Cinta

1 1 0
                                    

Jika jiwa adalah benih maka cinta haruslah sinar matahari dan kebijaksanaan adalah rintik hujan. Benih yang sehat tumbuh dengan baik apabila mendapatkan sinar matahari dan curahan air yang tepat.

Bahkan jika tanah yang didiami sang benih bukanlah tanah subur. Sinar matahari dan intensitas hujan yang tepat akan membuat benih itu tumbuh dengan sehat.

Cinta perlu beriringan dengan kebijaksanaan untuk membuat jiwa dalam diri seseorang  tumbuh dengan indah.

"Tapi bukankah kalau tidak gila bukanlah cinta?" tanya kalian dalam hati.

Satu sisi hal itu benar, ketika kau jatuh cinta maka kau akan melakukan hal-hal yang di luar akal sehatmu. Maka oleh sebab itulah kau memerlukan kebijaksanaan untuk berjalan beriringan bersama cinta.

Jadi ini perihal cinta yang tak seharusnya dijadikan alasan.

Oke, kali ini aku akan bercerita tentang satu kejadian di sekolahku. Saat itu aku dan Nida masih kelas X atau satu SMA. Pula, ini bukan tentang kami melainkan kisah sedih yang terjadi kepada kakak kelas kami.

***

Saat itu sudah menjelang ujian akhir kelulusan, ketika berita heboh itu menyeruak. Berita tersebut menyebar melalui setiap bisik-bisik, bahwa salah satu kakak kelas kami ada yang ketahuan hamil.

Guru-guru di sekolahan kami langsung heboh, walau berita ini sudah ditutup rapat-rapat demi kepentingan siswa itu sendiri. Namun, setiap bisik-bisik telah sampai ke tiap telinga siswa.

Konon hasil rapat dari para guru terbelah, di satu sisi karena sang siswa dianggap mencemarkan "nama baik sekolah" Maka separuh dari dewan guru menginginkan siswa tersebut dikeluarkan. Tapi pendapat tersebut mendapat tentangan dari Bapak Rangga yang merupakan guru mapel Bahasa Indonesia.

Bapak Rangga bersikeras bahwa hukuman mengeluarkan siswa tersebut adalah bentuk ketidakadilan, terlepas dari tindakan sang siswa sendiri. Sang siswa menurut Pak Rangga harusnya tetap diberi kesempatan untuk bersekolah dan ikut ujian kelulusan.

Kesalahan siswa tersebut sama sekali tidak menggugurkan kewajiban sekolah dan para guru untuk mendidik. Sang siswa yang telah diputus bersalah tetap berhak atas pelayanan pendidikan yang setara, sama seperti kawan-kawannya yang lain.

Kabar terakhir yang ku dengar adalah sekolah memerbolehkan siswa tersebut untuk tetap bersekolah dan mengikuti ujian, namun sang siswa ternyata menolak. Bahkan sampai Pak Rangga dan beberapa guru yang lain pun datang ke rumah dan membujuk.

Akhirnya setelah berembuk dengan sang orang tua siswa, maka diputuskan bahwa siswa tersebut akan mengikuti kejar paket C.

***

"Panasnya!!!" ucap Mhyta sambil mengibas-ngibaskan buku ke arah dirinya sendiri.

"Mau es?" tanya Sigit sembari menawarkan teh es dalam plasti di tangannya.

"Nggak, makasih!" jawab Mhyta.

"Ini guru-guru masih rapat soal yang kemarin ya?" celetukku.

"Sepertinya sih begitu," sahut Mhyta.

"Kasian ya?" ucapku. Sambil tanganku mencatat jawaban dari buku latihan matematika milik Mhyta.

"Ya, mau gimana lagi?" jawab Mhyta.

"Nasi sudah jadi bubur"

"Tapi setidaknya bisa dibuat jadi bubur ayam." Tetiba saja Nida duduk di sebelahku.

"Nggak ada tugas Da?" tanya Mhyta.

"Sudah beres!!!" ujar Nida berseru sambil menjentikkan jarinya.

14 Hari Mengejar Nida (On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang