Dave termangu sejenak lantas duduk di kursi meja makan dan meraih sendok. Ia tersenyum tipis saat menyicipi kuah hangat tersebut dan mulai makan, sementara Fiona berkutat membersihkan peralatan yang tadi digunakannya untuk memasak.
"Duduklah disini Fiona." Ucap Dave saat dilihatnya Fiona akan pergi ke kamarnya.
Fiona tampak ragu, namun ia tidak membantah dan memilih untuk duduk di hadapan Dave. Tidak mengatakan apapun, hanya menunduk dan mengamati jemarinya.
"Terima kasih untuk obat dan supnya." Ucap Dave sambil menatap Fiona.
Fiona membalas tatapannya dan kembali menunduk, "Bukan masalah besar." Jawabnya dengan suara lirih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dave Bridegroom - Bad boys series #1
Ficção GeralSEBAGIAN CERITA SUDAH DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN!! TERIMA KASIH DAN SAMPAI JUMPA DI PO DAVE BRIDEGROOM - BAD BOYS SERIES #1 Salam sayang, JessJessica. Dave Bridegroom adalah seri pertama dari Bad Boys Series hasil karya JessJessica (@Abel...