Aku pikir jatuh cinta itu indah tapi ternyata tidak seindah yang ku bayangkan. Aku harus ikhlas merelakan orang yang aku cinta, orang yang aku sayang menuruti keinginan orang tuanya yang ingin menjodohkannya dengan wanita pilihan mereka.
Disaat aku dengannya di pantai yang sangat indah tapi hatiku harus merasakan sakit hati saat kekasihku harus menyudahi hubungan kita.
"Sayang, aku mau ngomong sesuatu sama kamu." ucap Ferry sambil memegang tangan Tiara.
"Kamu mau ngomong apa, sayang? Kok kamu jadi seserius ini sih?" tanyaku yang sebenarnya sakit hatiku ini
"Hmmmm.. maafin aku yang sangat mencintaimu tapi aku juga engga bisa melanjutkan hubungan kita." ucap Ferry dengan raut wajah yang sedih.
"Aku tahu karena orang tua kamu mau menjodohkanmu dengan wanita pilihan papa kamu kan?" ucapku yang sudah mengetahui rencana orang tua dari kekasihku itu
"Kamu tahu dari mana kalo orang tuaku menjodohkanku dengan wanita pilihan papaku?" dengan wajah terkejut.
"Kamu engga perlu tahu aku mengetahuinya dari mana, kamu hanya perlu menuruti apa yang orang tuamu inginkan, buatlah orang tuamu bahagia jadi jangan pernah buat mereka kecewa dengan keputusanmu." ucapku yang langsung meninggalkan mantan kekasihku.
"Tunggu dulu Ra." pintanya padaku dan berhasil membuatku berhenti.
"Kamu mau apalagi? Kan kamu sudah putusin aku terus mau apalagi?" tanyaku padanya yang benar-benar kesal dengannya.
"Apa kamu sudah tidak cinta lagi denganku? Apa kamu tidak mau memperjuangkan cinta kita lagi?" tanyanya padaku yang sudah berlinang air mata.
"Kita itu beda kapal, Fer. Aku tidak mau pindah kapal dan aku juga tidak mau kamu pindah kapal hanya demi aku." jawabku yang sudah tidak bisa menahan tangisanku.
"Aku yang akan pindah kapal, sayang. Aku yang akan memperjuangkan cinta kita, please jangan tinggalkan aku."
"Apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaan orang tua kamu jika kamu menentang permintaan mereka? Apa kamu pernah berpikir bagaimana perasaan orang tua aku jika tahu bahwa kamu pindah agama hanya demi aku bukan demi hati kamu itu? Pernah tidak? Tidak pernah kan? Terus buat apa kamu memperjuangkan cinta kita yang memang sudah tidak bisa dipertahankan? Tidak ada lagi yang perlu diperjuangkan, tidak ada lagi yang perlu dipertahankan. Selamat tinggal Ferry Christian Oktavianus." ucapku yang benar-benar sudah meninggalkan Ferry.
"Maafkan aku, Tiara. Maafkan aku yang tidak bisa memperjuangkan cinta kita, bukan hanya kamu yang berat menjalani hubungan yang beda agama ini tapi aku juga berat." batin Ferry yang masih menatap ke arah pergiku.
Di lain tempat lebih tepatnya rumah sakit dimana aku harus menjalankan tugasku sebagai dokter muda karena aku disini masih koas dan sebentar lagi aku akan menyelesaikan tugas akhirku di kampus. Aku benar-benar kepikiran dengan Ferry mantan kekasihku yang sebentar lagi akan dijodohkan dengan wanita pilihan kedua orang tuanya.
"Mbak DM, Mbak DM." ucap nurse Sarah yang memanggilku.
Tiba-tiba konsulenku membangunkanku dari lamunanku dan memanggilku.
"Tiara, Tiara." ucap Dokter Taufik yang memanggilku.
"Eh iya, dok." jawabku yang baru sadar dari lamunanku.
"Kamu bisa fokus tidak? Bisa tidak di saat kamu sedang di rumah sakit itu fokus? Masalah pribadi kamu jangan dibawa ke rumah sakit, bisa-bisa saya bisa memperlambat penilaian kamu di rumah sakit ini dan kamu harus mengulangnya lagi di rumah sakit lain, kamu mau begitu?" tanya Dokter Taufik tegas.
"Iya maafkan saya, saya janji akan lebih fokus lagi, dok." jawabku yang kikuk melihat dokter konsulenku.
"Ya sudah kamu sekarang juga ke kamar VVIP 2 ganti perban bekas jahitannya, inget tidak pakai tapi- tapi." perintah Dokter Taufik yang langsung meninggalkanku.
"Maafkan saya ya, sus." ucapku pada nurse Sarah.
"Iya tidak apa-apa, Mbak DM, saya juga pernah mengalami hal yang sama kok." jawab nurse Sarah sambil tersenyum kepadaku.
"Ya sudah, saya ke kamar VVIP 2 dulu, sus." pamitku pada nurse Sarah sambil tersenyum.
"Ok, Mbak DM." jawab nurse Sarah.
To Be Continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Seamin Tak Seiman
RomanceSalahkah jika aku ingin kisah ini selamanya di saat restunya tak berpihak aku berjuang tapi kamu memilih menyerah. Cinta kita sampai kapan pun tidak akan pernah direstui oleh semesta atau pun kedua orang tua kita karena berbeda keyakinan