Salah Tingkah

340 19 64
                                    

“Ehhh...” Sepatu Kella yang seharusnya mengenai Andi malah meleset dan mengenai pundak Noval.

“Loh, Noval,” seru Kella terkejut.

“Kalian nih, lempar sepatu sembarangan,” gerutu Noval sambil memegangi pundaknya.

“Hehe,” Kella hanya bisa tersenyum kecut.

“Aku kesini buat ngasih flashdisk ke Adel,” kata Noval, mencoba kembali ke tujuannya.

“Ciyyyeeeeee,” sorakan Andi dan Kella membuat suasana makin ramai.

“Ihh apaan sih kalian,” ucap Adel dengan ekspresi datar, matanya berusaha tidak teralihkan dari layar laptop.

“Ehkem ehkem,” Kella berdeham untuk menarik perhatian.

“Mana flashdisknya?” tanya Adel tanpa menoleh.

“Nih,” ucap Noval sambil menyodorkan flashdisk, wajahnya menunjukkan sedikit rasa malu.

“Udah sono balik ke kelas,” ujar Adel, tangannya bergerak seolah mengusir ayam.

Noval segera berbalik dan kembali ke kelas dengan langkah cepat.

“Si ayam bernama Noval itu meresahkan,” oceh Adel sambil kembali fokus ke laptopnya.

“Ya in aja,” Kella menimpali dengan santai.

“Tapi seneng kan?” goda Andi sambil menyikut Kella.

“Dihh, Noval kan ayam,” jawab Adel dengan nada cuek.

“Canda ayam,” balas Andi, tertawa kecil.

“Di patok ayam baru tau rasa,” Adel menjawab dengan nada sedikit kesal.

“Segitunya,” Kella mengangkat alis, tersenyum simpul.

“Aku juga segitunya sayang sama Sahil,” ucap Adel dengan wajah tanpa dosa, membuat semua terdiam sejenak.

“Beuhhh damage-nya nggak ngotak,” kata Andi dengan nada kagum.

“Ekhem ekhem,” Kella ikut menggoda Adel.

“Senyumannya terlalu manis buat penderita diabetes,” lanjut Adel, matanya masih fokus pada layar.

“Hmmm, ya in,” Kella mengangguk setuju.

“Aku masih fokus sama si manis Kella,” Andi mulai menggombal, membuat Kella tersentak.

“Heh!?!” Kella ngegas, wajahnya memerah.

“Lupakan yang lama fokus sama Sahil aja,” Adel tak mau kalah dengan Andi, senyumnya lebar.

“Ekhem ekhem, keselek batu,” Kella mencoba menenangkan diri.

“Untung Sahil nggak disini, kalau disini pasti dia nge-fly,” kata Andi sambil tertawa.

“Nah itu,” Kella mengangguk setuju.

“Durian bisa terbang?” tanya Adel dengan polos.

“Hah!?!” Kella langsung mengerutkan dahinya karena kurang paham dengan perkataan Adel.

“Maksudnya?” Andi juga terlihat bingung.

“Kan rambutnya Sahil tajem kayak kulit durian,” jawab Adel sambil tertawa kecil.

“Kumat,” Kella menggelengkan kepala.

“Nggak tajem juga kalik,” Andi mencoba membela Sahil.

“Sahil pakek pomade, Andi pakek minyak tawon,” Adel menambahkan, senyumnya lebar.

“Heh!?!” Andi mulai ngegas, wajahnya menunjukkan rasa tak terima.

“Sippp, nyindir sampai akar,” Kella hanya bisa menertawai Andi.

SI HUMORISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang