Hari berganti seakan dalam sekejap mata. Aoi dan ketiga sahabatnya sudah berjanji untuk nongkrong bareng hari ini, menghabiskan waktu setelah cukup lama sibuk dengan dunia masing-masing.
Saat ini mereka sedang main uno.
"Ceritain dong Yi gimana ceritanya lo bisa sampe pulang bareng sama Athala?" tanya Alfin.
Cakra yang sepertinya belum tau ceritanya langsung memebelalakkan mata.
"Aoi bulang bareng cowok? Sejak kapan lo deket sama Athala?" kaget Cakra.
Aoi memicingkan mata, "Gue nggak deket, dia cuma nawarin gue mau diantar atau nggak."
"Kok lo bisa mau-mau aja? Bukannya lo paling anti sama orang baru?" tanya Kafka mengintimidasi. Selalu seperti biasa Kafka yang akan paling protective kalau mendengar gosip tentang Aoi bersama cowok, kadang-kadang Aoi suka kesal dengan sikap Kafka yang terlalu berlebihan.
Aoi mendengkus, "Dia nggak jahat lagian gue bisa jaga diri kok."
"Dari mana lo tau kalo dia jahat atau nggak? Lo aja baru kenal beberapa waktu sama dia, hebat banget udah bisa nilai orang." Kafka tersenyum mengejek.
"Athala baik kok orangnya, gue berani jadi jaminannya," sahut Alfin percaya diri.
"Pantes kemarin lo nggak masuk karena sakit ternyata habis main ujan sama dia, harusnya kalo lo bilang nggak ada temen pulang minta tolong aja sama gue." Kafka masih bernada ketus berbicara dengan Aoi.
"Sampe dijenguk lagi sama Athala, cieee," goda Alfin.
Cakra semakin shock mendengarnya, "Serius?"
"Lo tau dari mana?" kaget Aoi karena perasaan ia tak pernah bercerita kepada siapapun.
"Rame dibahas di grup Batavia."
Aoi menepuk jidatnya, "Sialan pasti cowok itu ember."
"Jangan suka menaruh kepercayaan yang tinggi sama orang," peringat Kafka.
Alfin menepuk pundak sahabatnya, "Lo kenapa sih bawaannya sensi terus."
Kafka diam tak menjawab.
"Uno," kata Aoi menyatakan dirinya menang. Tak lagi memperdulikan omelan Kafka, Aoi menatap ke luar.
"Itu bukannya adek lo ya Cak?" tanya Aoi menunjuk seorang cewek yang sedang memberhentikan angkot.
"Jasmine?" tebak Alfin.
"Bukan, si Elea maksud gue."
"Jangan sebut nama dia, bikin mood gue rusak aja," tekan Cakra.
Mendengar itu membuat Aoi dan Alfin kompak tertawa.
"Jahat banget lo jadi orang," kata Aoi sambil tertawa.
"Siapa suruh jadi anak pelakor."
Aoi dan Alfin hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah laku sahabat mereka.
Tak lama kemudian terdengar deru motor yang berisik. Satu per satu motor besar mulai memenuhi area parkiran, beberapa orang yang berada di kafe itu mengalihkan perhatian ketika sebuah geng motor masuk.
Athala berdiri paling depan memimpin anggotanya serta cowok paling menjijikkan di bumi ini juga berada di sana membuat Aoi merasa mual.
Entah tingkat kepekaannya yang tinggi atau memang karena Athala tak sengaja menatap ke arah Aoi. Mata mereka beradu. Athala terkejut mendapati Aoi bersama sahabatnya, cewek itu sedang minum sambil menatapnya.
Melihat tingkah Aoi yang menurutnya lucu membuat Athala terkekeh. Aldrian mengikut kemana arah pandang Athala tertuju.
Ada kesempatan, fikir Aldrian tersenyum miring.
KAMU SEDANG MEMBACA
ATHALA [SGS#2]
Teen FictionSegal series 2 Kita dilahirkan berbeda untuk bisa saling menyempurnakan.