I Hope Dawn on You

512 55 14
                                    

Hiii my dear reader~ Tooru is baaaackk!!!

Tapi kali ini dengan my 2D fandom, I'm an otaku after all huehe

This is my fisrt GoYuu fanfiction uh huh ><

Enjoy~ stay healthy and happy everyone!!

.

.

.

Matahari telah berpulang, gerak manusia semakin tergesa, namun Itadori Yuuji masih menetap di tapak kakinya di depan pintu kamar pemeriksaan salah satu rumah sakit di kota Tokyo. Ada beberapa alat yang berbeda bentuk -meski dengan fungsi yang sama di genggaman tangan pemuda bersurai serupa arumanis itu. Yuuji masih termangu, menatap alat-alat yang kini sudah memberikan hasil yang serupa, hasil yang lebih jelas sejelas ketakutannya. Masih syok dan tidak tahu harus berbuat apa.

Ada satu garis merah yang muncul gamblang, dan yang lainnya samar di masing-masing alat yang ia genggam. Tidak mungkin tidak ada yang tidak tahu artinya, kan?

Yuuji tidak mengira rasa penasaran Ieiri Shoko akan pengamatan perubahan kesigapan dan sirkulasi aliran darah diwajahnya berujung dengan hasil seperti ini, mungkin intuisi seorang dokter. Dokter muda itu sudah berjanji untuk tidak menyebar informasi kepada siapapun, termasuk teman baik si dokter Wanita itu. Tapi tetap saja, bukan itu masalahnya sekarang.

Akhirnya tubuh yang masih dalam masa pertumbuhan milik Yuuji merosot ke bawah, membebankan seluruh tubuhnya pada kedua kaki bagian depan, berjongkok Lelah sambil mengacak surai arumanis miliknya. Bahkan di 16 tahun hidupnya, Yuuji berpikir bahwa ia dilahirkan dengan fisik dominan yang kuat, ketahanan tubuh bak monster, tinjunya pun bahkan menyaingi Toudou. Karena fakta yang paling mengejutkan baginya saat ini adalah -ia ternyata seorang carrier. Andai saja Yuuji tahu fakta tersebut lebih awal, mungkin hal seperti ini tidak akan pernah terjadi.

Itadori Yuuji, 16 Tahun, seorang carrier, dan saat ini di perutnya ternyata sudah terdapat janin. Usia 9 minggu kata Shoko. Dan ayah dari bayi tersebut-

Lamunan Yuuji tersentak saat ponselnya berdering, ia merogoh saku celananya -yang artinya ia harus berdiri -untuk melihat siapa yang memanggil. Hanya ingin tahu, Yuuji belum mau berbicara kepada siapapun saat ini jadi ia menunggu sampai dering ponselnya berhenti. Tepat setelahnya dering yang lebih pendek berbunyi dua kali, sebuah -beberapa pesan. Dengan desahan Panjang yang tampak penuh beban, Yuuji mengakhiri sesi terkejutnya dan melanjutkannya dengan berpikir. Tapi sebelum itu, ada perut seseorang yang perlu ia isi. Jadi ia bergegas keluar dari rumah sakit untuk pulang sambil nanti mampir sebentar untuk membeli bahan makan malam.

.

.

.

Ketika tubuhnya ia bawa masuk ke dalam basement tempat beberapa bulan ini ia - ikut – menetap, Yuuji menemukan sang empu tempat tengah duduk setengah berebah di atas sofa. Satu kakinya berselonjor di sofa sedangkan yang lainnya dibiarkan jatuh mengenai karpet dengan hanya menggunakan kaus polos berwarna putih dan celana tidur. Yuuji menebak, pemilik rumah itu sudah akan naik ke tempat tidur kalau saja ia tidak segera pulang.

"Tadaima.."

"Okaeri, Yuuji.. kenapa lama sekali? Aku sudah mengantuk"

"Ini masih jam makan malam, sensei. Kita harus makan malam dulu, aku sudah membeli bahan untuk membuat kari"

"Kari?" pria yang Yuuji sebut sensei itu wajahnya mengerut, bukan berarti ia tidak suka kari buatan Yuuji, tapi anak itu jarang sekali membuat masakan dengan menggunakan bahan instant, pikirnya. Rambut perak nya ia usap kebelakang sambil menerka-nerka, hal apa yang membuat Itadori Yuuji -yang memiliki energi sebenderang surya -tiba-tiba redup, seperti ada yang menekan tombol off.

Dawn's Pink LightTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang