Feeling

336 65 4
                                    

Heejin menatap heran pada namja di sampingnya. Ia merasa akhir-akhir ini namja itu terlalu dekat dengannya.
"Wae?" Jaemin menatap Heejin masih dengan posisi menunduk, sibuk mencoret lembaran soal Matematika di hadapannya.
"Hoksi...kau yang meminta kita berdua sebagai perwakilan Olimpiade Matematika?"
Jaemin terkekeh. "Wae?"
"Jadi benar?!!!"
Jaemin buru-buru membekap mulut Heejin. "Ini perpustakaan! Kau mau kita diusir dan ikut kelas Hong saem?!" Namja itu mendelik. Membayangkan jika ia harus mengikuti kelas Sejarah yanh lebih mirip ceramah.
Heejin mendengus lalu melepas paksa tangan Jaemin. "Tsk!" Cibir gadis itu.
"Bukan aku. Percaya diri sekali." Jaemin menatap sebal pada gadis di sampingnya. Memang sih dia mengakui kalau dia mulai tertarik pada Heejin, tapi meminta penunjukkan keduanya sebagai siswa Olimpiade, bukankah itu keterlaluan sekali. Jaemin merasa harga dirinya direndahkan. Hiperbola memang.
"Tapi aku merasa akhir-akhir ini kita terlalu dekat dan- terlalu sering berdua." Ucap Heejin ragu.
Jaemin mengerjabkan kedua matanya, tapi setelah itu senyumnya malah mengembang.
"Kenapa kita tidak sekalian berkencan saja?" Celetuk Jaemin dan sukses membuat Heejin memukulnya dengan membabi buta.
"Choi Jaemin!! Dasar buayaaa!!"
BUGH! BUGH! PAK! PAK! BUGH!
"Aduhhhh!! Heejin hentikan!! Auchh! Argghh!!!"
***

Terhitung sudah hampir dua minggu Jaehyun keluar dari rumah sakit. Tapi namja itu masih harus rutin melakukan check up, seperti hari ini. Dia ditemani Johny pergi ke Yulje.
"Bukankah kemarin Doyoung yang bersemangat sekali mau mengantarmu? Kenapa pagi ini kau malah merecokiku eoh?" Sungut namja itu.
Jaehyun mencebik, melirik sekilas namja yang tengah menyetir di sampingnya itu.
"Mana aku tahu! Telponnya tidak aktif dan tadi aku ke rumahnya, bibi Gain bilang Doyoung tidak kembali sejak semalam."
Johny mengernyit. "Jinca? Padahal semalam kami pergi minum bersama."
Jaehyun mengedik. Tidak peduli. Sudah terlalu kesal dengan Doyoung yang tiba-tiba menghilang.
--

Baekhyun sejak tadi hanya bisa meringis, berusaha sabar dengan tingkah dua namja muda di hadapannya. Bagaimana tidak. Dia ini kan Dokter spesialis anak, tapi malah diminta mengurus seorang pasien remaja tanggung yang terkena konstipasi.
"Chogi...apakah aku bisa mulai memeriksa?" Tanyanya, berusaha sopan.
Dua namja dihadapannya langsung terdiam lalu menunduk, meminta maaf karena malah membuat keributan di ruangan Baekhyun.
"Maafkan adikku saem. Dia bisa diperiksa sekarang, aku akan menunggu di luar." Ucap namja manis dengan wajah tirus di hadapannya.
Baekhyun mengangguk. Tapi tidak dengan namja yang Baekhyun ketahui bernama Park Jeongwoo itu.
"Hyeong...disini saja..."
Park Jihoon, namja itu berusaha menahan kekesalannya pada si maknae. Mana bisa dia menunggui anak itu untuk diperiksa.
"Tidak bisa Jeongwoo, hyeong dan Ruto akan menunggu di luar. Setelah selesai, hyeong baru kemari."
Namja yang satunya mencebik. "Tahu begitu aku dengan Junkyu hyeong saja tadi, menyebalkan."
Jihoon meringis lalu menatap tak enak pada Baekhyun, sementara pria itu terkekeh.
"Hanya sebentar saja, dengan hyeong saja, biar kakakmu menunggu di luar. Hanya sebentar, aku janji." Baekhyun berusaha menenangkan si remaja yang dia ketahui berusia 17 tahun itu- dari lembar data pasien.
Jeongwoo mengangguk ragu. "N-ne."
"Gamsahabnida." Jihoon tersenyum lega lalu berjalan keluar, tapi sebelumnya ia mengusak surai Jeongwoo.
"Junkyu sedang menemani Junghwan, dia kan juga sedang sakit. Hanya sebentar, setelah itu hyeong akan kemari."
Lalu setelahnya pintu ruang pemeriksaan tertutup. Menyisakan Baekhyun dan Jeongwoo.
"Kajja...Park Jeongwoo~ssi. Jadi...berdasarkan data ini, kau mengalami kesulitan buang air besar?"
Jeongwoo mengangguk samar.
"Apa akhir-akhir ini kau sering mengkonsumsi makanan instan?"
Jeongwoo menggeleng ribut. "Tidak. Aku bahkan sering meminum jus brokoli buatan Jihoon hyeong dan jus wortel buatan Junkyu hyeong."
Baekhyun mengangguk.
"Ini agak sedikit tidak biasa. Kau yakin tidak memakan apapun yang memicu konstipasi?"
Jeongwoo mengangguk.
"Baiklah, mari kita periksa." Lagi. Baekhyun menatap heran pada namja yang kini tengah berbaring di tempat tidur itu.
"Cha~ sepertinya kau memang mengalami sembelit. Aku akan memberikan resep, tunggu sebentar ne?" Baekhyun melangkah ke kursinya dan menuliskan beberapa nama obat. "Geundae saem."
Suara Jeongwoo membuat Baekhyun mendongak.
"Ne?"
"Aku kemarin sempat mencari tahu di internet kalau buah Kesemek itu membuat sembelit. Tapi bukankah itu tidak mungkin? Dia kan termasuk jenis buah, harusnya dia kan mengandung serat."
Baekhyun tersenyum gemas. Sudah terjawab ternyata. "Tentu saja dia buah. Tapi ada kandungan yang membuatnya bisa memicu sembelit."
Jeongwoo segera beranjak dan berjalan ke kursinya. "Mwoga?"
"Tanin. Tani itu antioksidan berjenis polifenol (yang mencegah atau mentralisasi efek radiakl bebas yang merusak) yang menyatu dan mudah teroksidasi menjadi asam tanat. Nah, asam tanat ini berfungsi membekukan protein yang berefek negatif pada mukosa lambung.* Itu yang bisa membuatmu sembelit."
Jeongwoo mengangguk. "Pantas saja seminggu ini aku sulit buang air besar."
Baekhyun mengenyit. "Jadi kau mengkonsumsi Kesemek selama satu minggu penuh?"
"Ne. Aku suka sekali dengan buah itu."
"Aigoo~ tidak baik makan itu setiap hari. Baiklah, apa kau bisa memanggil kakakmu kemari?"
"Ne!"
Baekhyun menggeleng pelan begitu melihat Jeongwoo keluar ruangan. "Anak-anak sekarang kenapa ekstrim sekali." Gumamnya.
**

Jaehyun malam ini harus rela pulang ke apartemennya dibandingkan kembali ke rumah pukul 3 dini hari. Tidak. Bukan karena ia pergi menemani Doyoung atau Johny ke klub, tapi karena ada pergeseran digit angla di keuangan perusahaan yang harus membuatnya mengecek satu per satu lagi.
"Tsk...aku benar-benar akan memecat Denise kalau anak itu tak bisa bekerja. Menyusahkan saja." Kesalnya. Bagaimana tidak. Sekertaris baru Doyoung itu benar-benar mengacaukan laporan keuangan kantor hari ini. Ditambah Doyoung sedang pergi ke Busan untuk melihat perkembangan pembangunan cabang baru kantor mereka dan Johny yang sibuk menemani kolega dari Kanada, jadi mau tak mau harus Jaehyun yang mengambil alih. Sial sekali dia hari ini.
Mobil SUV milik Jaehyun tak berapa lama terhenti di depan salah satu minimarket. Membeli kopi hangat bukan pilihan buruk. Baru saja ia menutup pintu mobil, terdengar suara sirine mobil disusul bunyi benturan yang cukup keras.
Jaehyun segera berbalik dan mendapati sebuah mobil Hyundai Kona berwarna hitam menabrak pohon di sisi jalan. Buru-buru namja itu berlari ke mobil saat mendapati seorang wanita berusaha keluar dari sisi kiri mobil.
"Astaga!"
Jalanan malam itu cenderung sepi, tapi namja itu sempat melihat seorang pria paruh baya yang terlihat berjalan sempoyongan di pedestrian dekat zebra cross.
"Chogi- Suzy?!" Jaehyun memekik saat mendapati bahwa pengemudi mobil itu adalah Suzy. Gadis itu terlihat kesulitan untuk keluar dari mobil.
"Jaehyun~ssi." Ucapnya sembari memegangi pelipis kirinya.
"Aishh...apa yang kau lakukan sampai bisa-"
"Diam dan cepat bantu menepi di sana." Suzy berusaha menegakkan tubuhnya dan menunjuk ke arah minimarket.
Jaehyun menghela nafas. "Tidak. Masuk ke mobil dan kita ke apartemenku."
Suzy melotot.
"Jangan kurangajar. Kita tidak saling mengenal-"
"Bukankah aku pernah bilang kalau kau calon istriku? Jadi hanya menurut dan aku pastikan aku tidak akan menyentuhmu."
Setelahnya Suzy rasanya ingin berteriak saat Jaehyun menggendongnya dan mendudukkannya di kursi samping kemudi. Namja itu kemudian mengambil ponselnya di saku jas dan menelpon seseorang.

"Mark? Kau di rumah?"
...
"Bisa aku minta tolong ambil mobilku di Minimarket yang ada di seberang apartemenku?"
....
"Gumawo."

"Turun dari mobilku Jung Jaehyun." Ucap Suzy tegas. Ia bahkan tiba-tiba tak merasakan nyeri di pelipisnya yang berdarah.
"Diam atau aku akan benar-benar menyentuhmu di apartemen nanti."
"YAK!!"



*https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/lindasb/apa-itu-tanin_5520a866a33311314746d00b

Haii hai haiii
Aku update nihhh kkkkkk🖐🖐🖐🖐🙃

Love In EmergencyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang