Aula penobatan hanya diisi oleh dua orang. Namun tak menutup kemungkinan kalau aura tegang masih saja menguar pekat dari ruangan itu.
Di sana, Wang So dan Andraㅡ Iya, Andra yang itu– saling melayangkan tatapan. Bedanya, Wang So menatap penuh intimidasi, sedang Andra hanya mencuri-curi pandang sambil merutuki betapa bodoh tindakannya beberapa jam yang lalu.
"Dasar gila, blegug, tulul, lo kenapa, sih, Andra ..." Andra bergumam dalam bahasa Indonesia.
Gumaman itu tentu saja didengar oleh telinga tajam milik Wang So.
"Hei, Wanita Gila!" ucapnya.
Andra yang tak terima dikatakan wanita gila membalas, "Apa, Oppa Serem!"
"Kau berani meninggikan nada bicaramu di depan raja?" Wang So tidak benar-benar serius saat mengatakan itu.
"Padahal dia duluan yang kasar ...," gumam Andra. Sengaja sekali agar Wang So mendengarnya.
Wang So menghela napas pendek tak menyangka. "Hey! Jika bukan aku yang menemukanmu di Sungai Han, kau pasti tidak akan tertolong!"
Persetan dengan harga diri. Wang So harus benar-benar mengajari gadis di depannya ini cara beretika.
"Jadi, lo mau minta balas budi gitu? Dasar perhitungan!" Andra balas mendengus.
"Kau--!" Ucapan Wang So tertahan. Tahu bahwa gadis di depannya hanya akan membalas dengan ucapan yang lebih mengesalkan, Wang So memilih menghadap tembok. Lalu berteriak frustasi di sana.
"Cieee, mental breakdance."
Lihat?! Bahkan Wang So berteriak saja salah di mata anak itu.
Hening beberapa saat, namun Andra akhirnya teringat sesuatu.
"Tuh, kan jadi OOT lagi! Udahlah, fokus dulu! Ngapain lo bawa gue ke sini?" kata Andra.
"Harusnya aku lebih dulu yang bertanya. Apa-apaan pernyataan cinta tadi?" Wang So balas mendengus.
"Uhuk!" Andra tersedak. Lalu cegukan. Benar, 'kan? Dia bakal ungkit-ungkit pernyataan cinta konyolnya!
***
Beberapa jam sebelumnya....
Anjing! Anjing! Anjing! Anjing! Banget! Gratatata~~🎧🎤
"$&&#$**!"
Itu bunyi alarm Andra. Sial, di situasi seperti ini alarm itu masih ada juga?
Mungkin kalian tidak percaya, tapi sebenarnya Andra adalah tipe mulut suci, tapi sejak dirinya tinggal bersama Su-ni ....
Coba saja tinggal bersama Kim Su-ni, walau kalian berusaha membuatnya kesal, kekesalan itu hanya kembali pada dirimu sendiri.
Bayangkan saja, Andra bahkan sudah membuat sikat gigi anak itu terjun ke toilet, lalu dengan santainya anak itu berkata, "Nggak apa-apa, di toserba depan sana kayaknya jual sikat gigi, deh." Padahal itu sikat gigi limited edition! Hanya ada 50 di seluruh dunia. Coba?!
Lupakan hal itu, sejak alarm penuh umpatan itu berbunyi, mulut Andra tak henti-henti mengucapkan kata umpatan juga. Sejenius apapun dirinya, situasi ini tak akan bisa diurai dengan otaknya saja.
Andra tiba-tiba rindu Su-ni ....
Andra sudah yakin ini di Songak. Masalah pulang ke masa depan, ia akan pikirkan nanti. Sekarang, mari kita cari sesuatu yang bisa dimakan. Serving-tray-nya masih mengisi daya di kabel yang terhubung ke panel surya di atas hou-camp-nya.
Andra tidak mandi. Mandi di hou-camp rasanya benar-benar tidak nyaman. Kau seperti mandi dengan squishy, terasa lembab di kulit, tapi tidak basah.
Berniat mengikuti sinyal manusia yang lebih kuat daripada yang semalam, Andra beranjak, melihat ke sekeliling hutan dari balik jendela hou-camp-nya.
"Gue rasa sinyal yang ini bakal ngirim gue ke pemukiman, deh. Apa gue ikutin aja, ya?"
Andra menimbang-nimbang. Pergi ke pemukiman dapat menjadi kabar baik dan kabar buruk sekaligus. Kabar baiknya, ia akan mendapat secuil jawaban tentang keberadaannya saat ini. Kabar buruknya, yah ..., kalau kenyataan itu tak sesuai dengan keinginan Andra tentu saja.
Memilih keluar, Andra mengenakan parka berbulu untuk menahan hawa dingin hutan antah berantah ini.
Melihat situasi, sepertinya tidak aman jika memaksakan memakai hoverboard berkeliling. Sambil menggerutu, Andra memilih berjalan kaki. Tentu saja setelah menyelubungi hou-camp dengan Jubah-Transparan.
Tanpa disadari Andra, ada seseorang yang mengintainya, bersiul rendah sambil menunjukkan seringai seram.
"Mari kita lihat di mana permainan ini bakal berakhir, Anak Ramalan."
***
Bunyi alat pendeteksi manusia itu semakin nyaring. Berarti, pemukiman sudah dekat. Andra semakin bersemangat melangkah.
Selamat atas pelantikan anda, Pyeha!
Semoga langit memberkati anda!
Berhasil! Andra bersorak dalam hati ketika kerumunan orang di depannya terlihat jelas.
Namun itu tak berlangsung lama. Jantung Andra berdegup kencang. Wajahnya menegang. Ada apa dengan semua pakaian kuno ini?
Andra menyibak semua orang yang berada di kerumunan. Beberapa orang mengumpatinya. Namun Andra tidak peduli. Dirinya terpaku pada iring-iringan mewah yang melintasi jalan di depannya.
Bukankah itu–
"Kyaa! Pyeha kita sangatlah menawan!"
"Hey, minggir! Kami ingin melihat Pyeha kami!"
Andra jatuh terjerembap ke jalan dengan tidak hormat akibat dorongan dari gadis-gadis di belakangnya.
Gadis itu hampir saja mengumpati orang yang mendorongnya ketika sebuah suara lantang yang berasal dari tandu iring-iringan tersebut.
"Siapa yang berani menghentikan kereta raja?!"
Andra meneguk salivanya kasar. Benar dugaannya. Suara yang memanggilnya adalah suara orang yang sama yang menyelamatkannya di Sungai Han pertama kali. Atau haruskah Andra menyebutnya, Raja Wang So?
Mendadak sebuah ide melintas si kepalanya. Ide yang gila.
Baiklah. Apa salahnya bermain sejenak?
Mendadak, gadis itu berlutut, memberikan hormat dengan sungguh-sungguh lalu berseru lantang.
"Saranghabnida, Pyeha!"
Tindakan Andra ini ... tidak ada salahnya, bukan?
***
TBC.
Haloo! Berapa bulan aku ngilang? Wkwk!
Jangan lupa apresiasi nya, yah! Aku nulis ini pake blood, sweat and tears, tau! (Hiperbola)
Salam hangat,
Xyraa~ang@_@
KAMU SEDANG MEMBACA
Saranghabnida, Pyeha! : THE GORYEO'S DORAEMON
Historische RomaneTahu Doraemon? Iya, Doraemon yang itu. Aku akan senang sekali jika jadi Nobita yang akan dibantu oleh Doraemon. Masalahnya .... AKU YANG JADI DORAEMONNYA! Baik-baik. Mungkin itu tidak terlalu menjadi masalah bagiku jika saja orang yang menjadi...