"Menangislah! Tubuhmu sudah terlalu banyak menampung beban."
____________
"Seperti bunga dandelion, aku ingin menjadi perempuan tangguh. Perempuan yang berani melepas apa-apa yang memang sudah ditakdirkan tidak selalu bersama. Perempuan yang tetap...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Lo mau menjalin komitmen sama gue nggak?"
Sudah 2 jam lamanya Putri masih saja memikirkan kalimat itu. Bagaikan gramophone rusak yang terus berbunyi dalam kepalanya. Dia tidak menyangka akan kepikiran terus seperti ini. Pasalnya sudah berkali-kali Aby mengucap kalimat yang sama, tetapi tidak berefek sama sekali. Bahkan biasa saja dan dengan cepat Putri akan dapat melupakan. Namun, tidak untuk hari ini.
Putri merebahkan tubuhnya di ranjang sambil mengayunkan kedua kakinya. Dia teringat perlakuan manis Aby ketika di rooftop bar hingga mengantarnya pulang. Seketika kepalanya menoleh, menatap lekat jas tosca tua yang tergantung apik di gagang pintu lemari baju. Aby yang meminta Putri untuk mengikat jasnya di pinggang ketika hendak dibonceng dengan motor. "AAHHH. MASA GUE MULAI SUKA SAMA DIA?" monolognya seraya menutup wajah dengan kedua tangan.
Ponselnya berbunyi. Sudah pasti itu dari ketiga bestie-nya, sebab ia baru memberi tahu tentang apa yang terjadi tadi di rooftop bar. Putri pun langsung menerima panggilan video grup dengan posisi masih berbaring.
"DEMI APA? LO UDAH MULAI SUKA SAMA ABY?" suara Fanya di telepon dengan terkejut. "Gilakk, gilaaak. Akhirnya ... nggak sia-sia perjuangan doi yang hampir 3 tahun, Put. Mantap! Teruskan, Nak!"
"Harus syukuran nggak, sih? Tumpengan gitu?" sahut Qila yang terlihat sedang mewarnai kukunya.
"Sabi, tuh! Sekalian ngundang warga komplek, Put. Biar nanti hubungan kalian berkah kalo banyak yang ngedoain." Syifa ikut berkomentar, ia tengah memeluk boneka kelinci.
"Hahaha. Putri belum lamaran, Syif. Segala ngundang warga komplek. Lebay, ah! Nanti kalo putus malu sama tetangga," kritik Fanya dan langsung diberi tatapan kesal oleh Syifa, sedangkan Putri hanya mendengar celotehan mereka.
"Eh, kemarin ada yang pulangnya dianterin Mas crush, loh," ucap Qila tiba-tiba.
"Hah? Serius? Siapa?" Fanya tampak antusias dengan ucapan Qila barusan.
"Siapa, yaaa? Put, tahu?" suara Qila terdengar seperti meledek.
"Lah? Gue? Kan, kalian udah tahu."
"Iya, bukan lo. Tuh, yang pipinya merah kayak kepiting rebus. Hahaha," gelak tawa Qila dengan puas.
Sejak Qila tiba-tiba saja membahas tentang malam itu, Syifa sudah menahan senyumnya setengah mati. Malu dan senang melebur menjadi satu. "Qilaaaa, ihhh. Tukang cepu, deh!"
"Hahaha. Sorry, Syif. Habisnya mulut gue gatal pengin bilang itu."
"Aacieeee, yang habis pulang bareng sama Mas crush. Tumpengan juga, dong," goda Putri.
"Luluh juga, tuh Rasya. Lo jampi-jampi pakai apa, Syif? Anyways, congrats, Bestiee." Fanya ikut meledek dan membuat Syifa semakin tersipu. Jangan ditanya kabar wajahnya, sudah pasti semakin merona.