10. Benarkah

262 37 1
                                    

"Semuanya akan terungkap  di saat waktu yang datang sudah tepat. Entah sebuah alasan, cinta, kebencian, ataupun yang lainnya. Walaupun terkadang menunggu tanpa kepastian itu suli dan biarkanlah waktu yang akan menjawab semuanya."

-Agaraya-

Sesampainya di kelasnya, Raya langsung duduk di tempatnya.

"Ren, gue capek," katanya ngos-ngosan dan napasnya tersengal-sengal karena habis dikejar oleh Aga.

"Elo kok kayak habis dikejar setan sih," celetuk Rain sambil tersenyum tipis.

"Ais, Ren gue lagi serius elo malah bercanda." Raya mengerucutkan bibirnya karena kesal.

"Hehe maaf." Rain menyengir kuda.

"Jadi elo kenapa?"

"Gue habis dikejar si cupu itu ternyata dia memiliki jiwa psikopat." Terang Raya jujur.

"Ha? Masa? Maksud elo Aga?" tanya beruntun Rain dan membuat Raya jengah melihat kelakuan sahabatnya itu.

"Heem."

Rain menyenggol bahu Raya. "Kok heem doang sih. Jelasin yang sebenarnya dong. Jujur gue ga percaya Aga bisa gitu." Rain menelungkupkan kedua tangannya di depan bahu dengan harapan Raya mau bercerita tentang kejadian tadi.

"Dia tuh keknya pura-pura cupu deh. Serem banget, gue kira emang dia cupu tapi liat kelakuannya tadi .... bikin gue merinding." Raya menjelaskan semuanya tentang kejadian yang dialaminya tadi mulai dari kejadian di perpustakaan dan kejadian gadis itu memberontak saat di cekal oleh Aga.

Rain hanya mengangguk pelan dan berusaha menjadi pendengar yang baik bagi sahabatnya itu. Matanya menatap lekat wajah sahabatnya dan telinganya serius menangkap semua ucapan sahabatnya.

Dari lubuk hati yang paling dalam Rain tidak percaya kalau Aga bisa bersikap se kasar itu. Hati kecil Rain mengatakan laki-laki itu melakukan semuanya pasti alasan tersendiri. Tidak mungkin melakukan hal itu tanpa ada alasan.

"Benarkah Aga bersikap begitu pada Raya? Mengapa dia melakukan itu. Apakah ini semua sudah ada rencananya." Pertanyaan itu bergelayut di pikiran Rain.

"Ray gue berkomentar ga?" Rain membuka obrolan selepas Raya bercerita panjang kali lebar. Untung saja dirinya tidak bosan mendengarkan ucapan sahabatnya itu. Beruntung juga guru hari ini tidak kunjung datang jadi tidak menggangu pelajaran.

"Silahkan."

Rain mengela napas sebentar. "Gue percaya sama elo. Tapi gue yakin Aga melakukan itu pasti ada sebabnya. Jujur  aja deh Ray  gpp. Gue ga bakal ninggalin elo. Sebelum Aga bersikap kasar apa yang elo lakukan?"

"Bentar gue inget-inget dulu." Raya mencoba mengingat kejadian yang gadis itu alami tadi saat di root touf.

"Gue tadi ...." Raya menggantungkan ucapannya.

"Tadi apa?" Selidik Rain karena Raya menjeda ucapnya.

"Kalau gue jujur elo ga marah sama gue 'kan?" Kini Raya malah berbalik nanya sama Rain.

"Enggak kok, lanjut gpp."

"Tadi gue emosi ga tahan liat sikap Aga nyuruh gue baca buku dan capek harus ngikutin Aga jadi gue kabur." Raya menghela napas beratnya. "Gue nyari pelampiasan."

"Buat?" Rain memutarkan bola matanya ke arah Raya.

"Ya gue menyakiti diri sendiri dengan menjotoskan kedua tangan gue ke dinding." Terang Raya.

"Kok pas tadi elo cerita ga ada kata elo gitu. Langsung dari perpustakaan terus Aga cekal elo," komentar Rain

"Gue lupa, maaf ya."

"Gpp tapi aneh juga kok elo cuman inget beberapa penggalan cerita padahal baru tadi kejadiannya."

"Gue juga g tahu." Raya menggeleng lemah.

"Y udah gpp tapi denger dari cerita elo yang di lakukin Aga udah bener cuman kurang pas aja buat jatirinya yang cupu. Biasanya kalau cupu dan nerd ga bakal berani ngelakuin itu."

"Gue ga tahu. Hidup gue semakin rumit aja dan gue semakin benci aja sama Aga."

Rain langsung memajukan tempatnya menjadi lebih dekat dengan Raya. "Elo ga boleh benci orang. Yakin aja Ray semua pasti ada jalannya. Mungkin sekarang elo benci karena sikapnya tapi mungkin suatu saat elo bakal ngerti." Kata-kata itu berulang kali Rain katakan padanya jangan membenci orang lain. Namun sama sekali kata-kata itu tidak mengena di hati Raya.

Entah sampai kapan itu semua akan terjadi. "Ren, boleh ga menyerah dan menghilang?"

"Gue capek Ren harus dibuntuti oleh si cupu itu."

"Gue ingin melepaskan semuanya dan kembali kayak dulu. Sebelum gue belum kenal Bintang. Gue capek."

"Andai aja elo tahu Ren, sebenarnya gue benci dia itu bukan murni kesalahan gue. Ada sebab lain ...." Raya tidak melanjutkan ucapannya.

Disaat itu pula Aga berjalan menuju bangkunya.

"Apa Ray? Kalau elo mau boleh kok cerita sama gue. Gue 'kan sahabat elo." Rain menatap mata Raya dengan sangat lekat.

"Gue ga bisa cerita sekarang." Raya mengalihkan pandangannya ke arah lain. "Itu si cupu udah ada. Gue diem aja ya Re. Maafin atas sikap gue. Tolong bangku elo geser dikit." Gadis itu tidak peduli jika Aga mendengar ucapannya. Ia capek dengan semuanya. Sikap Aga yang berubah kadang psikopat, kadang sok jadi pendengar yang baik, kadang nerd dan cupu membuatnya frustasi.

Rain menggeleng lemah. "Gpp elo belum bisa cerita. Gue ga maksa kok. Nanti kalau elo udah siap, elo bisa mengutarakan sama gue."

Rain langsung berdiri dan menggeserkan bangkunya sedikit menjauh.

Dengan samar-samar Aga mendengar ucapan  terakhir yang dilontarkan oleh Raya.

"Andai aja elo tahu Ren, sebenarnya gue benci dia itu bukan murni kesalahan ue. Ada sebab lain ...."

'Kalau Raya benci bukan murni dari kesalahannya terus karena apa?' batin Aga.

Rain memutarkan badannya menuju ke belakang yakni ke arah bangku Aga. Memang tempat duduknya di depan sebelah kanan tempat duduk Aga. Yang pas duduk di depan Aga adalah bangku milik Raya.

"Ga gue mohon elo kalau mau ngingetin Raya jangan pakai kata kasar ataupun merubah sikap elo. Meskipun gue tahu elo ngelakuin itu karena ada sebabnya. Kalau dilihat dari luar Raya emang ga pedulian tapi aslinya Raya gitu. Dia juga perempuan punya perasaan dan hati" Pinta Rain dengan muka memelas.

"Oke makasih," balas singkat Aga dengan tatapan datar.

'Apakah Rain tahu kalau gue sebenernya psikopat? Mungkin dia tahu dari Raya' batin Aga.

Rain langsung kembali memutarkan badannya ke arah depan.  Ia mengerutkan bibirnya karena sudah mengingatkan Aga dengan cara lemah lembut tapi hanya di balas dengan kata 'oke makasih' tau gini ia langsung bilang to the poin ga usah basa-basi. Mungkin bener kata Raya, Aga jadi cupu, nerd itu cuman kepalsuan.

Namun kenapa sampai sekarang gadis itu masih berharap Aga berperilaku baik padanya? Aga yang dalam hati kecilnya berperilaku baik, cupu, nerd, suka baca buku, melakukan sesuatu karena ada alasan dan tulus. Padahal dari awal kejadian Aga sepertinya tertarik dengan Raya. 

"Ray jangan marah sama gue ya. Emang keknya bener kata elo Aga itu cuman pura-pura cupu buktinya tadi gue bilang panjang lebar dibalas gitu aja." Rain mencoba mengajak Raya mengobrol.

Raya menganganguk pelan seraya berkata. "Heem."

"Oke Ray kalau elo mau diemin gue gpp kok. Gue tahu elo juga butuh waktu sendiri."

'Ga gitu Ren, gue mau jujur sama elo tapi gue ga sanggup. Gue merasa gue udah cukup bikin masalah buat elo. Maafin gue ya Ren' batin Raya menggigit bibirnya.

Rain menoleh ke arah Raya. "Gue yakin suatu saat elo bisa jujur dan membagi semuanya di waktu yang tepat." Gumam Rain.

Agaraya [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang