Suna tengah duduk di balkon kamar nya ketika Kita Shin masuk, lelaki bersurai dwiwarna itu menatap Suna yang terlihat sibuk dengan buku tebal di tangan nya.
"Kisah Raja Raja Borgia." ucap Suna yang masih fokus pada buku buku nya.
"Kerja, Sun. Lu buang buang waktu, tau ngga?" kata Kita Shin, "kemarin pemilik perusahaan cabang Ubugawa meninggal, juga ada kecelakaan lalu lintas beruntun yang menyebabkan pewaris perusahaan terbesar di prefektur Miyagi tewas."
"Kak Kita pernah denger Cantarella, ngga?" Suna mengabaikan informasi Kita Shin.
Lelaki itu menghela nafas kasar, memegang dahi nya lelah. Nyata nya debut pertama nya sebagai intel di kawasan Hyogo ini zonk besar karena harus berpasangan dengan Suna Rintarou sebagai mitra kerja nya.
"Gua ngga tertarik sama mitos mitos kayak gitu, Sun." Kita Shin menyerah, ia pun ikut duduk bersama Suna.
"Ngga gitu, kak. Ini bukan mitos, lho." Suna menunjukkan buku tebal nya, "ini tercatat sebagai sejarah, tapi karena terlalu rancau jadi kayak mitos gitu."
Suna kemudian menyodorkan selembar kertas berisi banyak coretan di sana, itu tak lain adalah bekas coretan Suna sendiri.
"Kak Kita sibuk, ngga? Kalo ngga bisa tolong dong, check ini di laboratorium besar Hyogo." kata Suna.
"Buat apa?" Kita Shin mengernyit bingung.
"Kasih hasil nya nanti, terus besok gua jamin misi ini bakal selesai." kata Suna, "oh iya, kak. Doain gua cepet nikah, ya?"
"Oke, ini yang terakhir. Gua ngga masalah biar besok misi nya selesai atau ngga, yang penting lu niat aja jalanin misi."
"Kak Kita sendiri yang bilang gitu." Suna tersenyum, "gua mau ngelamar Miya Osamu besok!"
"Iya iya terserah, moga diterima aja."
"Thank's, kak."
Sore itu Kita Shin benar benar pergi ke laboratorium besar Hyogo untuk menunjukkan coretan itu pada petugas di sana. Namun reaksi mereka yang menerima coretan itu terlihat agak berbeda.
"Maaf, tuan. Darimana anda dapat formula ini?"
"Oh? Itu cuma coretan iseng temen, emang itu apa?" jujur Kita Shin kurang tau menahu soal coretan itu.
"Kami butuh waktu sampai besok untuk membuat formula yang sesuai dengan ini, tuan. Apa tidak masalah?"
"Oke?"
Kita Shin pun pamit untuk pergi walau masih ragu, ia juga tidak begitu mengerti. Namun ketika hendak meninggalkan ruangan, seseorang memanggil nya.
"Tuan Kita Shinsuke?"
Kita Shin sontak berbalik, "ya?" pemuda itu segera mengenali pemanggil nya, seorang lelaki bersurai coklat terang yang memakai jas kedokteran.
"Dr. Shirabu?"
Lelaki bernama Shirabu itu tersenyum dan mengajak nya berbincang sejenak, "ya, lama ngga ketemu, kak Kita."
"Ngapain di Hyogo?"
"Kebetulan ada kerjaan aja, tapi cuma beberapa minggu doang." Shirabu diam diam menyelipkan kertas di saku Kita Shin.
Kita Shin segera tau kertas apa itu dan malah mengernyit, di menit selanjutnya Shirabu menatap nya serius.
"Aku ngga tau darimana kak Kita dapet ini, tapi jangan sampe ada yang tau." Shirabu kemudian berbisik ke telinga Kita Shin, "ini formula untuk buat racun yang mematikan, kak. Cantarella."
Manik kita membulat lebar, sekelebat ia langsung ingat dengan perkataan Suna beberapa waktu lalu yang menyinggung soal nama ini.
"I, itu bukan mitos?"
"Mungkin ini ngga seakurat yang asli, tapi senyawa arsenik aja udah bahaya banget. Lebih parah dari sianida." kata Shirabu, "dan itu bukan mitos, kak."
Kita Shin masih termangu memikirkan nya, sudah benar kalau Shirabu mengembalikan kertas coretan Suna itu. Bisa bahaya kalau orang yang salah yang memegang ini. Setelah mendapat penjelasan singkat dari Shirabu, ia segera bersiap untuk mendatangi Suna lagi.
.
.
.
[To Be Continue]
KAMU SEDANG MEMBACA
Cantarella
FanfictionSelama ini Motoya hanya mengenal paman nya sebagai seorang lelaki kesepian yang suka usil pada nya. Miya Atsumu namanya. Suatu hari lelaki itu menghubungi nya hanya untuk mengisi kebosanan dengan menceritakan sebuah kisah yang berhubungan dengan sej...