"Terima kasih" ucapnya tersenyum ketika Jungkook membukakan pintu mobil untuknya.
Keduanya memasuki rumah megah yang menyimpan sedikit kenangan yang tak kalah megahnya bagi mereka. Jimin memandangi punggung tegap Jungkook yang dengan sigap membawa semua barang bawaan Jimin ke kamar mereka. Benar, sepertinya kamar Jungkook telah berubah menjadi kamar mereka meskipun di awal Jungkook ingin mereka tidur di kamar terpisah.
"Jimin, ingin makan apa?"
"Aku belum lapar."
"Tapi kita harus sarapan. Setidaknya isi perutmu meskipun hanya buah atau susu."
"Ya sudah, aku minum susu saja."
"Apa ada yang bisa kulakukan untuk mengundang nafsu makanmu?"
"Oh ayolah, aku hanya belum lapar saja. Aku akan makan saat aku merasa lapar nanti."
Jungkook hanya terkekeh pelan karena Jimin mulai memperlihatkan kerucut mungil di puncak bibirnya. Langkahnya menuntunnya mendekati lemarinya, membongkar koper Jimin tanpa permisi. Dia siap untuk memindahkan seluruh pakaian bawaan Jimin ke dalam lemarinya ketika Jimin berlari untuk menahan tangannya.
"Hey, menurutmu apa yang kamu lakukan?"
"Memindahkan pakaianmu ke lemari kita?"
"B-bukan itu maksudku.. aku- kamu tahu betul akan ada pakaian dalam juga di dalam koperku."
"Lalu?"
"Itu memalukan! Lepaskan koperku!"
"Jimin.. seminggu lagi aku tidak hanya akan melihat pakaian dalammu. Seminggu lagi mungkin aku bahkan akan melihat tubuh polosmu tanpa pakaian. Oh ralat, bukan mungkin, tapi pasti. Sudah pasti aku akan melihat tubuhm-"
"Stop! Dasar mesum." Jimin menarik paksa kopernya yang sialnya genggaman Jungkook jauh lebih kuat darinya.
"Mesum? Hati-hati dengan pemilihan katamu. Bukankah hal wajar jika suamimu melihat tubuhmu?"
"Hentikan. Kita bahkan belum menikah. Dasar bodoh."
"Aku tadi kan menyebut seminggu lagi, saat kita sudah menjadi sepasang suami."
"Ya sudah, lepaskan ini."
"Kenapa harus kulepaskan? Ini rumahku, aturanku."
"Ah menyebalkan sekali.."
Wajah Jimin benar-benar memerah saat ini, entah karena malu atau karena marah. Mungkin keduanya. Sedangkan di sisi lain Jungkook tengah berusaha keras menahan tawanya. Melihat Jimin yang frustasi seperti ini adalah hiburan baginya. Wajah panik bercampur malunya sungguh menggemaskan. Oh andaikan mereka telah resmi menikah, Jungkook akan memuji kerucut kecil di bibir Jimin yang menggemaskan itu dengan kecupan manis.
"Jangan menyiksa hatiku seperti itu, ini.. masukkan sendiri pakaianmu ke dalam lemari."
Wajah Jimin memang sangat menggemaskan ketika memerah seperti itu. Namun Jungkook selalu memiliki titik lembut di hatinya yang tidak dapat melihat Jimin merasa tidak nyaman. Koper bernuansa abu itu pada akhirnya kembali kepada pemiliknya. Terdengar hembusan napas Jimin yang melegakan.
"Oh ya, jangan terlalu lama melihat pakaian dalamku nanti saat membuka lemari itu." Jungkook mengedipkan sebelah matanya pada Jimin sebelum meninggalkan Jimin yang tengah berusaha memproses apa yang baru saja terjadi dengan bibir yang terbuka, tidak percaya bahwa Jungkook baru saja dengan sengaja menggodanya.
'Dasar mesum.'
***
Jungkook tengah sibuk bermain dengan ponselnya, suara dentuman cukup keras berhasil mencuri atensinya.
"Jimin???"
Tidak ada jawaban. Hening yang menjawabnya membuatnya lebih dari sekedar khawatir. Tanpa pikir panjang, Jungkook berlari ke arah sumber suara. Berhenti di kamarnya, Jungkook tidak menemukan apapun di sana. Jantungnya sedikit lebih berantakan detaknya.
"Jimin??"
"Jimin kamu diman-"
Belum sempat menyelesaikan kalimatnya, Jungkook menangkap tubuh mungil meringkuk di ambang pintu kamar mandinya.
"Jimin?!" Jungkook segera beranjak mendekati Jimin ketika Jimin akhirnya bersuara.
"Jangan ke sini."
"Tapi-"
"Jangan ke sini!"
"Kenapa?"
"Keluar."
"Jimin?"
"Keluar!"
"Hey, ada apa?"
"Keluar sekarang!"
"Tapi aku tidak mengerti. Kenapa aku harus keluar?"
"Karena aku malu! Keluar!!"
Setelah mendengar kata malu, Jungkook baru menyadari kondisi mereka sekarang. Jungkook sedang menyaksikan tubuh mungil Jimin yang polos tanpa sehelai benang sedang meringkuk di lantai tepat di ambang pintu kamar mandinya. Tidak jauh darinya, tergeletak handuk berwarna abu milik Jungkook yang hampir tidak pernah dia pakai karena terlalu kecil untuknya.
"Oh.. maaf, baik aku keluar sekarang. Tapi kamu baik-baik saja, 'kan?"
"Tidak."
"Apa?! Biar kuperiks-"
"Jangan! Aku tidak baik-baik saja karena aku sangat malu! Keluar sekarang!"
"Ah.. begitu.. benar juga- baiklah, iya aku keluar. Aku keluar sekarang. Hati-hati, Jimin."
Dari banyaknya hal yang terjadi padanya hari ini, satu hal yang dapat Jimin simpulkan. Dia sangat menyesal telah memutuskan untuk kembali ke rumah Jungkook hari ini. Sepertinya hari ini adalah hari sialnya. Jimin benar-benar ingin menangis karena kepalang malu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tumble Like A Stone ㅡ Jikook/Kookmin
Fanfiction[On-Going] Menceritakan bagaimana sebuah batu di ujung tebing yang goyah karena guncangan dunia berusaha untuk tetap bertahan di tempat dan tidak terjatuh ke dasar tebing. Tentang bagaimana sebuah rasa tetap berusaha untuk tetap merasa ketika hambar...