CHAPTER LXXII

375 56 29
                                    

72

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

72

Jangan lupa beri vote kalian ya, chuuu ~











"Begitu masa hukumanku selesai, aku janji aku akan menjemputmu lagi."

"Aku merindukan itu, bahkan lebih."

"Bahkan saat hamil pun kau terlihat rupawan Kanawut, bahkan lebih menggoda."

"Kana—"

"Kana?"



Mew berdiri dari kursi dengan fokusnya yang seketika terarah pada bagaimana gelisahnya Kana di atas ranjang. "Sayang. Hei, bangun."

"Kanawut." Mew bersuara lagi kali ini diikuti dengan gerakan pelannya pada puncak kepala si laki-laki manis seakan menuntun Kana untuk membuka mata.



Detik berikutnya dengan napas terengah Kana terbangun dari tidurnya. Pandangan kosong itu sempat terarah sesaat pada langit-langit sampai akhirnya ia mulai menghela napas lega.

Syukurlah, hanya mimpi. Mencelos rasanya Kana saat mendapati dirinya ternyata masih berada di bangsal rumah sakit dengan Mew yang selalu di sampingnya.



"Mew ..."

"Aku disini." Mew tersenyum. Pria itu kemudian menempatkan dirinya di sisi ranjang tepat menghadap Kana dan tanpa basa-basi langsung menarik tubuh itu ke dalam pelukannya. "Mimpi buruk, hmm?"



Kana mengangguk di pundak Mew sebelum memutuskan untuk semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher sang suami. Jujur saja Kana takut. Selain terus membayangkannya setiap hari, kejadian tiga hari lalu itu nyatanya kini ikut menghantuinya di mimpi.

"Hanya mimpi, Sayang. Tidak apa-apa." Mew berbisik, berusaha menenangkan seiring dengan tangannya yang terus bergerak di punggung Kana.


KarmaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang