Gamaliel merapikan pakaiannya sambil melihat cermin. Setelah merasa cukup rapi, dia menyemprotkan parfum berbau tidak tajam yang sering dipakainya saat ngampus. Dia menaruh parfum itu selesai menyemprot, lalu mengambil kameranya dan pergi meninggalkan kamar.
“Mal, mau ke mana?” tanya Magdalena membuat Gamaliel menghentikan langkahnya.
“Ngerjain tugas sama temen,” jawab Gamaliel. “Dah, Ma,” tambahnya seraya kembali melangkah menuju garasi.
Dia mengambil kunci yang ada di kantungnya, lalu memasukkan kunci dan menyalakan sepeda motor. Dia memanasi mesinnya sebentar, lalu membuka gerbang garasi dan mengendarai motor itu menuju tempat perjanjiannya dengan Veranda.
><
Cowok itu turun dari sepeda motornya setelah menurunkan standar. Setelah itu, dia membuka ponsel pintarnya, mengirim pesan ke Veranda. Menanyakan di mana dia berada. Dan setelah mengetahui di manakah gadis itu, dia langsung berjalan menghampiri gadis yang sudah lama menunggunya itu.
“Hai,” dia menarik kursi dan duduk di depannya, “udah lama nungguin?”
“Oh, nggak kok, kebetulan aku juga baru sampai,” jawab Veranda seraya menyimpan ponsel pintarnya.
Gamaliel menanggapi jawaban Veranda dengan senyuman kecil. “Jadi, gue udah nemu beberapa spot yang bagus. Menurut lo, bagusan yang mana?” tanyanya seraya memamerkan spot-spot foto yang membuat Veranda menatap kagum.
Namun, sayangnya di sisi lain juga membuatnya bingung, karena semua spot cocok untuk tugas mereka. Akhirnya, dia mencoba untuk mengamati lokasi pilihan Gamaliel satu per satu. Dia masih belum memutuskan dan nyaris frustasi karena pilihan cowok itu semuanya bagus. Bahkan, saking sulitnya memilih, dia perlu waktu 15 menit untuk memilih di antara tiga spot terbaik.
“Oke, jadi fix di sini ya?” tanya Gamaliel memastikan. “Tapi, jaraknya lumayan jauh. Butuh waktu sejam perjalanan buat ke sana. Apa nggak papa?”
“Aku nggak papa, kok.”
“Nggak, maksud gue bukan lo. Tapi, pacar lo. Apa dia nggak masalah lo gue pinjem lama?”
Veranda mengernyitkan dahi ketika mendengar pertanyaan Gamaliel. “Pacar? Aku nggak punya pacar kok.”
Gamaliel tersentak, setengah tak percaya, dia mencoba kembali bertanya, “Serius? Terus, cowok yang waktu itu?”
Veranda yang mulai mengetahui ke mana arah pembicaraan ini mulai menghela napas jengkel. Dia memutar bola matanya, membuat Gamaliel merasa bersalah. Sepertinya, dia menanyakan hal yang sensitif.
“Ah … kalau gitu, mending kita berangkat sekarang aja,” ujar Gamaliel mencairkan situasi. Dia juga langsung mengantongi ponsel pintarnya dan beranjak dari sana.
Veranda yang suasana hatinya memburuk, dengan malas mengikuti arah ke mana cowok itu pergi. Dia baru menghentikan langkah kakinya ketika sampai di tempat parkir—tempat di mana sepeda motor Gamaliel diparkirkan.
“Nih.” Cowok itu memberikan helm yang baru saja diambilnya dari jok sepeda motor.
“Makasih,” ujarnya sebelum memakai helm yang diberikan oleh Gamaliel.
Setelah memakainya, dia langsung duduk di atas sepeda motor. Sebelum melajukan sepeda motornya, Gamaliel terlebih dahulu memastikan gadis itu sudah duduk dengan benar di atas sepeda motornya. Memastikan dia telah duduk dengan benar, tanpa basa-basi, cowok itu langsung melajukan motornya ke tempat tujuan mereka.
Awalnya, mereka melewati jalanan perkotaan. Namun, setelah Gamaliel berbelok ke arah gang sempit, pemandangan kota berubah menjadi desa kecil yang tersembunyi di balik gang. Kumuh, hanya itu yang dapat dia deskripsikan dari pemandangan itu. Sepanjang perjalanan di sana, orang-orang memandangnya. Tak heran, karena tampilannya yang mencolok cukup menunjukkan jika dia bukanlah orang gang itu, melainkan orang kota yang entah mengapa bisa-bisanya menginjakkan kaki di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Lovely Princess
Fanfic[TAMAT] (16+) Bijaklah mencari bacaan agar terhindar dari hal-hal yang tak diinginkan. Peringatan: Semua yang tertulis merupakan fiksi belaka. _________ Hampir tiap malam, mimpi itu selalu menghantui Celine. Bukan sekedar mimpi buruk, tetapi juga me...