11. Kunci Pertama•••
Rissa yang melihat Kenzo dikejar mencoba membantu dengan melempar semua batu yang ada disekitarnya, walau batu itu tidak cukup besar namun dapat membuat makhluk itu menoleh
Makhluk itu memiliki badan yang panjang seperti ular, entah keberuntungan sedang berpihak atau tidak, Rissa memiliki pemikiran yang sama dengan Shaka, yaitu berlari zig-zag berputar mencari celah-celah diantara pohon
Harapan agar makhluk itu terjebak diantara pohon, namun tidak semudah yang ia pikirkan, karena jarak yang sangat dekat membuat Rissa cukup panik, sehingga tidak memperhatikan apa yang ada didepannya
Ada banyak akar pohon yang besar sampai timbul di permukaan tanah membuat Rissa tersandung, makhluk itu sudah ada didepannya menunjukkan senyuman yang mengerikan, Rissa merasa badannya sangat ringan, ia tidak menyangka kalau makhluk mengangkat tubuhnya
GRAHHH GRAHH RAWHH
"Aish bau banget anjerrrr" Tania melongo bisa-bisanya dalam keadaan begitu masih berani bully tuh monster
Gibran dan Shaka menggambil kesempatan, mereka berdua membuat ujung kayu itu semakin runcing dengan menggeser kan ke bebatuan yang terlihat kasar. Tidak membutuhkan waktu lama Shaka segera berlari dan menerjang mahkluk itu
Dimulai dengan menusuk dari ekor membuat makhluk itu berteriak dan melepaskan tubuh Rissa. Lea berlari dan segera membantu Rissa, Shaka mencoba untuk lari kembali, dan menusuk belakang kepala makhluk itu yang terdapat tato seperti kunci.
Bahkan itu tidak semuda yang dipikirkan, makhluk itu dengan sigap berlari membuat Shaka yang ada di punggung makhluk itu harus berpegangan erat dengan sisik yang ada di badan makhluk itu
Sedikit demi sedikit Shaka menahan tubuhnya dan berusaha naik walau hampir jatuh.
"Sedikit lagi lo bisa" batin Shaka
Tombak itu diangkat dengan kuat, menusuknya tepat pada simbol kunci itu. Makhluk berwarna hijau itu berteriak dengan keras, tubuhnya mulai terbakar dan menjadi abu. Shaka meloncat dari punggung makhluk itu, abu itu berubah menjadi cahaya dan berkumpul membentuk sebuah kunci
Shaka meraih kunci yang mengapung itu, dan segera pergi untuk berkumpul dengan yang lain, terlihat mereka ber enam mengeluarkan banyak keringat karena berlari menguras tenaga
"Lo gpp?" Shaka mengangguk mendengar pertanyaan dari Kenzo
"Bisa kurus gue kalo kayak gini" keluh Tania. Semuanya duduk terlebih dahulu untuk beristirahat, capek cuy lari terus mana kaki manusia sama tuh makhluk beda banget, itu makhluk satu langkah, kita lima langkah. Dunia emang ga adil
Gibran memijat kakinya yang sedikit kram, Kenzo yang melihat itu membantu untuk memijat kaki temannya itu.
"Sekarang gimana?" Tanya Rissa. Shaka mengeluarkan kartu yang ia simpan, gambar peta yang tertera di sana dengan tanda X yang menandai dimana mereka berada.
Shaka menjelaskan bagaimana ia tahu cara untuk mendapatkan kunci, melalui kartu itu, dibawah kata kacang hijau bermata satu ada tuliskan tusuk tato kunci, yang terlihat kecil jika tidak diperhatikan dengan seksama
"Gak terlalu jauh ternyata, ini ada arah mata angin ga?" Tanya Lea yang masih memperhatikan gambar itu
"Kenapa, situ buta mata angin?" Gibran menganggap remeh, selama ini perempuan yang ia temui tidak terlalu tau tentang mata angin
"Lo remehin Lea? Waduh.... Tan gimana nih?" Rissa dan Tania menunjukkan mimik yang mengejek
"Ini tinggal ke Barat, terus ke Utara bakalan ada goa? Mungkin disitu papannya" Lea menjelaskan dengan tenang
"Lo kira semua cewe ga tau arah mata angin? Main lo kurang jauh" Kenzo yang merasa suasana mulai memanas, mencoba mengalihkan pembicaraan
"Pada masih capek? Kalau udah kita lanjut, gue pengen cepat pulang!" Tania ikut berdiri saat Kenzo berdiri, melihat itu mereka semua ikut berdiri dan memulai perjalanan
Tidak membutuhkan waktu yang lama, apa yang diucapkan oleh Lea tadi benar hanya perlu pergi ke arah Barat, lalu ke Utara. Sudah terlihat sebuah Goa yang terdapat air jernih berwarna biru
"Ini gue aja yang rasanya ga asing sama suasana?" Terlihat raut heran pada wajah Tania
"Ini goa kayaknya berhubungan sama goa yang awal deh, lihat tuh airnya aja sama" mereka setuju dengan pendapat Rissa
Gibran sedikit ragu untuk masuk ke dalam goa takutnya apa yang terjadi sebelumnya terulang lagi
"Mending jangan masuk semua, buat jaga-jaga" Gibran menatap dengan sorot yang tidak bisa dibantah
Hanya Gibran dan Kenzo yang masuk untuk mencari papan itu, terlihat sebuah cahaya yang terpantul dari sebuah lubang di atap goa memperlihatkan satu objek yang berada di bebatuan yang cukup tinggi
Kenzo mencoba untuk naik dibantu dengan menaiki tubuh Gibran agar lebih mudah untuk meraih
"Tahan bentar Gib jangan goyang"
"Lu berat njir"
"Sip turunin" Kenzo berhasil menggambil sebuah kotak dengan gembok yang diyakini berisi papan yang mereka cari
"Lo makan apa aja dah di warung, bisa patah pundak gue" Gibran memijat pundaknya. Mereka keluar dari goa dengan selamat, tidak ada kejadian yang di takutkan
"Gimana? Udah dapat?" Kenzo meminta kunci yang dipegang olah Shaka, ia membuka kota itu dengan hati-hati. terlihatlah papan monopoly dengan posisi yang masih sama
Kenzo mengeluarkan papan tersebut dan menaruhnya di tanah, kali ini mereka masih diam. Sekarang adalah giliran Rissa untuk melempar dadu
"ini gue lempar sekarang atau nanti aja?"tanya Rissa ragu, ia tidak boleh hanya menggambil keputusan sendiri. Gibran menggambil dadu yang ada di dalam kotak dan memberikan kepada Rissa
"lempar sekarang!" Shaka dan lainnya menggangguk setuju. Rissa melempar menunjuk angka 2, bidak itu bergeser sedikit sesuai dengan jumlah dadu yang terdapat gambar gedung dengan tulisan sekolah.
•••
To be continued
•••
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOPOLY [Hiatus]
FantasíaMereka adalah orang yang terpilih menjadi pemain di permainan sebuah papan, bidak, dan dadu Mereka berenam yang tidak saling mengenal dipertemukan di dunia yang tidak nyata, dimana harus bekerja sama untuk mendapatkan kunci agar dapat keluar dari du...