18¦ ⏳°‧ٓ✧

278 52 4
                                    

"Sejak saat itu, Jaehyun jadi lebih normal."

"Hah? Lebih normal maksudnya gimana??" Eunha mengernyit kebingungan, begitu pula yang lain. "Gatau ini Cuma perasaan gue atau kalian merasa hal yang sama tapi Jaehyun berubah sejak dia pacaran. Dia jadi lebih.. lebih apa ya, gue susah jelasinnya."

"Jadi lebih.. berperasaan?" Mina menerka. Lalu Lisa menjentikkan jarinya, "ya! Itu maksud gue. Dia jadi lebih kelihatan emosi, bukan maksudnya marah-marah. Maksud gue, ekspresi dia jadi lebih luas, lebih banyak, lebih ekspretif dibanding sebelum pacaran yang kayak robot, cuma otak dan otot doang yang kerja." Lisa menjabarkan. Lalu yang lain mengangguk.

"Iya juga sih. Gue dulu kan hobi nongkrong bareng Dokyeom, Jaehyun sama Mingyu dan bener kok, Jaehyun kayak orang tolol. Tatapannya kosong, kayak mati rasa, ga banyak berekspresi. Gue sempet mikir Jaehyun introvert tapi ga mungkin soalnya dia hobi ngobrol kok, cuma ya gitu.. omongannya serasa hambar, ga ada perasaan di ucapannya," Yuju menambahkan. 

"Mungkin emang anaknya cool gitu kali??" Rose ikut berbicara. "Enggak cool juga kok Rose. Lo dulu pas kenal Jaehyun, ga ngerasa dia tipe cool boy kan?" Eunha bertanya pada Rose, yang ditanya hanya menggeleng pelan.

"Yah.. siapa tau gara-gara dia jatuh dan patah hati, karakternya jadi berubah? People always change, right? Ga ada yang bisa jamin tiap orang akan tetep sama seiring berjalannya waktu." Mina menutup sesi ghibah mereka dengan kalimat bijaknya. Mereka pun kembali ke kamar masing-masing dan beristirahat. Hari ini adalah hari yang panjang untuk mereka. Semua orang di markas harus mendinginkan kepala dan menghilangkan ego.

   Hujan mengguyur markas malam ini. Titik demi titik air turun dengan cepat seolah tak sabar untuk menghantam permukaan bumi. Suaranya menenangkan, namun suasana yang dibawa hujan terkadang tak seindah suaranya, selalu ada cerita biru dibalik rintik hujan. Salah satunya Jaehyun, pria yang terjaga ini tidak berada di kamar melainkan di teras. Matanya memandangi pohon yang ada di bagian halaman berumput mereka, memperhatikan betapa kokohnya tanaman itu dihantam air hujan bertubi-tubi. Hujan membawa pikirannya melayang tak karuan, memutar ulang kejadian tadi siang dengan bulan purnama. Tepat pukul 2 siang tadi, saat mereka berniat memperbaiki jam dunia agar semesta tidak kebingungan dan kembali ke jalur seperti semula, kemunculan ayahnya membuat jantungnya berdetak dua kali lebih kencang. 

  Fakta tentang ayahnya adalah dalang dari kekacauan dunia sukses membuat tubuhnya goyah, kakinya seolah tak mampu menahan tubuhnya lagi. Separuh dirinya terkejut, separuhnya lagi menyesal. Kenapa ia menolak tawaran ayahnya untuk meminum air saat itu? Jika ia meminumnya, hanya dia yang akan berevolusi, dunia akan tetap tenang.

"Hei." Sapaan lembut itu membuyarkan seluruh pemikiran kusutnya. Jaehyun menatap mata lawan bicaranya, matanya sangat jernih dengan kilau bintang yang memantul di netra gadis itu. Cantik, ia tersenyum. Sudah lama ia tidak merasakan hal ini semenjak Jiho, mantan pacarnya yang mati mengenaskan hilang dari bumi ini. Pergi, tanpa mengucapkan salam perpisahan. Lalu takdir menemukannya dengan manusia tersesat ini, mempermainkan perasaannya, membuat kupu-kupu di perutnya beterbangan lagi setelah sekian lama.

"Kenapa belum tidur?" Tanya gadis secantik putri kerajaan itu. Jaehyun tersenyum sejenak, lalu menatap langit, tiba-tiba berubah menjadi senja yang cantik, padahal waktu menunjukkan pukul 2 subuh. Melihat langit membuat memorinya tadi siang terputar lagi, mereka gagal melaksanakan misi pertama mereka; memperbaiki jam dunia. "Gue kepikiran misi kita tadi aja. Gue jadi pesimis.." Jaehyun mengecilkan volume suaranya di kalimat terakhir. Rose menepuk bahunya pelan, "gapapa, kita masih belum terlatih aja."

"Yaudah sana tidur," Jaehyun berucap sambil mengusak puncak kepala Rose. "Gue udah tidur, ini udah bangun. Lo yang tidur." Jaehyun mengangguk paham, lalu beranjak dari duduknya. Kini tersisa Rose yang termenung setelah kepergian Jaehyun. Sekelebat pikiran mulai mencul di pikirannya.

***

"Gue mau pulang."

  Perkataan Jaehyun membuat seisi rumah terkaget-kaget. "Apa kata lo? Pulang?? Pulang ke rumah profesor gila itu?!" Jungkook memekik. "Lo kenapa mau pulang dah??" Eunha bertanya. "Iya, udah aman juga lo disini. Kenapa mau keluar markas??" Timpal Yugyeom sambil mengunyah makanannya.

"Kalo kita mau ngalahin musuh, kita harus rusak tempat tinggalnya." Jaehyun berucap sambil menatap satu per satu temannya yang mengeluarkan ekspresi yang berbeda. Ada yang heran, marah, kebingungan, dan sedih. "Tapikan itu bahaya.." celetuk Rose pelan.

"Lagian kita bisa pergi bareng. Anggep aja simulasi perang," saran Yuju. Dokyeom mengangguk setuju, yang lain juga tampak setuju. "Ga, gue gabakal biarin kekacauan kemarin terjadi. Kalo kalian memang mau ikut, kalian harus siap fisik batin." Jaehyun berpesan. Lalu semuanya hening, kejadian kemarin cukup membuat mereka semua tertekan.

"Gue ikut."

  Setelah sunyi yang tercipta, suara seorang gadis menggema di telinga Jaehyun. "Gue ga ada masalah sejak kemarin, gue juga sehat. Jadi, gue bisa ikut kan?" Rose berucap yakin. Semua orang diam, tak mau menimpali perkataan gadis itu. Jaehyun menghela nafas, "enggak Rose, maaf. Gue gabisa bawa lo ke dalam masalah."

  Rose pun menunduk kecewa. Lisa mengusap punggung gadis itu. "Menurut gue, at least ada orang yang nemenin lo. Kalo lo luka, seenggaknya ada orang yang bisa bawa lo kabur. Gue rasa dengan Rose yang ikut itu keputusan yang baik." Yuju berucap. Yang lain mengangguk.

"Hahh, yaudah. Tap─"

"Ah lo mah giliran cewe cantik dibawa, gue kagak diajak." ─Jungkook

"Gatau tuh si Jae. Males banget." ─Bambam

"SATU IKUT, IKUT SEMUAAA!!" ─Eunha

"Pergi nya sesuai tim, jangan lupa gue leader disini."

  Jihyo tiba-tiba keluar dari ruang operasi dengan kondisi baik-baik saja. Tak tampak seperti orang yang sadar setelah sekarat, segar bugar. "J-Jihyo?!" Eunwoo yang sedari tadi diam langsung memanggil nama gadis itu. "Halo bestie, gue baik-baik aja nih." Jihyo menatap wajah temannya, semuanya tampak kaget.

"Oke, berhubung semua kepengen keluar dan Jaehyun cuma ngajak Rose, gue putuskan untuk keluar sesuai tim yang udah kita sepakatin kemarin. Gimana setuju nggak?" Jihyo kembali angkat suara. Semua langsung memekikkan satu kata yang sama secara bersamaan, "SETUJUU!!!"

***

"Ok, Alpha team. Ready?" Jungkook berucap didepan komputer, mengatur titik koordinat tujuan mereka. Alpha team ada di ruangan lain, mereka berkomunikasi dengan saluran telepon seperti biasa.

"Ready." Ujar mereka semua.

"Kalian akan respawn dalam hitungan 3.. 2.. 1.."

Lalu semua terasa tak asing saat Rose melihat bangunan rumah profesor Claudius. Tak berubah sedikitpun dan masih sama seperti di tahun 2020.

-T.B.C-

jejejeng~ akhirnya terungkap karakter profesor Claudius adalah dosennya Rose alias profesor Dongwook

Masi inget ngga sie sama prof. Dongwook?? Di chapter awal ada beberapa plot yang ku tampilin sksksk, okedee sampai disini dulu yaa! Jangan lupa VOMMENT kalau kalian suka sama book ini, and yes, see you when i see you

TIME HUNTER | 97l ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang