04. The Client

120 18 38
                                    

Semalam, calon client Silvanna memastikan jadwal pertemuan mereka melalui pesan singkat. Dan siang ini, Silvanna datang ke tempat yang sudah dijanjikan. Sebuah kafe di tengah kota Lumia. Dari tempat janjian, Silvanna sudah bisa menduga kalau sang client bukan orang sembarangan.

Meski terlihat mahal, kafe ini cukup ramai di jam makan siang, hingga Silvanna kesulitan mencari tempat duduk. Ketika menemukan satu tempat kosong di tengah ruangan, ia langsung mendudukinya.

"Mau pesan apa, Kak?" tanya sang waiters ketika Silvanna sampai di sana.

"Mm, nanti saja. Saya masih mau tunggu teman," sahut Silvanna.

"Baiklah, kalau sudah menentukan pesanan, silakan panggil kami." Pramusaji itu menyerahkan buku menu pada Silvanna lalu pamit setelah mengangkat perabotan kotor dari meja yang kini ditempati Silvanna.

Berselang lima menit, Silvanna terkejut ketika ada seorang cowok yang tiba-tiba menempati bangku di depannya. Mereka sama terkejutnya saat berhadapan.

"Hey, suruh siapa lo duduk di situ?" sinis Silvanna.

"Sory, soalnya belum ada tempat duduk yang kosong lagi," sahut pria itu.

Silvanna memasang muka selidik. Sepertinya tampang cowok itu tidak asing di matanya. Begitu juga dengan cowok berjas hitam itu yang menatap selidik ke arah Silvanna.

"Lo bukannya...." Silvanna mengingat-ingat. "Om-om yang anaknya di klinik tempo hari, kan?!" sahut Silvanna sambil melotot.

"Sembarangan. Gue nggak setua itu!"

"Ngapain jam segini ada di sini? Jemput putri lo sana! Nanti kenapa-kenapa lagi!"

"Udah deh, Lova ada yang jemput." Cowok itu menjawab lalu memanggil pramusaji.

Benar-benar kehilangan selera! Silvanna ingin cepat-cepat pergi dari sana kalau saja tidak ingat ada pertemuan siang ini.

"Dia ke mana lagi, ah!" Silvanna merogoh saku jaketnya yang digantungkan di sandaran kursi di sampingnya.

Pria itu memperhatikan logo di jaket hitam milik Silvanna. Di sana tertera logo bertuliskan Rider Angel.

"Sebentar, lo dari Rider Angel?" tanya pria itu tiba-tiba.

"Kenapa?"

Pria itu tercekat melihat kegalakan Silvanna.

"Gue client lo, yang minta orang buat penyelidikan."

Silvanna melotot tak percaya. "Masa?" Tampang selidik Silvanna kembali muncul. Ia memperhatikan pria itu dari pakaian yang rapi hingga model rambut yang menurutnya sedikit aneh. Berwarna pure hitam beraksen putih mirip uban.

"Kalo nggak percaya, coba hubungi nomor gue!" titahnya.

Silvanna segera mencari kontak klien yang terakhir menghubunginya. Tak lama kemudian, ada suara handphone berdering. Pria itu mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan deretan angka yang muncul di layar ponselnya.

"Ini nomor lo, kan?" tanya pria itu.

Mendadak Silvanna tercekat. "Oh... M-maaf, Tuan." Sikap Silvanna berubah seratus delapan puluh derajat ketika mengetahui kalau pria itu adalah klien barunya. "Saya tidak tahu."

"Kenapa mendadak berubah sikapnya?"

"Karena prinsip Rider Angel, seberapa menyebalkannya seorang klien, dia adalah raja yang harus dilayani dengan baik oleh kami," jelas Silvanna singkat.

"Oke, sekarang kamu kita pesan makanan dulu setelah itu membicarakan job yang akan saya berikan."

"Baik, Tuan."

Rider AngelTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang