2. Ini Teh Dewi?

68 15 28
                                    

Bahkan dari sudut pandang ini, hanya aku sendiri yang tidak paham didirikannya perpustakaan di bawah tanah kastil. Kekuasaan keluarga Kang Oliv dalam mengelola ruangan ini begitu detail. Pemilihan warna setiap buku dikhususkan sesuai kebutuhan. Contohnya dalam bertahan hidup, ada buku warna hijau. Di situ juga ada penjelasan mengenai banyak tanaman obat. Aku lumayan terkesima.

"Ini hari kedua anda di sini. Di luar berbau busuk karena udara penuh bau darah akibat hancurnya setengah kastil. Sangat menyebalkan sejujurnya saat bangunan kastil ini hancur akibat jahatnya mereka. Ah iya, saya merekomendasikan perpustakaan warisan keluarga saya untuk anda, silakan anda bertahan di sini."

Aku mengangguk paham. Perutku terasa perih karena belum makan seharian. Tidak ada makanan di sini, menyeramkan, bagaimana dia bisa bertahan di kastil tanpa makanan sedikit pun?

"Di sini ... nggak ada makanan gitu?"

Kang Oliv menggeleng. "Kami mempunyai mata yang dapat menciptakan juga. Tapi kekuatan itu ada batasnya, di mana ada bayarannya."

Aku menyentuh dagu, berpikir sejenak. Aku belum mengerti bagaimana cara memaksimalkan kekuatan mata ini, tapi saat aku emosi, kekuatannya bisa dikeluarkan sendiri.

"Apa bayarannya?"

Kang Oliv menunjuk dadaku. Bu-bukan organ 'kan?

"Pakaian. Oleh karena itu saya setiap hari hampir mati kelaparan. Dan ...."

"Udah atuh, jangan terlalu dipikir jauh. Lalu gimana cara menciptakannya?" tanyaku sembari duduk di kursi. Agak melelahkan berdiri terus, perutku terasa perih lama-lama.

"Hm, anda hanya harus mengucapkan 'lucnum huta', ta-tapi anda juga harus menutup mata setelahnya."

Aku mengernyit bingung. "Kenapa?"

Dia tidak menjawab. Mulutnya membisu sembari terbang ke pojok ruangan. Aku memfokuskan mata, memikirkan sesuatu. Aku harus apa? Aku bingung? Apa yah? A-ah jangan itu.

"Lucnum huta."

Seluruh lilin di ruangan mati sendirinya. Aku tak sadar meneguk saliva kasar. Ini benar-benar gelap sampai ada gerbang putih yang tercipta. Dari sana keluar gadis berpakaian layaknya bidadari. Bajunya putih disertai hiasan bulu, matanya semurni emas, warna rambutnya juga sehangat musim panas. Aura yang aku rasakan sangat aneh, ini mengagumkan.

"Tuan Oliv, anda memanggil saya setelah berapa bulan lamanya. Sekarang, pakaian apa yang akan kamu beri?"

Aku melempar jas ke hadapannya. Dia menerimanya agak tergesa-gesa. Sikapnya polos sampai aku ingin tertawa ketika dia terkejut. Lagian, jas merah itu aku tidak menyukainya.

"Sekarang, saya akan menciptakan pendamping hidup. Dan saya memilihmu."

"Baik. Akan saya kabul ... HEH!! A-APA! JANGAN AKU! TI-TIDAK GERBANGNYA TERTUTUP! WOI BUKA ARGAM! KYAA!! MESUM! MESUM!!"

Apa ... wujud bidadari di sana itu palsu? Aku tak mengetahui maksud kata "mesum"-nya, hanya saja aku tahu dia sangat kaget. Dia menggebrak gerbang yang mulai terseret ke dalam gelap, hingga seluruh lilin di ruangan menyala kembali.

Mata Kang Oliv tidak hentinya membeku. Kehadiran bidadari di sampingku sampai membuatnya gemeretak ketakutan.

"A-apa yang anda lakukan? Kenapa mengambil Dewi Aria! Bo-bodoh, bagaimana bahan pangan di seluruh dunia jika Dewi Kesuburan ada di sini?!"

Eh? Jadi dia teh Dewi Kesuburan yah? Aku baru tahu. Tapi aku tak bisa menolaknya untuk pulang ke tempat asalnya. Dia juga sudah siap menjadi pendamping hidupku.

"Ke-kenapa ada orang tidak waras meminta diriku menjadi istrinya. Bahan pangan di dunia akan runtuh. Lalu aku akan disetubuhi bocah muda ini."

Aku menyilangkan lengan. "Aku teh gak bermaksud begitu. Aku hanya ingin kamu untuk menjadi istri saja. Aku merasakan kekuatan milikmu begitu kuat, sampai aku tak sadar memilihmu."

The Inner Eye And The Other World Volume 1[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang