01

216 23 8
                                    

Dua orang siswi sedang berbisik beradu argumen di koridor sekolah, siswi dengan rambut pendek sebahu meminta bantuan kepada siswi dengan rambut panjang yang lebih tinggi darinya. Ia memaksa agar si gadis berambut panjang itu bisa menerima hadiah dan memberikannya kepada seorang siswa yang sedang berjalan di depan mereka.

"Tolong bantu aku. Aku terlalu malu untuk memberikannya langsung." Bisiknya memohon.

"Apa kau sudah gila, aku tidak ingin berurusan dengan mereka. Kenapa kau harus menyukai orang seperti dia sih?" Gerutu si gadis rambut panjang.

"Kau tidak akan berurusan dengannya, hanya kali ini saja. Lagipula aku sudah menuliskan surat itu dengan nama ku, dia pasti akan membaca dan tidak akan mengira kau yang memberikannya." Ia tetap memohon membuat si gadis berambut panjang lelah dengan bujukan sahabatnya itu.

Si gadis berambut pendek mendorong pelan tubuh si gadis berambut panjang ketika ia menyadari bahwa jaraknya dengan jarak tiga siswa populer di depannya telah dekat.

Dorongan pelan yang ia berikan pada sahabatnya membuat sahabatnya menabrak punggung lebar siswa di depannya, lebih tepatnya wajahnya yang menabrak punggung siswa itu. Si gadis meringis kesakitan menyentuh ujung hidungnya. Ketiga siswa populer itu berhenti melangkah apalagi siswa yang baru saja ia tabrak, ketiganya menatapnya sementara gadis berambut pendek tak berada di sampingnya. Entah sejak kapan ia menghilang dan tak menolongnya saat ini.

"Apa kau tidak menggunakan mata mu untuk melihat?" Ucap siswa berkulit tan yang baru saja ia tabrak.

"Seharusnya kau menanyakan apa aku baik-baik saja." Gadis itu sedikit mendongak karena siswa dihadapannya itu begitu tinggi.

"Kau harusnya meminta maaf. Apa kau berharap aku perduli dan bertanya apa kau baik-baik saja?"

"Tadinya aku akan meminta maaf pada siapapun yang aku tabrak tapi sepertinya melihat orang yang aku tabrak tidak memiliki rasa simpati jadi aku tidak akan meminta maaf pada mu."

"Kau tidak tau aku siapa?"

"Aku tau dan haruskah aku perduli? Jangan hanya karena kau anak dari ketua yayasan disini, kau jadi seenaknya pada orang lain. Aku tidak perduli dengan itu. Bahkan aku tak tau siapa nama mu." Gadis itu menjeda ucapannya lalu melirik nametag siswa itu. "Kim Mingyu. Sekarang aku tau karena membacanya disini." Gadis itu menunjuk nametag siswa bernama Kim Mingyu itu lalu ia berbalik dan berjalan kearah kelasnya.

Kim Mingyu dan kedua temannya hanya terdiam melihat kejadian yang sangat langka terjadi. Bagaimana seorang gadis dengan beraninya melawan dan membantah ucapan seorang Kim Mingyu? Itu adalah hal yang seharusnya diabadikan karena biasanya para gadis akan berlomba-lomba mendekati Kim Mingyu namun, ada apa dengan gadis itu? Apa ia tak tertarik dengan Kim Mingyu yang tampan dan kaya?

Salah satu sahabat Mingyu, Jung Jaehyun menyunggingkan senyumnya melihat gadis yang telah jauh dari pandangannya. Sementara satu sahabatnya lagi, Jeon Jungkook menunduk dan melihat sekotak coklat dan sebuah surat tergeletak dilantai.

"Apa ini?" Tanya Jungkook setelah mengambilnya.

"Bukankah itu milik gadis tadi?" Tanya Jaehyun yang mengambil alih surat yang dibungkus amplop berwarna merah.

To: Pria populer di sekolah ini.
From: Jung Eunha your secret admirer.

Aku tidak berani mengatakan bahwa sejak lama aku menyukai mu. Aku harap kau melihat kearah ku.

Ketiganya saling pandang dan terkekeh membaca pesan itu, konyol dan kekanak-kanakan. Bukan hal yang baru bagi ketiganya karena hampir setiap hari ketiganya mendapatkan berbagai macam hadiah berupa barang, makanan ataupun surat cinta semacamnya.

"Sudah jelas dia menyukai ku dan dia pura-pura jual mahal." Ucap Mingyu dengan yakinnya.

"Kau yakin ini untuk mu? Disini tidak tertulis untuk siapa. Dia hanya menuliskan pria populer." Tanya Jungkook yang kembali membaca isi surat itu untuk memastikannya.

"Siapa lagi jika bukan aku pria populer disekolah ini?"

"Bukan hanya kau, aku dan Jaehyun juga pria populer disekolah ini." Sanggah Jungkook tak terima dengan ucapan Mingyu.

"Sudahlah, untuk apa kalian berdebat untuk surat seperti ini. Ayo ke markas." Ajak Jaehyun menyudahi perdebatan tak penting kedua sahabatnya.

❤❤❤

Chaeyeon kembali ke kelasnya setelah kejadian yang menimpanya, menurutnya itu adalah kesialan pada hari ini. Selama bersekolah di tempat itu, ia tak ingin berurusan dengan siswa seperti Kim Mingyu dan teman-temannya. Ketika semua siswi disekolah itu begitu menggilai ketiga siswa populer itu, tidak untuk Chaeyeon. Ia terlalu malas berurusan dengan pria arogan seperti Kim Mingyu.

"Bagaimana, Chae? Apa dia sudah menerimanya?" Tanya Eunha saat melihat Chaeyeon baru memasuki kelasnya.

"Kau harusnya memberinya sendiri. Karena kau, aku harus berurusan dengan Kim Mingyu. Aku tak tau apa dia menerimanya, kau berikan lagi saja secara langsung." Jawab Chaeyeon kemudian merebahkan kepalanya di atas bangkunya.

"Chae, maafkan aku ya. Kau tau kan, aku terlalu malu untuk berhadapan langsung dengannya tapi aku sangat menyukainya, Chae." Rengek Eunha.

"Sudahlah, apa kau tidak lelah terus menyukainya? Apa kau tidak lihat banyak sekali gadis disekolah ini yang mengejarnya. Apa kau akan bersaing bersama mereka?" Tanya Chaeyeon, ia tak mengerti mengapa sahabatnya harus menyukai pria yang sangat di gilai oleh gadis-gadis disekolahnya. Eunha yang malang, pikir Chaeyeon.

❤❤❤

"Kim Mingyu. ." Panggil seorang gadis saat menghampiri Mingyu di ruangan khususnya.

Ya, karena Mingyu anak dari pemilik yayasan, ia bisa meminta ruangan pribadi untuknya dan kedua sahabatnya bersantai. Dengan fasilitas pelengkap seperti lemari pendingin, televisi dan beberapa mesin permainan untuk penghilang rasa bosannya.

"Aku merindukan mu." Gadis itu memeluk Mingyu yang sedang duduk di sofa panjang.

"Kau datang sendirian?" Tanya Mingyu.

"Iya, Rose sedang tak ingin kesini karena Jaehyun selalu mengabaikannya." Jawab Lee Saerom, gadis yang masih memeluk Mingyu.

Yang disebut namanya hanya melirik sekilas setelah itu kembali fokus pada ponselnya. Sementara Jungkook sedang fokus dengan mesin permainannya.

"Aku akan pergi, Rose mengirimi ku pesan." Ucap Saerom setelah menerima pesan yang dikirim Rose.

Setelah Saerom pergi dari ruangan itu, Jungkook duduk di tengah-tengah antara Jaehyun yang duduk di sofa samping kanannya sementara Mingyu duduk di sofa samping kirinya.

"Mau sampai kapan kalian saling mengejar satu sama lain?" Tanya Jungkook yang membuat Mingyu dan Jaehyun menatapnya.

"Karena kalian tak menyukai gadis yang selalu menempel pada kalian itu. Mereka mengejar kalian tapi kalian malah tidak perduli. Memang banyak gadis yang mengejar kalian tapi, kedua gadis itu yang dengan terang-terangan mengejar kalian." Jelas Jungkook asal, diantara ketiganya memang dia yang paling banyak bicara. Tak seperti Mingyu dan Jaehyun yang bersifat dingin.

"Sekarang aku akan bertanya pada mu, apa kau suka dengan seseorang yang selalu menempel pada mu sementara kau tidak memiliki perasaan padanya?" Tanya Mingyu.

Jungkook menggeleng, jelas ia juga tidak menyukai gadis semacam itu. Ia lebih suka gadis yang terlihat dingin diluar namun hangat jika telah mengenalnya. Itu membuatnya penasaran.

"Maka dari itu, seharusnya kau mengerti." Ucap Mingyu mengakhiri pembicaran mereka karena bel tanda masuk berbunyi.

Hay, aku bikin cerita baru nih. Semoga kalian suka ya dan coba di baca deh cerita ku yang lain, siapa tau kalian suka. Castnya setelah ini aku tunjukin siapa aja ya :)

PentagonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang