BAB 23

455 35 3
                                    

- Victoria POV

Apa ketakutan terbesarmu?

Jika pertanyaan ini aku dapatkan saat masih sendiri maka jawabannya mudah. Aku takut mati. Walaupun hidup ini tidak mudah tapi aku sungguh takut mati. Aneh memang.

Tapi jika saat ini ketakutan terbesarku adalah kehilangan darah dagingku. Aku saja yang mati asal jangan anakku. Ambil saja nyawaku jangan anakku.

Masih sangat jelas aku mengingat ketika pertama kali aku membuka mata dan tidak menemukan bayiku dimana pun. Dunia seakan runtuh.

"Dimana bayiku?" Teriakku panik. Tidak peduli rasa sakit di perutku yang luar biasa. Aku mencabut jarum infus yang menancap di tanganku dan turun dari ranjang rumah sakit.

Aku mendengar suara orang berlarian sebelum pintu terbuka dan aku melihat pria itu dan beberapa perawat di belakangnya.

"Kembalikan bayiku." Teriakku keras.

Dia tidak menjawab melainkan berbisik kepada perawat di sampingnya dan perawat itu langsung berbalik badan meninggalkan ruangan.

"Victoria, tenanglah. Bayi kita ada di ruang bayi. Perawat akan membawanya kemari." Perlahan dia berjalan mendekati aku. Begitupun perawat di belakangnya yang ingin menuntunku kembali ke ranjang.

"Jangan sentuh aku sebelum kalian mengembalikan bayiku." Desisku pada perawat yang mendekat. Mereka terlihat ketakutan dan juga bingung.

"Oke, tapi bisakah anda duduk dulu nyonya? Jahitan di perut anda akan memburuk jika anda memaksa untuk bergerak." Jawab salah satu perawat.

Aku menyentuh perutku saat menyadari aku baru saja mendapatkan jahitan di perutku. Ini pasti untuk mengeluarkan bayiku. Tapi tidak apa asalkan dia baik-baik saja. Aku rela melakukan apapun.

"Nio apa yang terjadi? Aku meihat suster Elsa berlari ke ruang bayi." Suara seorang wanita paruh baya terdengar saat dia masuk ke dalam kamar dengan kebingungan.

"Oh astaga kamu sudah sadar sayang." Wanita itu berjalan cepat menghampiriku dan memelukku erat.  Aku mendorongnya pelan sehingga pelukannya terlepas.

"Perkenalkan aku Miranda D'Feehop. Kau bisa memanggilku Mommy seperti anak nakal itu." Tangannya terulur di depanku. Jadi dia ibu Nio?

Aku memandang wanita di depanku ini yang masih menjulurkan tangannya padahal sudah cukup lama aku tidak menyambut uluran tangannya. Dia kelewat ramah untuk ibu seorang Nio.

Melihat aku yang tidak kunjung menyambut uluran tangannya dia menarik tanganku dan menjabatnya kencang namun tidak menyakitiku.

"Namamu Victoria kan? Anak itu sudah menceritakan semuanya padaku. Jika nanti kau ingin menghajarnya jangan lupa mengajak diriku." Bisiknya padaku tapi tetap saja suaranya bisa didengar semua orang.

Suara pintu terbuka mengalihkan pandanganku. Perawat tadi yang pergi setelah Nio berbicara padanya kini mendorong box bayi dan aku melihat bayi disana. Sedang tidur begitu lelapnya.

Nio mengambil box itu dan mendorongnya mendekatiku. Aku melihat tulisan Junior D'Feehop disana.

Begitu bayinya ada dihadapanku aku tidak kuasa menahan air mataku. Aku sangat bahagia. Dia sungguh ada sekarang. Aku tidak sendiri lagi. Susah payah aku mengendalikan diriku untuk berhenti menangis. Aku ingin memeluknya tapi aku begitu takut menyakitinya.

Ibu Nio mengambil bayiku dari boxnya dan menyerahkannya padaku. Aku menatapnya bingung.

"Tidak apa. Dia pasti ingin digendong ibunya." Miranda meyakinkanku dengan senyum menenangkan di wajahnya. Perlahan Miranda meletakkannya di tanganku. Tapi dia menangis kencang membuatku panik.

DESTINY ( Nio And Victoria )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang