4. Asep Ke Sekolah

27 9 17
                                    

Pagi hari di Migart. Mereka tidak pulang ke kastil karena Asep ingin meninggalkan sementara tempat itu. Dirinya lebih memilih tinggal di penginapan selama beberapa hari bersama Aria juga Oliv.

Aria mengemasi barang-barang yang mereka bawa setelah dibawanya dari kastil. Tentu saja tidak lupa membawa warisan keluarga milik Oliv. Itu adalah sebuah cincin merah dengan motif akar. "Ketika saya lihat di bawah sinar matahari, rasanya cincin ini memang khusus untuk keluarga milik Kang Oliv."

Aria menggendong pakaian mereka saat sampai di gerbang sekolah. Papan besar bertuliskan "Imedaka Tragim" dapat dilihat jelas. Bangunan kokoh dengan tempat terbilang luas juga besar.

Ada dua pengawal yang menjaga keamanan di bagian depan gerbang. "Siapa kalian? Akademi tidak menerima murid baru."

Aria melepas topi baseball miliknya. Sweater putih, celana pendek hitam, sepatu olahraga, pakaiannya menjadi mencolok saat dilihat para pengawal. Asep juga memakai pakaian yang hampir mirip, sialnya tampangnya dingin ketika menatap dua pengawal di hadapannya.

"Saya anak kepala akademi. Buka gerbangnya," ucap Asep dingin.

Salah satu pengawal mengernyit. "Apa benar? Apa kakek tua itu punya anak di luar nikah? Umur sembilan puluh tahun, tapi punya anak muda ini. Aku meragukannya Tuan."

Asep mengacungkan jari tengahnya. Hal itu sontak membuat dua pengawal di depannya lari terbirit-birit. "Hah? Kenapa mereka teh?"

Oliv bertopang dagu. "Saya tidak tahu kalau keluarga saya mewariskan benda ini. Dewi Aria temukan di mana? Sepertinya ada efek yang menakutkan darinya."

Aria mendorong gerbang sembari terkekeh kecil. "Di bawah pembakaran api unggun di ruang tamu. Mereka menumpuknya menggunakan bata hitam, hingga kamu tidak menyadarinya."

"Efeknya?" tanya Asep.

Istrinya enggan menjawab. Baginya Asep harus menemukan jawabannya sendiri. "Ada yang menakutkan dari cincin ini yah ...."

---(Ä)---

M

udah. Gampang dan terpercaya. Kepala akademi langsung menerima mereka berdua, tentu saja akademi tidak menerima roh. Melalui ketentuan yang ada, ketika diterima di sekolah, hanya boleh masuk pada hari berikutnya agar tidak menimbulkan keributan.

Kepala akademi awalnya terkejut ketika melihat kedatangan Asep. Dia mengetahui kekuatan dalam matanya, sangat menakutkan dan bisa membuat orang mati dalam satu tatapan. Namun, dia dapat cepat bersikap tenang ketika Aria datang dan mau bernegosiasi.

Kau tahu? Apa hasil dari negosiasi itu? Kepala akademi ingin pakaian yang digunakan Aria. Entah untuk hal mesum atau apa, Aria langsung menerimanya. Karena yang diberikan adalah hal yang baru diciptakan bukan digunakan.

Lorong akademi yang luas, berkelok di beberapa tempat. Oliv menjadi rajin dibuat mabuk akibat adanya efek perlindungan ruangan. Ada ruangan tertentu yang tidak bisa dimasuki manusia biasa maupun roh sekalipun. Salah satunya gudang yang ada di sebelah utara akademi.

Asep menaruh barang di kamarnya. Melihat-lihat ruangan berwarna putih cerah. Kasur empuk dengan hiasan warna biru tua. Layaknya sedang tinggal di kerajaan. Setiap kamar diisi lima kasur, berarti Asep akan tidur ditemani beberapa siswa lainnya. Aria kini tidak bisa selalu berada di samping suaminya, tapi ketika Asep meminta bantuan Aria akan datang menolongnya.

Suara para siswa yang sedang belajar dapat didengar Asep. Dia sekarang berada di lorong dekat kamarnya. Menghirup udara segar di pagi hari.

The Inner Eye And The Other World Volume 1[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang