40. Kejujuran dan Air Mata

16 4 0
                                    

HAPPY READING
.
.
.

Kejujuran dan Air Mata

"Kebohonganmu seolah membuatku menjadi manusia paling bahagia. Namun, kejujuranmu pun justru seakan membuatku menjadi manusia paling terluka."

Rasa aneh dan penasaran kian menggebu berputar-putar di pikiran Kisya tiada henti. Semalaman tadi dirinya tidak bisa tertidur dengan pulas. Memorinya terus menyorot pada kejadian di mana Mama Putri mengatakan hemodialisa di depannya. Sementara setiap kali ia mengajukan pertanyaan itu pada sang kakak, Nisya pasti selalu membungkam dan mengelak dengan seribu alasan yang aneh.

Dan hari ini, ketika mereka sedang berada di dalam mobil bersama, Kisya sudah menahan diri untuk tidak menanyakan hal itu kepada Aqila. Namun, rasa penasaran semakin merajarela, sehingga membuat jiwanya meronta-ronta tak karuan.

Memantapkan hatinya, Kisya pun akhirnya memberanikan diri untuk bertanya supaya rasa penasaran itu cepat menghilang.

"Bun," panggil Kisya pelan, membuat Nisya spontan melempar tatapan curiga kepadanya.

"Iya, Sayang? Kenapa?" sahut Aqila melirik sang putri dari kaca spion.

"Aku mau tanya, Bun."

"Boleh. Mau tanya apa?"

"Kalau hemodialisa itu apa, Bun?" tanya Kisya langsung.

Nisya sontak menolehkan kepalanya dengan binar tajam memancar di kedua bola matanya. Sedangkan Kisya hanya membisu, pura-pura tak sadar bila Nisya sedari tadi terus memberinya tatapan ganas. Walaupun ia mengetahui semua respons yang Nisya berikan.

"Hemodialisa itu semacam pencucian darah dengan maksud mengeluarkan bahan tertentu dari darah menggunakan alat khusus yang dinamakan ginjal buatan. Cuci darah wajib dilakuin kalau misal ada penderita gagal ginjal," jelas Aqila panjang lebar.

Kisya masih belum paham, ia mengernyitkan alisnya bingung. "Jadi, intinya apa, Bun?"

"Intinya, hemodialisa itu pengobatan buat penderita gagal ginjal."

Jantung Kisya seolah ditikam belati tanpa aba. Sekujur tubuhnya seketika membeku mendengar itu, tiada hal yang bisa diungkapkan Kisya selain rasa sakit yang begitu menyiksa. Seandainya ini bukanlah di dalam mobil, air mata Kisya pasti sudah jatuh dengan deras.

"Emangnya siapa yang kena gagal ginjal?" Pertanyaan Aqila membuyarkan Kisya dari perang batinnya.

"Euh ... i-itu, Bun, di sekolah ada temen yang kena ginjal," jawab Kisya berbohong, walaupun Aqila memercayainya dengan mudah.

"Kasian, ya. Mangkanya, gagal ginjal itu mematikan banget. Bisa ngancem nyawa. Jadi kamu harus pinter-pinter jaga ginjal. Jangan sampe kayak temen kamu itu, ya."

"I-iya, Bun."

Rasa sedih, kecewa, marah, sudah bercampur menjadi satu dalam embusan napas Kisya. Mengetahui kebohongan ini merupakan hal terperih di dalam hidupnya. Demi Tuhan, dia tak pernah menduga kalau Nisya yang selama ini selalu ceria, selalu tersenyum, selalu berbuat usil, tapi ternyata gadis itu menutupi sejuta rahasia besar yang entah dari kapan rahasia itu tersimpan rapi darinya.

Namun yang pasti, ada air mata yang mati-matian ditahan oleh Kisya. Ada rasa bersalah yang menyesakkan dadanya begitu hebat saat ini. Ada rasa kecewa yang hinggap pada dirinya ketika mengetahui bahwa kembarannya sendiri mengidap penyakit berat yang bahkan dirinya tidak ketahui selama ini.

Itulah, gagal ginjal.

***

Jam pertama di SMP Antariksa sudah dimulai sejak satu jam yang lalu. Kelas 9D--kelas di mana Nisya dan Kisya berada tengah diisi dengan pelajaran Bahasa Inggris yang mungkin sangat menyenangkan bagi orang pintar seperti Kisya, tapi sangat membosankan bagi orang biasa seperti Nisya.

NIKISYA [END] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang