Ep 2 - Bertemu Dengan Kakak Tingkat

7 1 0
                                    

Di kamar VVIP 2, aku bersama Dokter Taufik dan nurse Siska sedang mempersiapkan perban baru untuk pasien yang bernama Pak Yapto.

"Pak Yapto, saya ganti dulu perbannya ya." ucapku pada pasienku itu.

"Dokter cantik, bisa kan ganti perbannya di hati saya saja." gombal Pak Yapto padaku.

Aku hanya tersenyum mendengar gombalan dari Pak Yapto karena aku sedang mengambil sarung tangan steril untuk membersihkan perban yang lama di tangan Pak Yapto dan tiba-tiba sarung tanganku terjatuh. Dokter Taufik melihatku yang penuh dengan kegemasannya pun langsung mengambilalih untuk menggantikan perban di tangan Pak Yapto.

"Pak Yapto, biar saya saja yang menggantikan perban di tangan bapak." ucap Dokter Taufik yang langsung memakai sarung tangan steril dan membersihkan perban yang lama di tangan Pak Yapto untuk digantikan dengan perban yang baru.

Aku pun langsung keluar dari kamar VVIP 2 dan merasa bersalah karena aku tidak fokus. Tidak lama aku keluar dari kamar VVIP 2, Dokter Taufik dan nurse Siska pun keluar.

"Tiara, kamu kan sudah saya ingatkan harus fokus dan lupakan masalah pribadi kamu di saat kamu sedang di rumah sakit terutama di kamar pasien." ucap Dokter Taufik yang sedang memperingatkanku.

"Iya, maafkan saya, Dok." jawabku sambil menunduk karena tidak berani melihat Dokter Taufik.

"Kamu tahu tidak sarung tangan yang tadi kamu jatuhkan itu sudah tidak steril lagi karena sudah terkontaminasi dengan kuman-kuman dari lantai kamar VVIP 2, kamu paham kan?" tanya Dokter Taufik padaku.

"Iya saya paham, Dok." jawabku dengan cemberut.

"Ya sudah, kamu sekarang IGD karena dokter jaga IGD sedang membutuhkan bantuan kamu." perintah Dokter Taufik.

"Baik, dok." jawabku yang masih diam berdiri.

"Tiara, sekarang ya bukan nanti. Kenapa kamu masih berdiri disini?" tanya Dokter Taufik yang gemas denganku.

"Iya, dok maaf." jawabku yang langsung lari menuju IGD.

Saat aku berjalan menuju IGD, aku tidak sengaja menabrak seseorang yang tidak asing dilihat.

"Maaf, maaf Mas saya tidak sengaja." ucapku tanpa melihat orang tersebut.

"Iya, tidak apa-apa. Kamu Tiara kan?" tanya orang itu padaku.

Aku pun melihatnya dan ternyata dia adalah Mas Hilman, dia adalah orang yang selama ini membantuku di kampus.

"Iya, kamu Mas Hilman kan?" tanyaku padanya.

"Ternyata kamu masih ingat sama aku, kamu ngapain disini? Oh pasti kamu koas disini ya?" tanyanya padaku.

"Iya Mas, aku koas disini. Oh iya Mas, aku tinggal dulu ya soalnya aku harus ke IGD." pamitku padanya.

"Hmmm ok tapi aku boleh minta nomor hp-mu?" tanyanya padaku.

"Nomorku masih sama seperti dulu kok, Mas. Aku duluan ya, Mas." pamitku yang langsung berlari menuju IGD.

"Kamu semakin cantik, Tiara." batin Mas Hilman yang tersenyum setelah bertemu denganku.

Saat aku sudah di IGD, aku langsung diminta Dokter Angga untuk memeriksa pasien yang baru saja sampai di IGD dan ternyata itu kakaknya dari Mas Hilman.

"Mas Raka, kok bisa sampai kecelakaan kayak gini?" tanyaku pada Mas Raka yang sedang mengalami luka lecet di tangan dan di kakinya dan langsung aku obati.

"Aku keserempet motor tadi, Ra. Kamu lihat Hilman engga, Ra? Tadi dia katanya sudah sampai disini tapi aku belum ketemu sama dia." tanyanya padaku yang masih mengobati tangan dan kaki Mas Raka.

"Oh iya, tadi aku sempat ketemu di lorong dekat administrasi dan mungkin lagi ngurusin administrasi buat Mas Raka. Oh iya ini tangan Mas perlu dirontgen takutnya ada patah tulang." ucapku yang baru beres mengobati tangan dan kaki Mas Raka.

"Iya, paling tunggu persetujuan dari Hilman dulu soalnya kan dia yang ngurusin administrasi buat aku jadi ya mau engga mau harus tunggu dia, Ra." jawabnya padaku.

"Ok, Mas. Nanti aku ke sini buat check keadaan Mas Raka dan sus nanti kalau ada pihak keluarga dari pasien Raka tolong bilang untuk segera dilakukan tindakan rontgen ya." pintaku pada nurse Rani.

"Baik, dok." jawab nurse Rani.

"Mas Raka, aku tinggal dulu ya." pamitku pada Mas Raka.

To Be Continue...

Seamin Tak SeimanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang