[23]. Sedang Tidak Berteman

468 117 1
                                    

~Forget

Kadang tanpa sadar kita memperpanjang jarak antara jiwa-jiwa, kemudian lupa cara kembali untuk duduk bersama || Rohmatikal Mansur

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang tanpa sadar kita memperpanjang jarak antara jiwa-jiwa, kemudian lupa cara kembali untuk duduk bersama || Rohmatikal Mansur

"Lo jangan aneh-aneh deh, Hen! Buruan aja lo ngaku, ponsel gue sama lo, 'kan?" Marhan berkacak pinggang di hadapan seseorang yang baru saja membukakan pintu untuknya. Bahkan ketika pagi-pagi buta begini, Hendri dibuat pangling sama gertakan sahabatnya yang tidak santai sama sekali. Mana kondisinya seperti pembegal yang tidak mandi selama sebulanan lagi. Ini kalau Marhan dijodohkan sama Bu Ipur pasti cocok banget, soalnya dia datang dengan celana bola yang tipis dan juga baju oblong hitam yang sobek di bagian leher kirinya.

"Seenggaknya mandi, Mar. Lo datang udah kayak pengemis minta sumbangan," sulut Hendri.

"Balikin aja ponsel gue, baru lo bisa nyuruh-nyuruh gue buat mandi."

"Astaghfirullah, Mar. Lo kira ponsel lo ada di gue?"

"Emang ada di lo, 'kan?"

"Apaan anjirr?! Orang gue tak ada keluar kamar pas di rumah lo, kenapa jadi nuduh gue dah?"

"Udah ngaku aja lo. Tak usah prank prank lagi, sebelum pala lo gue goreng ya."

"Omongan lo, astaga, Mar! Serius, gue tak ada ambil ponsel lo. Kenapa gini dah? Lo ngeraguin gue? Sahabat lo sendiri." Hendri menepuk dadanya dengan begitu pasrah, kali ini Marhan tidak merasa aura aktingnya seperti semalam-semalam. "Sampai tega hati lo nuduh gue kayak gini, Mar. Emang lo pikir gue sejahat itu gue sama lo."

Marhan terdiam agak lama. Bahkan niatnya mau mengoreksi isi rumah Hendri terhalangkan oleh rasa kecewa dari sang tuan rumah. "Beneran bukan lo?" tanyanya.

"Coba lo pikir buat apa gue ngambil ponsel lo?"

"Buat iseng lah."

"Ya mana ada! Astaga, isengnya gue tak sampai setolol itu ya, Mar. Lebih baik gue manjat pohon Pak RT dan cosplay jadi monyet ketimbang harus nyolong barang sahabat gue sendiri."

"Coba."

"Apaan?"

"Jadi monyet."

"Gila lo!" Hendri agaknya kehilangan kendali untuk suasana hati yang baik-baik saja. Sekarang berganti bahwa dia yang marah, sementara Marhan mulai merasa bersalah.

"Gue pikir  ... lo isengin gue, kayak biasanya  ... kayak  ...."

"Ya coba aja lo pikir buat apa isengnya gue sampai nyolong barang orang?" Hendri sangat gusar, bibirnya manyun sekarang.

ZELOFOBIA✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang