Kelanjutan? super awkward.
"Wah, selamat ya. Kalian berdua cocok deh." That is all that I can say.
Kalo boleh jujur sebenarnya gue sih sedikit ga nyangka. Tapi ya coba deh kalian pikir cowok sebaik, seganteng, dan sepinter Matt ga punya pacar? Hampir tidak mungkin.
Yah, terus lo cemburu dong?
Kalem. Kan udah move on.
Sekarang, gue juga udah move on dari mat ke olahraga. Gue ga jago-jago banget kalo soal olahraga tapi bersyukur banget ambil olahraga bukan fisika. Itung-itung rehat sejenak dari Matt.
Sialnya, gue dapet pelajaran olahraga di jam kedua, di jam 11 siang. Fix sih ini, pulang-pulang gue jadi sosis panggang.
Gue neduh aja deh. Akhirnya, gue memutuskan untuk duduk di bangku samping lapangan.
"Itu yang duduk di bangku, tolong segera kemari. Ini pelajaran olahraga bukan leha-leha." panggil guru olahraga.
Gue terkedjoet. Refleks gue berkata, "Siap, Pak." sambil mengambil sikap hormat.
Malu.
Refleks gue jelek banget deh.
Sedetik kemudian, gue sudah berada di depan guru olahraga beserta murid lainnya yang terlihat masih belum bisa berhenti tertawa setelah melihat sikap hormat gue.
"Seperti biasa, di pelajaran olahraga kali ini dibagi tiga kegiatan agar semuanya bisa mendapat giliran berolahraga. Ada futsal, basket, dan voli. Untuk futsal dan basket hanya dapat dimainkan oleh laki-laki atau perempuan sementara voli boleh campur. Sekarang, perwakilan lelaki dan perempuan maju ke depan untuk penentuan," Bapak guru olahraga memberikan penjelasan.
Akhirnya, perwakilan dari perempuan dan laki-laki maju ke depan. Lalu diputuskan basket untuk perempuan dan futsal untuk laki-laki.
Terus voli gimana? Kok ga diundi? Usut punya usut ternyata voli dikhususkan untuk murid-murid bucin.
"Sekarang ke lapangannya masing-masing!" tegas Pak Guru.
Gue membuntuti para kelompok ciwi-ciwi dan biasalah menjadi pendengar yang baik.
"Ayo mulai."
"Hayuk!"
"Kayak biasa aja ya mainnya 5-5."
"Iya boleh tuh."
"Eh, Mi. Gue sama lo ya pokoknya."
"Iya gue, Mitha, Yuki, Retno, Weny. Kita satu tim ya. Sisanya jadi satu tim sendiri." Pasti selalu ada orang-orang exclusive kayak gini.
Ga ada masalah sih sama gue cuma di situasi tertentu orang yang hanya mau bekerja sama dengan teman satu gengnya bisa jadi sangat menyebalkan.
Terlihat semuanya sudah mengambil posisinya masing-masing.
Namun, seperti ada yang kurang...
"Guys, bola basketnya mana?" ucap salah seorang anggota kelompok gue.
"Oh, iya. Lupa," jawab tim lawan.
Duh, jadi pengen ketawa.
"Eh itu yang tadi awal pelajaran malah duduk, ambilin bola dong."
Huh?
Dari posisi menunduk akibat menahan tawa gue langsung mengangkat kepala seraya menunjuk diri sendiri.
"Iya, lo."
Dih, enak banget nyuruhnya.
Ga pake kata tolong, ga sebut nama lagi.
Kesel. Pengen marah rasanya akhirnya gue balas dengan satu kata ajaib yaitu,
"Oke."
Emang bener ya kalo apa yang dirasakan dengan apa yang diucapkan kadang tidak selaras.
Dengan hati yang masih dongkol, gue beranjak dari tempat semula menuju keluar lapangan untuk mencari bola.
Gue menengok ke belakang sebentar untuk melihat keadaan di belakang gue dan ternyata mereka ngeliatin gue terus dengan wajah kasihan. Bukannya ge-er tapi sekali lagi ini fakta. "Gapapa kok, cuma ambil bola kan? Santuy. Nama gue Shena, btw."
Santuy? Santuy dari hongkong. Tempat simpan bolanya aja ga tau dimana.
Tapi keren kan gaya gue? Ini sih yang terpenting.
Berjalan tanpa arah seperti biasa. Menyusuri tempat-tempat yang mungkin bisa menjadi tempat persembunyian si bola basket.
Dimanakah kau berada bola basket? Ini kayaknya lagi banyak masalah si bola basket jadi ngumpet deh.
"Hai. Mau nanya, letak tempat bola basket dimana ya?" Gue bertanya kepada adik kelas yang sedang lewat.
"Ehm, itu di sebelah sana kak. Kakak lurus aja nanti ketemu sama kumpulan kakak-kakak yang lagi kelas seni rupa. Nah, gudang penyimpanannya ada di dekat situ kelihatan tulisannya."
Buset.
Pantesan tadi pada melihat gue kasihan. Ternyata tempat penyimpanan bolanya jauh. Nyesel main oke-oke aja.
Tarik nafas, buang.
Summoning Mbak Dewi Persik, eh maksudnya Mbak Dewi Athena, untuk membantuku untuk bisa sabar dalam menghadapi tantangan di siang hari yang panas ini.
Ayo, Shena. Fighting!
Mau sesusah apapun tantangan yang kita hadapi, kita pasti bisa menghadapinya. Caranya? baca kata pertama di paragraf ini.
Sambil berjalan, gue menutup mata dan berkata dalam hati, "This too shall pass." Setelah itu, gue kembali membuka mata.
Huft, untung gak jatoh pas tutup mata sebentar tadi. Melihat sekeliling gue, banyak anak-anak yang memegang kanvas duduk di sepanjang lorong sampai di dekat gudang penyimpanan.
Mari kembali fokus, Shena. Dengan segera menuju gudang penyimpanan dan mengambil bola basket.
Berbalik arah menuju arah keluar. Tiba tiba gue mendengar suara, "Hai, manis."
Gue segera melihat ke asal suara dan mendapati tangan gue sudah bergerak menuju pipi orang itu.
Otomatis, bola basket yang ada di genggaman gue terlepas dan melambung mendekati para penerus Picasso.
Selamat datang kembali, masalah!
***
Hai!!
Gimana nih Part 3nya??
Kalo kalian suka, jangan lupa tinggalkan jejak dengan cara ketik VOTE dan COMMENT kirim ke 0000, gak deng, vote dan comment aja gak usah kirim ke 0000.
Have a good day everyone!
-Dep's
KAMU SEDANG MEMBACA
She: The Beginning [REVISI]
Novela Juvenil[FOLLOW DULU YUK SEBELUM MEMBACA] Kata orang, kita tidak akan bisa melupakan cinta pertama kita. Well, that's true tapi.. ...apakah cinta pertama kita harus muncul kembali setelah pergi tanpa jejak? BAM! Kenyataan pahit itu harus diterima oleh Shen...