"Terkadang dibalik senyuman sebuah rasa sakit, luka, derita yang tertutupi. Bibirnya tersenyum tapi hatinya menangis, dan pandangan matanya menyiratkan banyak kesedihan yang tersembunyi."
-Agaraya-
Tidak terasa waktu pelajaran sudah selesai. Semua murid di SMA Harymurti berhamburan keluar dari kelas. Bagi mereka yang suka membolos pasti berpikiran sekolah adalah penjara suci yang tidak bisa keluar tanpa persetujuan dari pihak yang berwenang. Ibarat dalam hukum itu sebelum hakim bertindak dan memutuskan sesuatu maka yang dibawahnya harus tunduk.
Begitu pula yang terjadi di SMA Harymurti. Semua karyawan, siswa, penjaga TU tidak boleh pulang sebelum mendapatkan izin dari kepala sekolah. Bedanya sekolah itu tidak sekejam di meja hijau.
Jika di meja hijau tempat orang mempertanggungjawabkan perbuatannya/kesalahan, justru disekolah sebaliknya tempat untuk mencari ilmu. Walupun kadang peraturan sekolah sangat ketat. Itu semua dilakukan agar siswa-siswinya bisa menjadi orang yang disiplin di masa depan.
Hari ini Raya sangat kesal karena harus mengikuti kemanapun Aga pergi. Bahkan gara-gara Aga membuat gadis itu mendiamkan sahabatnya.
Sungguh hari yang tidak menyenangkan bagi Raya. Sampai kapan ya semesta akan menghukum dirinya?
Disatu sisi hari ini gadis itu bahagia tidak lagi mendapatkan ganguan dari Bintang, musuh bebuyutannya itu. Namun disisi lain gadis itu frustasi atas kehadiran Aga.
Bahkan jika lebih memilih Raya malah memilih di ganggu oleh Bintang, sebab dengan laki-laki itu ia bisa melawan, beradu mulut, dan tenaga. Ditambah lagi beradunya dengan basket. Jadi ia sedikit mendapatkan hiburan.
Namun, sekarang gadis itu harus beradu dengan orang yang menurutnya memiliki banyak kepribadian. Layaknya seorang penjahat yang harus tunduk dengan hakim.
Dari luar laki-laki itu seperti orang cupu, culun, berkacamata, dan nerd. Akan tetapi di balik penampilannya itu ada jiwa psikopat yang tertutupi. Memang laki-laki itu melakukannya untuk mengelabuhi orang disekitarnya sampai gadis itu bingung mengapa ia harus dekat dengan laki-laki seperti itu?
Itulah yang terjadi di kehidupannya sekarang. Sebab melawan orang yang diam tapi menghanyutkan lebih sulit daripada orang yang berani terang-terangan tanpa harus ada yang ditutupi.
Gadis itu kini melajukan motor sportnya dengan kecepatan sedang menuju suatu tempat. Gadis itu memang dari luar kelihatan urakan, tomboy, susah diatur. Namun tidak ada yang mengetahui dibalik semuanya ada sisi lain yang disembunyikan olehnya termasuk dari keluarga dan teman-temannya. Bahkan sahabatnya sendiri tidak tahu tentang hal itu.
Disaat gadis tengah melajukan motornya tiba-tiba hujan mengguyurnya dengan butiran airnya. Gadis itu tidak berhenti untuk berteduh, ia terus saja melajukan motornya tanpa rasa takut.
Lagipula tidak ada satupun dari kedua orangtuanya yang akan menghawatirkannya.
Untuk apa gadis itu masih bertahan? Kalau kehadirannya tidak diinginkan.
Gadis itu menghentikan motornya di sebuah taman yang indah dipenuhi bunga-bunga dan di tengah danau itu ada sebuah danau yang membuat suasananya sangat tenang. Gadis itu turun dari motornya dan duduk sendirian taman itu.
Desiran angin membuat bulu kuduknya merinding dan kedinginan tanpa ada yang peduli. Matanya menatap langit dengan senyuman pahit. Sungguh itulah yang hanya bisa gadis itu lakukan. Tersenyum dan tertawa untuk menutupi lukanya.
Disini adalah tempat ternyaman untuknya untuk menumpahkan segala kekesalannya. Ditempat ini sangat sepi, sunyi namun, menenangkan.
Gadis itu beranjak berdiri lalu berjalan gontai ke tepi danau. Penampilan gadis itu berubah 180 derajat dari sebelumnya.
Rambutnya yang tadinya di kucir kuda kini telah dilepas dan tergerai panjang, matanya yang dari luarnya kelihatan kuat kini berubah menjadi nanar. Wajahnya berubah sedikit pucat. Bibirnya merahnya memudar menjadi bibir pink susu.
Gadis itu duduk ditepi danau sendirian sambil bermain air di danau. Bagian kaki sampai lutut gadis itu sudah masuk ke dalam air danau yang dingin. Saat Gadis itu mengambil batu kecil dan menceburkannya di kolam ada seorang laki-laki remaja yang melihatnya tanpa sepengetahuannya.
Siapakah laki-laki itu?
Ada apa laki-laki itu mengikutinya tanpa sepengetahuannya?Laki-laki itu langsung memeluk tubuh gadis itu dengan badan jangkungnya dan menarik gadis itu sedikit menjauh dari danau.
"Ngapain kamu disini. Apa kamu menceburkan dirimu ke dalam kolam?" Laki-laki menatap tajam gadis itu.
"Kalau iya. Kenapa? Emang apa hak elo melarang gue?" Gadis yang bertag name Hiraya Armana tu membantah. Gadis itu mencoba melepaskan dekapan dari laki-laki itu. "Biarin gue duduk di tepi danau itu." Laki-laki itu tidak melepaskan dekapannya justru ia malah semakin mendekapnya dengan sangat erat.
"Aku emang bukan siapa-siapa tapi akan nggak akan biarin kamu menyerah begitu saja."
Laki-laki itu tidak mungkin melepaskan dekapannya bisa saja nanti Raya akan berbuat nekat. Lagipula laki-laki kaget gadis yang ada disebelahnya ini berbeda sekali dengan gadis yang ia kenal sebelumnya. Apakah ini memang benar Hiraya Armana? Sosok yang dulunya pemain basket handal dan tomboy?
"Biarin aja. Lagipula buat apa gue hidup disaat orangtua gue tidak menganggap kehadiran gue." Gadis itu menghela napas panjangnya. "Gue capek hidup. Gue lelah gue ingin istirahat. Gue capek harus terlihat baik-baik saja agar tidak menjadi beban. Gue merasa hidup tanpa tujuan."
"Apapun yang terjadi aku ga akan ngebiarin kamu pergi. Aku bisa menemanimu kapanpun kamu minta. Kamu ga sendirian masih ada aku disini dan akan selalu ada disaat kamu rapuh."
"Gue ga butuh semua itu. Nanti elo juga bakal ninggalin gue. Kalau elo cuman mau bantuin gue karena kasian lebih baik elo pergi. Karena gue bukan pengemis yang butuh dikasihani."
"Aku ga akan ngela--"
"Lagipula elo juga alasan membuat hidup gue semakin hancur dan frustasi." Ucapan laki-laki terpotong oleh Raya.
"Tidak apa sekarang kamu masih membenci aku. Tapi aku janji akan membuat rasa benci kamu menjadi sebuah rasa cinta dan tak akan membuat kamu meneteskan air mat a lagi. Itulah tujuan aku sebenarnya dan aku akan membuktikannya."
"Mengapa dia ingin aku membencinya. Apakah hal yang gue lakukan udah benar? Ataukah sejak awal laki-laki datang hanya untuk menguji kesabarannya."
Pertanyaan-pertanyaan itu bergelayut di pikiran Raya saat ini.
"Sekarang kamu boleh menumpahkan segala kesedihanmu, kamu boleh pukul aku. Bilang kamu benci sama aku gpp asalkan kamu jangan meninggalkan aku Ray."
Raya menutup kedua bola matanya dan menyandarkan kepalanya di atas bahu laki-laki itu. Sebenarnya gadis itu duduk ditepi danau bukan untuk mengakhirinya hidupnya. Justru ia hanya ingin menumpahkan segala kekesalannya dan kesedihannya dengan merendam kakinya.
Sambil melemparkan batu-batu kecil di danau dengan harapan ia bisa membuang semua yang membuatnya sakit. Batu itu baginya diibaratkan sebagai masalah dan semakin gadis itu melemparkannya semakin dalam itu membuatnya seakan beban hidupnya telah mulai menghilang.
Didepan matanya terlihat wajah hadis itu pucat, bibirnya tersenyum tapi tatapan matanya mengatakan seakan banyak sekali luka, derita, dan rasa sakit yang tertutupinya.
Bibirnya tersenyum hatinya menangis. Matanya berkaca-kaca seakan sudah tidak tahan lagi menahan semuanya. Cairan bening mulai mengalir di pelupuk pipinya disertai butiran air hujan.
Air hujan seakan semua cairan beningnya. Laki-laki melepaskan pelan-pelan dekapannya lalu melepaskan jaketnya dan menyampirkan jaketnya ke badan gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Agaraya [END]
Teen Fiction"𝙺𝚒𝚝𝚊 𝚊𝚍𝚊𝚕𝚊𝚑 𝚜𝚎𝚙𝚊𝚜𝚊𝚗𝚐 𝚒𝚗𝚜𝚊𝚗 𝚢𝚊𝚗𝚐 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚞𝚔𝚒𝚛 𝚕𝚞𝚔𝚊 𝚍𝚒 𝚊𝚝𝚊𝚜 𝚍𝚞𝚔𝚊." ㅡ𝙰𝚐𝚊𝚜𝚊 𝙷𝚊𝚛𝚢𝚖𝚞𝚛𝚝𝚒ㅡ Aga dan Raya tidak salah hanya ingin saling menjaga justru berujung kesalahfahaman karena yang salah adala...