"Ice, mau kemana?" Tanya Halilintar.
"Mau beli es krim." Jawab Ice yang sudah siap dengan payungnya karena di luar hujan.
"Emangnya harus banget belinya pas ujan gini? Bahaya lho."
"Soalnya aku lagi pengen es krim keluaran terbaru. Pengen banget." Ice menunduk sambil memainkan jari-jarinya.
"Ya udah. Kutemenin." Halilintar pun mendekati Ice kemudian mengambil payung dari tangan Ice. "Sekalian aku juga mau beli mendoan."
"Wah, enak juga tuh." Ice tertawa kecil.
"Yaa ... Makanlah apapun yang kamu mau. Nggak ada yang ngelarang." Halilintar pun membuka pintu.
⛄
Ctaar!
Petir menyambar dengan kencang hingga mereka kaget. Namun Halilintar bukan kaget karena petirnya. Ia kaget karena Ice menghambur ke bahunya seraya memeluk lengannya dengan gemetar. Ia menghela napas kemudian mengusap kepala Ice dengan tangannya yang satu lagi karena sedang memegang payung.
"Kayak gini mau keluar ujan-ujan. Gimana coba kalo nggak ada aku? Kamu mau meluk sembarang orang gitu?"
"Ya nggaklah." Ice menyembulkan wajahnya sedikit dari bahu Halilintar. Tampak semburat merah yang menghiasi wajahnya. "Paling meluk payungnya sih."
"Imut." Batin Halilintar.
Saat Ice hendak melepaskan Halilintar tiba-tiba kilat menyambar yang membuatnya takut lagi dan menghambur ke bahu Halilintar. Halilintar berdecak kemudian mengoper payungnya ke tangan yang satunya lagi sedangkan tangannya yang tadi digunakan untuk memegang payung ia gunakan untuk merangkul pinggang Ice agar tidak perlu repot-repot melepaskannya lagi.
"Udah, diem aja. Nggak usah kemana-mana."
Ice mengangguk malu-malu dengan wajah memerah.
"Takut kilat juga ternyata. Ternyata elemental Ice itu paling sensitif ya."
Tidak sulit untuk mengetahui alasan Ice takut petir. Kepribadian mereka juga didasarkan pada elemental yang mereka kuasai. Ice memiliki kepribadian yang tenang.
Ketenangannya itu juga membuatnya tidak suka dengan suara-suara yang ribut seperti petir tadi. Masalah Ice memang sudah terselesaikan dengan memeluknya namun ada juga masalah baru.
Saat ini Ice begitu menempel padanya. Seharusnya itu tidak menjadi masalah tapi bagi seorang seme yang masih single seperti Halilintar itu dapat menjadi masalah.
Wajah Ice yang menyembul sedikit dan betapa eratnya Ice memeluknya membuat hatinya terasa aneh. Apalagi karena ini juga yang pertama kalinya Ice berlaku seperti ini padanya.
Ice yang merasa nyaman memeluk Halilintar tidak menyadari bahwa Halilintar yang terlihat baik-baik saja dengan perbuatannya itu sebenarnya hatinya sedang luar biasa panik karenanya.
⛄
"Orang mah umumnya pas dingin makan yang anget-anget. Ini malah makan es." Komentar Halilintar pada Ice yang sedang memakan es krimnya sambil membawa mendoannya.
"Wajar lah kalo aku suka yang dingin-dingin. Aku kan elemental es."
"Dasar es batu. Oh, iya. Ada yang mau aku tanyain."
"Apa?"
"Apa kamu takut sama aku?"
"Kalo aku takut sama kamu aku nggak mungkin deket-deket kamu kayak gini lah." Ice terkekeh geli.
"Tapi kamu juga tahu kalo petir itu bagian dari aku kan?"
"Iya, tapi petir yang bikin aku takut itu petir yang berisik kayak trio troublemaker. Nah, kalo ini petir yang irit bunyi. Nggak berisik. Cuma sensian aja ... Aduh aduh." Keluh Ice saat Halilintar mencubit pipinya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Frosela (BACA WALL SEBELUM REQUEST)
FanfictionHalice adalah kapal langka. Meski jarang yang ngeship aku nggak bakal nyerah mewujudkan zona nyaman buat kapal ini P.S: Maaf kalau ada kesalahan atau hal-hal yang tidak berkenan dari cerita ini. Terima kasih 🙏❤️