Dokumen 1: Siapa?

16 1 1
                                    

Hadir dan mengamati sepertinya cukup untuk saat ini.

***

Apakah kalian pernah melihat kumbang? Atau mencoba untuk menangkapnya?

"Hup!"

Tangan mungil itu berhasil menangkap seekor kumbang yang bertengger di jendela kelasnya.

"A..aaa, ah tidak, dia lepas!"

Namun, kumbang itu seakan tidak ingin diajak bekerja sama dan akhirnya pergi begitu saja untuk memperjuangkan nyawanya.

"Hei, kelas hampir dimulai!"

Tangan mungil itu langsung cekatan mempersiapkan segala sesuatu yang harus ada di atas mejanya untuk pelajaran setelah ini.

Tak lama kemudian, kelas dimulai.

"...nah, itulah mengapa manusia disebut makhluk sosial. Manusia tidak dapat hidup sendiri dan membutuhkan bantuan orang lain. Sekarang Ibu mau bertanya kepada kalian, Naina!"

Pemilik tangan mungil itu tersentak mendengar namanya disebut, "Iya Bu?"

"Bisa jelaskan bentuk-bentuk saling membantu yang pernah kamu lihat di sekitarmu?"

"Mmm, kerja bakti, Bu?"

"Bagus! Sekarang Hendra.."

Naina menghela nafas lega karena jawabannya diterima, kemudian kembali terhanyut ke dalam pemikirannya sendiri, dunia yang dia rancang di dalam kepalanya.

Membantu orang lain, ya? Yah, bentuknya banyak, sih.

Teng! Teng!

Entah untuk berapa lama Naina hanyut dalam dunia rancangannya itu hingga akhirnya dia disadarkan oleh bunyi nyaring lonceng tua sekolahnya.

"Sekian pelajaran untuk hari ini, kalian diperbolehkan untuk pulang. Hati-hati di jalan, ya, anak-anak!"

"Baik Bu!" "Terima kasih, Bu!"

Seperti anak-anak yang lain, Naina mengemasi barang bawaannya, kemudian berjalan santai untuk menyalami ibu guru dan keluar. Pemandangan lapangan luas langsung menyambutnya tepat setelah ia menginjakkan kaki di luar pintu, bersamaan dengan angin lembut yang menyentuh tubuhnya.

Ia meneruskan perjalanannya, melewati ruang-ruang kelas yang mengelilingi lapangan luas yang ia lihat tadi. Tujuannya sudah terlihat, sedikit lagi!

Hup, dan sekarang dia telah melewati gerbang sekolah yang menjadi tujuannya itu. Dia sudah bebas!

Namun, meski memiliki gerbang sekolah, tetap saja pemandangan di luar tidak jauh berbeda dengan yang ia lihat di sekeliling sekolah. Persawahan, saluran air, tanaman rumpun yang mengelilingi gedung sekolah, layaknya pemandangan sekolah-sekolah merakyat pada umumnya.

"Oi Naina! Sudah selesai pelajaran?"

"Sudah Pak Lik!" sahut Naina, "Pak Lik, Mangganya sudah berbuah?"

"Uwis. Kalau kamu mau ambil sendiri ya!"

"Yeay! maturnuwun Pak Lik!"

Dan seperti kehidupan merakyat pada umumnya, keluar dari sekolah, Naina langsung disambut dengan orang-orang yang dia kenal, Pak Lik salah satunya. Pak Lik adalah adik dari ayah Naina, dan Naina cukup dekat dengan beliau. Naina sering membawakan makanan saat Pak Lik bekerja di sawah, tak jarang juga Naina ikut memancing di sungai bersama Pak Lik dan beberapa tetangga lain yang juga dikenal oleh Naina.

Bisa dibilang, Naina adalah anak yang cukup dikenal di lingkungan sekitarnya karena lingkungannya yang juga terbatas itu-itu saja. Dari dia lahir hingga saat ini, dia tidak pernah berkeliling terlalu jauh atau di luar lingkungan kampungnya itu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 04, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Di Persimpangan Langkahku TerhentiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang