12. Sekolah•••
Yang awalnya berpijak di antara pohon berubah menjadi sebuah lapangan, di depan mata terlihat sebuah bangunan yang kerap digunakan untuk menuntut ilmu, namun terlihat lebih suram dengan suasana yang sedang mendung.
Rintik-rintik air hujan mengguyur mereka secara perlahan, Lea menggosokkan kedua tangannya Gibran yang melihat itu membuka hoodie dan memberikan ke Lea.
Masih memilih diam dan stand by di tempat yang sama seakan enggan untuk memasuki bangunan itu, ingin masuk namun rasa ragu dan takut yang lebih dominan.
"Nyesel gue, napa malah dapat ini dah," Rissa memandang bangunan itu ngeri.
"Berasa masuk rumah hantu ye? Gib gue takut anying," Shaka memang terlihat tenang tapi jantungnya ber disco. Kenzo menarik nafas, ia berjalan dahulu untuk mengecek ada jebakan apa tidak dan apa yang ditakutkan Kenzo terjadi.
Dari atas bangunan sekolah seperti ada busur panah, saat mulai melewati garis maka panah akan meluncur dan menerjang target. Panah pertama hampir mengenai kaki Kenzo, untung ia cepat mundur ke belakang garis.
Kilat dan petir menyambar, bersamaan dengan itu papan monopoly menghilang dan ada sepucuk surat jatuh dari langit seperti yang mereka alami di awal. Terlihat dengan jelas sebuah kode bertulisan
lampu merah lampu hijau berhenti berjalan.
Mereka tidak paham dengan tulisan yang ada di surat itu, mereka membalik dan terlihat gambar peta seperti denah dari sekolah yang akan mereka memasuki.
"Gila ruangannya banyak amat!" ucap Tania
"Kenapa gue ga asing sama nih denah sekolah?" Lea merasa tidak asing dengan denah itu, ia melihat sekeliling dan baru saja menyadari saat satu objek membuatnya teringat.
"Ini denah sekolah kita yang baru, lo lihat bangunan yang ada di sana itu sebelumnya ada pohon, sekarang berubah jadi tempat buat nunggu jemputan," pernyataan itu membuat Tania dan Rissa sedikit terkejut, karena mereka masih belum tau denah sekolah yang baru.
"Berarti kali ini yang bakal memimpin Lea, cuma dia yang tau tata letak,"
"Lah emang kita engga? kita juga satu sekolah sama Lea," protes Tania
"Udah dari ekspresi kalian, kelihatan banget kalau belom tau denah yang baru," Kalah telak, kali ini Tania memilih diam karena apa yang dikatakan Gibran benar juga.
•••
Kali ini hanya keajaiban yang mereka harapkan setelah melempar sebuah benda, dalam sekejap benda itu terbelah dengan panah.
Sudah 3 benda yang mereka lempar, pertama mereka melempar sebuah mobil mainan milik Kenzo, kedua mereka melempar penghapus yang sudah dipotong menjadi kecil oleh Shaka, namun panah itu tetap bisa membidik tepat, ketiga mereka melempar selembar kertas namun tetap membidik hanya saja panah itu tidak bisa menembus garis dimana mereka berdiri sekarang.
Dapat dibilang tempat mereka berpijak sekarang adalah tempat yang cukup aman, karena disini tidak ada yang aman.
"Huh... ini terus gimana? ya kali cuma berdiri disini aja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
MONOPOLY [Hiatus]
FantasyMereka adalah orang yang terpilih menjadi pemain di permainan sebuah papan, bidak, dan dadu Mereka berenam yang tidak saling mengenal dipertemukan di dunia yang tidak nyata, dimana harus bekerja sama untuk mendapatkan kunci agar dapat keluar dari du...