Selamat weekend
.
.
."Emang suami gue nggak punya saudara?"
Oh.
Benarkah?
Apa aku yang lupa?
Seingatku Aldi, suami Shela itu tidak punya om lagi. "Bukannya lo bilang dulu tuh omnya si Aldi kecelakaan dan meninggal?"
"Ini omnya Aldi yang di luar negeri."
Aku mengernyit. "Emang Aldi punya?"
Shela mendelik. "Eh, biar kata Aldi tuh dari kampung, keluarganya nggak udik-udik amat kali, Le."
Otakku masih berpikir keras mengenai kerabat Aldi sang pemilik rumah.
"Pakai mikir juga."
"Ya iyalah, gue kan minta rumah yang harga kontrakannya paling mahal 25 juta per tahun. Kalau ini sih kayaknya 30 jutaan per bulan. Emang omnya Aldi nggak butuh rumah ini?"
"Keluarga mereka tinggal di luar negeri untuk waktu yang lama."
"Bener?"
Shela menghela napas kasar. "Lo nggak percaya banget sih sama gue?"
"Bukannya gitu, Shel. Ini rumah gede banget lho. Nggak mungkin harga kontrakannya segitu."
"Ya karena gue bilang sama omnya Aldi kalau lo lagi butuh banyak bantuan."
Kali ini aku berdecak. "Lo cerita masalah gue ke om lo?"
"Ya nggak segitu juga kali, Le. Yang jelas omnya Aldi mau nerima uang lo itu dan mempersilakan lo tinggal di sini sampai kapan pun lo mau."
"Omnya Aldi setajir itu?"
"Kenapa? Lo mau jadi bini omnya Aldi?"
Aku berdecih. "Amit-amit. Lo kira gue sematre itu?"
"Udah, yang penting lo nggak usah banyak pikiran dulu. Sekarang kita ke cafe biasa yuk."
"Nggak ah, gue mau beres-beres."
"Emang apa yang mau diberesin? Semua udah tersedia. Lo bawa baju berapa koper sih? Kulkas udah ada isinya, Bi Karti nggak usah belanja dulu. Suruh tidur aja sana."
Memangnya semudah ini?
"Udah gue bilang, lo nggak usah kebanyakan mikir. Udah yuk kita berangkat. Gue juga mau bawa berita bagus buat lo."
***
Tidak seperti biasanya, kali ini Shela memesan banyak makanan. Biasanya Shela menjaga porsi makannya, kali ini dia tidak peduli. Makannya pun lahap.
"Lo sehat, Shel?"
Shela mengangguk sambil mengunyah steiknya. "Gue punya kabar bahagia."
"Apa?"
"Gue hamil," bisiknya.
Spontan aku memeluknya dan berseru senang. "Selamat ya, Shel."
Shela menatapku dengan mata berkaca-kaca sambil mengusap perutnya. "Gue bahagia, Le. Akhirnya gue hamil juga. Aldi sama orang tuanya juga seneng banget."
Aku tersenyum. "Gue ikut seneng, Shel."
"Lo pasti juga akan bahagia, Le. Sebentar lagi."
Mungkinkah?
Kenapa terasa mustahil untukku?
"Lo beruntung, Shel. Orang tua Aldi bahkan nggak peduli lo anak yatim piatu dari panti asuhan. Mereka nerima lo apa adanya. Mereka juga nggak menekan lo buat hamil."
KAMU SEDANG MEMBACA
Mine (End)
RomanceBertemu mantan bukanlah hal yang ku inginkan saat ini. Mengapa harus bertemu lagi dengannya sekarang? Lebih tepatnya, mengapa kami baru bertemu lagi? Seketika aku ketakutan. Takut, rasa yang ku kubur dalam-dalam kembali muncul di permukaan dan memb...