Di sebuah gedung yang menjulang tinggi tepat nya di ruangan yang cukup mewah terlihat seorang pemuda tampan dengan stelan jas kantor nya dengan dasi yang menambah kesan wibawa pada dirinya, ia sedang memijit pelipis nya, Diri nya masih memikirkan tentang perjodohan yang orang tua nya katakan.
"Argh"
"Kenapa jadi begini si" gumam Ayas yang masih terdengar oleh seseorang
"Pak,.apa Bapak baik-baik saja" tanya seorang pemuda yang tak kalah tampan dia adalah Syaki sekertaris sekaligus teman satu kampus Ayas dulu.
Syaki sudah tiga tahun lamanya bekerja di kantor Ayas dengan menyandang jabatan sekretaris pribadi Ayas, walaupun mereka berteman Syaki selalu saja menggunakan kata-kata formal dimana pun ia berbicara dengan Ayas, padahal Ayas sendiri sudah bilang jika di kantor saja mereka menggunakan kata-kata formal dan jika diluar gunakan kata-kata yang biasa di pake layak nya seorang teman, tapi Syaki tetap saja tidak mendengarkan Ayas, ia pikir Ayas adalah atasan nya dimana pun berada.
"Tidak Syak, Gue sedikit pusing aja" ucap nya
"Ya sudah Bapak istirahat saja, pekerjaan biar saya yang hendel" tawar Syaki
"Yaudah lo urus semuanya ya. Gue juga ada urusan sebentar di luar" ucap Ayas melenggang pergi keluar ruangan tanpa mendengarkan jawaban syaki
Sekarang Ayas ingin menemui orang yang amat ia cintai siapa lagi kalo bukan Rena. Ya tadi Ayas sempat menghubungi Rena dan mengajak nya untuk ketemu di taman belakang kantor. Mungkin saat nya lah Ayas bicara pada Rena mengenai perjodohan nya apalagi besok ia akan menemui gadis yang akan dijodohkan dengan nya.
"Ada apa tumben ngajak ketemu disini, biasa nya kalo mau bicara suka dateng ke ruangan aku" tanya Rena dengan bergelayut manja di lengan Ayas
"Ren" ucap Ayas dengan menghela nafas kasar
"Hmm, apa"
"Aku dijodohin sama anak temennya ayah" ucap Ayas begitu hati-hati
"What!!" Rena begitu kaget mendengar apa yang Ayas bilang barusan
"Terus kamu terima?" tanya nya dengan wajah yang sedikit cemas
"Aku gak bilang nerima Dia tapi Bunda sama Ayah maksa Aku buat nerima Dia" ucap Ayas
"Kenapa kamu gak tolak aja si mas" bentak Rena
"Aku udah berusaha tapi Ayah ngancem Aku" lirih Ayas
"Oke Kamu boleh nikah sama cewek yang dijodohin sama Kamu, tapi Kamu harus tetep pacaran sama Aku ngerti!!" ucap Rena dan langsung pergi meninggalkan Ayas tanpa ingin mendengar jawaban dari Ayas.
Begitulah Rena katakan saja Dia egois, Dia sama sekali tidak sepenuh nya mencintai Ayas, bisa dibilang hanya 15% cinta nya terhadap Ayas selebih nya itu hanya karna harta yang Ayas miliki, jika ia putus dengan Ayas lalu siapa lagi yang akan membiayai hidup nya, mengingat ia hanya tinggal seorang diri, padahal diri nya bisa cari pekerjaan selain di kantor Ayas.
.
.
"Umi" panggil wanita cantik dengan hijab syar'i yang melekat di kepalanya
"Iyah sayang, kenapa" tanya wanita paruh baya itu yang sedang memotong sayuran di depan nya. Ya saat ini mereka berdua sedang memasak untuk makan siang nanti.
"Emm... Aira boleh tanya ngga" ucap nya dengan sedikit ragu
"Tanya apa, susah ngga" ucap Umi Hana dengan senyum ke arah putri nya
"Emm.... Laki-laki yang di jodihin sama Aira itu seorang Ustadz atau seorang Gus kah?" tanya Aira
"Bukan dia itu seorang CEO muda di perusahaan milik keluarga nya" jawab Umi
Aira sedikit terkejut mendengar jawaban sang Umi, pasalnya ia pikir orang yang akan dijodohkan dengan nya adalah seorang Ustadz ataupun seorang Gus.
"Kenapa?" tanya Umi yang melihat putri nya itu terdiam setelah mendengar jawaban nya
"Ng-ngak ko Umi Aira cuma tanya doang" ucap Aira gugup
Umi pun hanya mengangguk paham.
Hari begitu cepat matahari pun sudah tenggelam di upuk barat dan di gantikan nya dengan cahaya rembulan. Terlihat seorang gadis cantik sedang duduk di teras depan kamar asrama nya dengan menikmati angin malam. Diri nya tengah bingung memikirkan tentang perjodohan nya itu, apakah keputusannya yang ia ambil sudah benar? Apakah nanti calon suaminya itu akan menerima dirinya? Entahlah diri nya pun bingung.
"Ning ngapain masih disini, ayo masuk udah malem" ucap Aisyah teman sekamar Aira sambil berjalan menuju nya
Ya disini Aira bukan hanya seorang Ning saja tapi seorang santriwati juga, Aira mengikuti pembelajaran di kelasan santriwati dewasa dan mengajar di kelasan santriwati remaja.
"Kamu duluan aja sya, aku masih mau ngadem dulu" jawab nya dengan sedikit tersenyum
"Ning lagi ada masalah ya?" tanya Aisyah diri nya paham betul jika Ning sekaligus sahabat nya ini sedang menyembunyikan sesuatu, terlihat jelas sekali dari raut wajah nya
"Sini cerita Aisyah pasti dengerin ko" tambah nya
"Aku dijodohin sya sama anak temen nya Abi, besok mereka dateng kesini" lirih Aira dengan menghela nafas panjang
"Terus Ning terima?" Tanya Aisyah
Aira pun mengangguk
"Alasannya?"
"Aku gak enak kalo harus nolak permintaan Abi sama Umi" ucap nya dengan menatap ke arah lain
"Terus yang sekarang membuat Ning bingung apalagi, kan Ning sendiri udah terima"
"Aku cuma takut nanti dia nggak mau nerima aku sebagai istrinya, walaupun keluarga nya nerima aku tapi kalo dia nya nggak buat apa"
"Ning dengerin Aisyah ya, pak kiyai itu pasti lebih tau mana yang lebih baik buat Ning dan beliau pun nggak bakalan asal milih orang buat ia nikahkan dengan putri nya ini" tutur Aisyah dengan sedikit menoel hidung Aira
"Percaya deh Aisyah yakin itu" tambah nya
"Hmm iyah deh, perkataan kamu juga nggak ada salah nya sya" ucap Aira tersenyum
"Nah gitu dong senyum, yaudah masuk yuk kita bobo udah malem nanti ketahuan pengawas lagi" ajak Aisyah yang di angguki oleh Aira
Mereka pun masuk kedalam dan segera menuju tempat tidurnya masing-masing.
.
.
.
.
.
.
.
Tbc.
Semoga suka dengan part ini
Jika suka silahkan baca dan vote 🤗
Mohon maaf masih banyak yang keliru🙏
See you☺️
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Dari Seorang Ustadzah
Novela JuvenilBanyak cerita yang awalnya tidak suka tapi setelah lama selalu bersama rasa suka dan cinta pun mulai tumbuh. Apakah cerita itu juga akan terjadi pada seorang pemuda yang menjabat sebagai CEO di perusahaan nya dengan seorang wanita anak dari salah s...