Pertemuan Kedua

29.4K 3.6K 60
                                    


Pagi harinya suasana Internasional High School tampak berbeda. Lebih banyak siswa yang berada di luar dan hampir memenuhi lapangan basket yang memang paling dekat dengan area parkir. Bahkan mereka sengaja datang lebih pagi dari biasanya.

Ini semua disebabkan oleh postingan lambe sekolah tadi malam tentang datangnya murid baru. Siswa yang sudah cukup terkenal meski beberapa tahun ini menghilang tanpa kabar. Hanya anggota inti Black Lion yang mengetahui keberadaan sang ketua. Kali ini pria yang disebut dengan the Lion king itu kembali dan menggemparkan sekolah.

Ellanor yang baru datang menatap aneh pada keadaan sekolah. Apalagi dengan sikap para perempuan yang sibuk dengan make up di tangan masing-masing. Dia berusaha tidak ambil pusing, melajukan motornya dan mencari tempat kosong. Baru saja Ellanor mematikan mesin kendaraannya, suara deru motor yang cukup bising dan teriakan heboh siswa-siswi membuat telinganya sakit.

Ellanor mengorek telinganya yang berdengung. Saat dia akan menoleh ke sumber keributan, beberapa motor mendekat dan terparkir di sampingnya. Alisnya terangkat sebelah, memerhatikan satu persatu motor yang cukup dikenalnya.

Satu persatu mulai membuka helm full face, yang disertai dengan teriakan para siswi di sekitar lapangan. Ellanor berdecih dengan kehebohan tersebut. Dia tetap menatap orang-orang yang ada di sebelahnya.

Carlos, Calton, Nathan dan ... Eh?

Ellanor mengerjap berkali-kali, memastikan pria yang membuka helm terakhir kali adalah pria yang sama yang bertemu dengannya di supermarket. Dia tidak mungkin salah ingat. Apalagi kesan pertama dengan pria itu cukup menyebalkan.

Drake yang menyadari tatapan Ellanor menoleh, mempertemukan tatapan keduanya yang terpaku beberapa saat. Suasana yang ramai seakan tidak berarti untuk keduanya. Sampai Ellanor lebih dulu memutuskan tatapan. Dia mendengus keras yang berhasil menarik perhatian ketiga pria lainnya. Dengan kasar, dia segera turun dari motornya. Berusaha mengabaikan mereka yang tengah menatapnya penasaran. Ellaor bahkan menghentakkan kakinya, menegaskan kekesalan yang tiba dirasakannya.

Kali ini dua saudaranya tidak ada yang berniat menghalangi Ellanor. Saudara kembar itu hanya menatap rumit pada kepergian sang adik yang bahkan tidak perlu repot-repot menyapanya. Padahal Calton sengaja memarkirkan motornya tepat di samping motor sang adik. Namun rupanya Ellanor tidak peduli dengan hal tersebut. Calton menarik napas panjang. Dia segera turun dan ikut bergabung dengan temannya yang lain.

"Liat apa?" tanya Nathan yang merasa aneh dengan tingkah Drake. Dia memang berada tepat di samping Drake dan sejak awal sadar dengan tingkah aneh ketuanya.

"Dia siapa?" Alih-alih menjawab, Drake malah menunjuk kepergian Ellanor dengan dagunya.

Bukan cuma Nathan yang kaget, si kembar juga cukup terkejut dengan pertanyaan Drake. Apalagi melihat tatapan Drake yang tidak seperti biasanya.

"Dia Ella. Adik si kembar," jelas Nathan secara singkat.

Drake otomatis menatap Carlos dan Calton bergantian. Dia kembali mengingat pembicaraan tentang adik si kembar yang diabaikan keluarganya. Meski Drake tidak cukup menyimak dengan benar malam itu. Sekarang dia merasa cukup penasaran, tapi tidak mungkin bertanya pada mereka. Drake hanya mengangguk ringkas.

Sementara Calton menatapnya dengan curiga. "Kenapa?"

Drake memberikan gelengan pelan. "Kelas," katanya seolah enggan memperpanjang topik tentang perempuan bernama Ellanor itu.

Mereka berempat melangkah bersama menuju kelas. Bukan kebetulan semata jika mereka bisa satu kelas. Semua bisa diatur jika memiliki kekuasaan. Apalagi Drake adalah anak tunggal dari pebisnis sukses yang menempati jajaran pertama di negera tersebut. Bukan hal mustahil untuk mendapatkan apa yang diinginkannya.

Banyak pekikan tertahan dari para siswi. Mereka menatap berbinar pada empat siswa yang masuk dalam jajaran most wanted sekolah. Keempatnya sama-sama tampan dan mempesona. Banyak siswi yang hanya mampu gigit jari. Tidak ada yang berani mendekat, nyali mereka menciut lebih dulu.

Sedangkan di kelasnya Ellanor sedang dilanda bosan. Dia menatap jengah pada perempuan-perempuan yang sengaja bergosip di bangku belakang. Suara yang terlalu keras membuat ketenangannya terganggu. Ellanor berdecak. Dia menatap tajam pada lima siswi tersebut sampai mereka menyadari hawa dingin di punggungnya. Kompak siswi tersebut menoleh ke arahnya dengan ekspresi takut.

"Apa?" tanya salah satunya dengan berani. Bahkan menggunakan nada yang cukup nyolot. Meski sudah disenggol teman lainnya, dia tetap membusungkan dada. Seakan tidak takut dengan tatapan yang Ellanor berikan.

Ellanor memberikan tatapan datar. Dia sedang tidak dalam suasana hati yang baik saat ini. "Berisik!"

Siswi tersebut ingin kembali membuka suara, tapi ditahan oleh teman lainnya. Jelas mereka masih mengingat bagaimana bringasnya Ellanor saat menghajar Carlos. Sejak itu tidak ada yang berani mengusik Ellanor.

Karena kelas sedang jam kosong, dan Ellanor tidak menyukai suasana ramai, dia beranjak dari bangkunya. Menghampiri meja ketua kelas untuk berpamitan.

"Aku keluar. Izinkan jika ada guru nanti," katanya dan tanpa menunggu jawaban segera pergi dari sana.

Ketua kelas yang bernama Raymon hanya menghela napas panjang. Dia tidak bisa berbuat banyak dengan perubahan tingkah Ellanor. Perempuan yang dulunya selalu mengurung diri di kelas, kali ini malah terlihat paling tidak betah. Padahal dulu Ellanor hanya akan keluar saat jam istirahat untuk mengganggu kedua saudaranya.

Kembali pada Ellanor. Kali ini langkah kakinya menuju taman paling belakang. Dia tidak mungkin ke rooftop. Jalan ke sana masih melalui kelas-kelas yang sedang belajar.

Setibanya di taman, keadaannya memang benar-benar sunyi sesuai dengan tebakannya. Ellanor segera menuju bangku taman yang kosong. Dia langsung merebahkan diri di bangku panjang. Kedua tangannya berada di belakang kepala, menjadi bantalan agar posisinya semakin nyaman. Tatapannya langsung berhadapan dengan langit yang cerah.

Ellanor terpaku, menikmati pemandangan yang berada di depan matanya. Suasana tenang dan damai dengan semilir angin yang mengundang kantuk. Sudah lama dia tidak merasakan hal ini. Akhir-akhir ini dia terlalu sibuk mencari pekerjaan. Ellanor tidak mungkin bergantung dengan tabungannya yang tidak seberapa.

Namun ketenangannya ternyata tidak bertahan lama setelah dia merasakan keberadaan seseorang. Ellanor berpura-pura menutup kelopak matanya, memasang telinga sebaik mungkin untuk membaca pergerakan orang tersebut.

Drake yang tadi sengaja mengikuti langkah Ellanor akhirnya memunculkan diri. Dia menatap geli pada perempuan yang jelas sedang berpura-pura tidur. Drake semakin mendekat, menekuk satu kakinya agar posisinya sejajar dengan wajah perempuan itu.

"Vicy Ellanor, kita bertemu lagi," bisiknya tepat di samping telinga perempuan itu.

Ellanor akhirnya membuka kelopak mata, menyudahi kepura-puraannya dan menatap tajam pelaku yang menganggu ketenangannya. "Siapa?"

"Drake Benedict."

"Oh," jawab Ellanor seadanya. Suasanya hatinya kembali memburuk. Dia tidak lagi berminat berada di taman. Apalagi jika ada penganggu seperti ini. Dengan enggan, dia segera beranjak. Menatap Drake sekilas dan berniat meninggalkannya tanpa kata. Namun ucapan pria itu berhasil membuat langkah kakinya terhenti. Ellanor hanya berdiri membelakangi pria itu.

"Tidak mau susu pisang?" tawar Drake lagi. Berusaha menyembunyikan senyum geli melihat Ellanor yang menatap ke arahnya, tidak, tepatnya ke arah tangannya. Perempuan itu merampas kotak susunya dan pergi tanpa ucapan terima kasih. "Menarik," katanya sambil memperhatikan kepergian Ellanor.



Bersambung.  

Pembalasan Antagonis (REPOST)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang