PROLOG

649 2 0
                                    

o=o=o=o

Bukankan perpisahan memang selalu lebih berat

bagi yang ditinggalkan?

Ada rasa sesak seperti gelembung-gelembung asam

yang memenuhi ruang-ruang di dadamu.

Jessica Huwae

o=o=o=o=o

"Oh Tuhan, sakit..."

"Oh Tuhan, tolong ...."

"Oh Tuhan, tolong aku. Aku nggak punya siapa-siapa lagi...."

"Please God, help me...."

"Kenapa Tuhan memanggil mereka, bukan aku saja?"

Suaranya lirih, namun terdengar dengan jelas di telingaku. Suara lirih bercampur dengan isakan dan rintihan.

Air mata mengucur deras dari wajah pucat seorang gadis. Rambutnya yang sebahu terlihat acak-acakan karena sedikit basah oleh keringat dan air mata. Tubuhnya duduk tersandar di atas bed rumah sakit berwarna putih. Tangan kanannya menebah-nebah dadanya sendiri, sementara tangan kirinya tertahan karena jarum infus yang menancap di punggung tangannya.

Tubuhku terpaku tak bergerak menatap kepedihan di hadapanku. Situasi yang dapat kulihat dari jarak lima meter di hadapanku, yaitu dari celah pintu kamar rumah sakit. Jangankan berusaha untuk menyusut air matanya, menghalau air mataku pun rasanya aku tak sanggup. Dadaku yang terasa linu ini semakin nyeri mendengar rintihan dan isakannya.

Bingkai pintu ini masihmenahan tubuhku yang terasa selentur jelly, sehingga aku masih dapat berdiriwalaupun dengan susah payah. Namun, aku tak sanggup memasuki ruangan ini denganlutut gemetar. Lalu langkahku berbalik menuju ruangan rawat inap bagianak-anak. Sekuat tenaga aku menegarkan langkah kakiku, tetapi terasa semakin lemahketika mendekati ruang perawaran Patimura, tempat anakku dirawat. Bukan hanyalemas yang kurasakan, tetapi denyutan rasa nyeri di dada yang semakin kencang.Tanggung jawab ini semakin menyesakkan dada. Terselip ketakutan di dadakuketika melihat putraku. Sanggupkan aku membesarkannya sendirian? Oh Tuhan,apakah yang akan kuhadapi esok?

ADIK IPARKU RASA GEBETANKUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang