Chapter 1: Nostalgia

28 2 11
                                    

"Asami, kamu sudah selesai beres-beres?" tanya ba-san[1] dengan suara keras dari lantai bawah. Suara ba-san membuyarkan lamunanku dengan kenanganku.

"Hai[2]. Matte[3], Ba-san," jawabku sambil memasukkan album foto ke dalam kotak yang berisi buku-buku dan menutupnya dengan lakban. Aku terlalu terbawa suasana saat membuka album foto itu.

Aku turun ke lantai bawah sambil menjinjing koper dan menggendong ranselku. "Oji-san[4], masih ada kotak lagi di atas. Boleh tolong dibawa, Oji-san?" kataku meminta bantuan oji-san sambil berjalan ke mobil untuk meletakkan koper yang kubawa.

Setelah oji-san meletakkan kotak-kotak itu ke mobil pick-up, aku membuka pintu mobil dan duduk di kursi penumpang. Oji-san sudah lebih dulu berada di balik kemudi saat aku berpamitan dengan ba-san dan Yona.

"Yosh[5], sudah siap Sami?" oji-san yang mengemudikan mobil pick-up bertanya padaku.

"Hai!" seruku semangat dan oji-san mulai mengemudikan mobil.

"Sami, Oji-san tahu kamu pasti sibuk, jadi, sekali-kali pulanglah waktu akhir pekan. Ba-san pasti senang kalau kamu datang," kata oji-san sambil mengemudikan mobil saat kami mendekati daerah Harajuku.

"Hun[6], mana mungkin aku lupa dengan kalian. Aku pindah 'kan supaya bisa lebih dekat dengan tempat kerjaku," jawabku dengan senyuman, lalu menundukkan kepala, "Lagi pula, aku merasa membebani Oji-san dan Ba-san jika terus tinggal dengan kalian," sambungku dalam hati.

"Hai, hai. Kita sudah sampai. Iku[7]!" kata oji-san kemudian beranjak turun untuk membawakan barang-barangku. Aku juga ikut turun dan membuka pintu. Kami memasukkan barang satu per satu karena apartemenku ada di lantai dua. Setelah memasukkan semuanya, oji-san pulang ke rumah. Lalu, aku mulai mendorong kotak-kotak itu ke dalam kamar supaya lebih mudah untuk mengeluarkan dan menyusun barang-barangku. Setelah dua jam membongkar, aku merasa lelah. Niat awalku cuma berbaring sebentar, tapi akhirnya aku terbangun di sore hari.

Langit berwarna kemerahan dengan angin sore mulai bertiupan masuk. Angin itu yang membangunkanku.

"Huahhh," aku menguap sambil merenggangkan tanganku.

Mataku menyapu seluruh isi ruangan ini, rasanya aku masih mengantuk dan malas membereskan semua kotak-kotak itu. Apa kubiarkan saja seperti ini? Tapi, tempat ini kelihatan sangat berantakan. Setelah berdebat sejenak dengan diriku sendiri, akhirnya aku melangkah keluar untuk mandi dan membiarkan semua kotak tetap pada tempatnya.

Selesai mandi, aku merasa lapar. Baru saja aku akan mencari ponselku untuk memesan makanan, benda pipih itu berbunyi.

"Moshi-moshi[8], Ba-san," kataku dengan semangat begitu mengangkat telepon. Kami berbicara panjang lebar di telepon tentang banyak hal sampai-sampai aku lupa kalau perutku lapar. Ba-san juga bilang akan ke apartemenku saat pekan depan dan membawakanku yaki soba[9]. Kami juga berencana untuk jalan-jalan di Harajuku. Hari ini, aku lewati setelah selesai mengeluarkan semua barang-barangku dan bersih-bersih sebentar.

Keesokan harinya, hari Senin.
Aku cenderung seenaknya meletakkan barang karena tinggal sendiri. Seperti sekarang, sepulang kerja, aku melepaskan sepatu tanpa meletakkannya di rak dan meletakkan tas di atas sofa. Sementara diriku berjalan terus ke dapur untuk mengambil air dingin di dalam kulkas dan menyimpan bahan makanan yang kubeli barusan. Malam ini, aku akan makan dengan tamagoyaki[10].

Drrrttt~ ponselku yang ada di atas meja bergetar selagi aku menyantap makan malam. 'Foto siapa ini?' pikirku setelah melihat sebuah foto yang dikirim ke ponselku. Yumi-temanku saat SD sampai SMA-mengirim foto seorang pria dan memintaku menebak siapa orang di foto itu.

Your Touch in My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang