Seorang pria berjalan malas keluar kamarnya, kaos putih dan celana warna senada memberinya kesan yang lembut. Ia berjalan dengan pelan, sedikit mengintip lalu tersenyum kecut saat menyadari tidak ada siapapun disana.
Jin mberbalik dan berjalan menuju dapurnya, ia cukup terkejut saat beberapa hidangan tersusun dengan rapi diatas meja.
Jin mulai menghampiri dan selembar kertas menjadi tujuannya, ia menggapainya dan mulai membaca isinya.
"Terima kasih atas segalanya, terima kasih telah menyadarkan ku tentang arti Namjoon, terima kasih sudah menahan ku pergi dari sisinya, aku hanya bisa membalas mu dengan ini, semoga kau bisa menikmatinya, pertanda Yewon"
Senyum aneh terbentuk diwajah Jin, ia tidak pernah menyangka jika hatinya bersikap seperti ini. Tapi ia masih bersyukur karena hatinya tidak bertidak terlalu jauh.
Duduk diam menikmati hidangan adalah jalan satu-satunya untuk menyadarkan pemikiran Jin. Yang terjadi hari ini biarlah terjadi, jangan dikenang cukup diingat.
Diluar sana Yewon dan Namjoon berjalan beriringan saling menggenggam. Suasana hati Namjoon tidak bisa digambar dengan kalimat, karena kata bahagia belum cukup untuk menggambar suasana hatinya saat ini.
"Terima kasih" Yewon spontan menoleh dan menatap Namjoon, mata tajamnya kini bernuansa sangat lembut, sulit untuk Yewon mengerti arti senyuman itu tapi ia merasa senang.
"Sama-sama" balas Yewon ikut tersenyum.
Namjoon hanya menatap sambil tersenyum sebenarnya ada pertanyaan besar didalam kepalanya, tapi ia lebih memilih untuk diam karena tidak ingin merusak suasana.
Namjoon merasakan perubahan besar pada Yewon, ia cukup senang dan merasa jika Yewon sudah mencintainya dengan tulus.
"Mau sarapan?" tanya Namjoon
"dirumah saja, aku akan memasak yang enak untuk mu" Sekali lagi lengkungan indah terbentuk dari kedua sudut bibirnya.
Biar saja orang menganggapnya gila, biar saja orang menganggapnya aneh, ia tidak perduli karena semua kegilaan dan keanehannya bisa diterima oleh Yewon.
Dengan langkah yang beriringan mereka menelusuri jalan untuk pulang, mereka hanya diam namun wajah mereka terlihat sangat gembira. Tanpa dirasa kaki mereka telah melangkah cukup jauh, meninggalkan keramaian kota dan berakhir pada gedung apartemen sederhana milik Yewon.
Namjoon terlebih dulu melangkah, mengajak Yewon untuk masuk kedalam rumah yang sudah beberapa bulan ini mereka tinggali.
"Apa kita akan kekantor hari ini?"
"Tantu saja, ada begitu banyak pekerjaan yang harus diselesaikan" jawaban Yewon berhasil menarik lengkungan dibibrnya.
"Apa pekerjaan itu tidak bisa menunggu, aku masih ingin menghabiskan waktu berdua dengan mu"
"Maaf pak Namjoon, saya adalah sekretaris mu jadi semua jadwal tidak bisa diubah"
"dengar Kim Yewon, aku dalah bos, semua jadwal bisa aku rubah sesuka hati ku"
"kalau begitu, sekarang dengarkan aku sebagai kekasih mu, pergi kerja dan cari uang yang banyak untuk kehidupan ku"
"OK, BAIK"
***
Gedung perkantoran dibuat heboh dengan kedatangan Namjoon dan Yewon yang saling bergandengan tangan. Tangan kanan Namjoon ia gunakan untuk menggenggam Yewon dan tangan kirinya ia masukkan kedalam saku celananya, senyum diwajah Namjoon tidak bisa bohong jika suasanan hatinya saat ini sangat bangit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Boss! [Kim Namjoon] [COMPLETED STORY]
Romance[ FOLLOW SEBELUM MEMBACA ] Menjadi sekretaris tidak pernah masuk dalam buku mimpi kehidupan yang diingin oleh Kim Yewon. Sebagian wanita diluar sana mungkin akan mengganggap ini sebagai nasib baik, namun bagi Yewon ini adalah nasib buruk. Sebena...