[23] Bintang

818 146 9
                                    

Setelah bergelut dengan pikirannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Setelah bergelut dengan pikirannya. Setelah ragu untuk beberapa saat, Kalila akhirnya pergi ke depan Vila pada jam 9 lebih. Yang lain sepertinya sudah tidur karena Vila terlihat sepi.

Kalila tidak ingin datang tadinya karena tidak ingin perasaan aneh itu muncul lagi, namun ia juga khawatir Jeno akan menunggunya.

Saat tiba di depan Vila, Jeno sudah menunggunya. Menyandarkan tubuhnya ke dinding sambil bersilang dada. Dan saat ia melihat Kalila, kurva di bibir Jeno otomatis terangkat keatas.

"Hai, anak kecil."

"Hah?"

"Lo dateng buat liat bintang kan? Berarti lo anak kecil."

"Gue cuma orang dewasa yang mau nemenin anak kecil liat bintang."

Jeno tertawa, "Ayok."

Gadis itu mengikuti Jeno dari belakang. Saat berjalan keduanya tidak saling bicara. Hingga tak terasa mereka sudah berada di tepi pantai. Jeno langsung mendudukkan dirinya di pasir dengan sendalnya sebagai alas.

Kalila masih menatap heran lelaki itu.

"Lo ngapain? Sini duduk."

Kalila mengikuti Jeno dengan terpaksa, "Sebenernya lo mau ngapain sih?"

"Gak ada. Gue cuman mau duduk aja disini."

"Dasar aneh."

Untuk beberapa menit ke depan keduanya tidak ada yang mau membuka suara. Baik Kalila dan Jeno menatap kosong lautan yang tidak terlihat namun masih terdengar deburan ombaknya.

"Lo tau? Bintang itu ada yang punya cahaya sendiri ada juga yang cuma memantulkan cahaya dari bintang lain."

Jeno berbicara pada Kalila namun matanya menatap lurus ke langit. Ada beberapa bintang kecil yang terlihat di sana.

Kalila mengikuti Jeno menengadahkan kepalanya untuk melihat bintang.

"Sama kayak lo."

"Lo itu salah satu bintang yang punya cahaya sendiri. Itu sebabnya ada beberapa orang yang butuh lo buat mantulin cahayanya."

Gadis itu menoleh menatap Jeno yang masih menatap langit.

"Coba deh lo bayangin, kalo lo gak bersinar, gimana caranya mereka bisa bersinar? Kalo cahaya lo redup, apalagi mereka." Jeno tiba-tiba menoleh membuat mereka akhirnya saling berpandangan, "Maksud gue, kakak lo sama Ibu lo. Saat ini gue gak ngeliat cahaya dari mata lo, lo redup, Haru."

"Lo mungkin gak bisa liat, tapi kalo cahaya lo bersinar lagi, mereka juga bisa bersinar lagi dengan cara mereka sendiri, disana."

"Gue tau. Kata-kata apapun gak bakal bisa bantu lo buat bangkit lagi. Tapi gue cuma mau lo tau, kalo mereka butuh cahaya lo buat bisa mantulin cahayanya. Mereka butuh lo menghargai hidup lo, biar mereka bisa hidup bahagia juga di dunia yang lain dengan cara mereka sendiri."

Find Your Home (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang