The Truth (2)

75 10 0
                                    

disclaimer : saya gak berhak apapun atas tokoh di sini, murni cuma jalan ceritanya
warning : penganut seungmin uke tolong jangan salah lapak, ada crack pair juga, mohon bersabar ya :)

☁️ . . .

"Halo Hyunjin ?" pemuda itu segera mendekatkan ponsel ke telinganya. "Dahyun nuna ?" dia mendengar suara kekehan gadis itu. "Iya ini Kim Dahyun, kau sibuk ?" tanyanya sopan. "Jangan kaku begitu nuna, aku... lumayan santai sih, kenapa ?" balasnya.

"Seungmin meminta agar aku mengajakmu pergi liburan seminggu ke Eropa karena dia ada pekerjaan kantor, aku juga rindu adikku yang ini, gak masalah kan ?" bujuknya. Hyunjin tampak menimang sebentar, lalu menoleh ke Minhyun untuk meminta izin.

"Eropa ? Boleh, tapi berapa lama ?" tanya sang kakak. "Berapa lama kak ?" tanya Hyunjin lagi. "Cuma seminggu termasuk perjalanan dan pulang" tutur Dahyun.

"Itu cuma sebentar, nanti bar bisa diurus anak magang kok" putus Minhyun. "Baik kak, aku bisa ikut dan sudah di izinkan" suara Hyunjin terdengar riang. "Baiklah kalau begitu sampai jumpa hari Sabtu" ujar Dahyun sebelum menutup telepon.

"Dia jadi kakak kedua mu ?" kekeh Minhyun melihat ekspresi kegirangan adiknya. Hyunjin mengangguk antusias. Minhyun memang orang cerdik, tapi Dahyun yang berkedok agen rahasia bisa menipunya dengan kata-kata yang dia ucapkan.

Sehingga dengan mudahnya Minhyun pikir Dahyun bukan orang yang berbahaya meskipun dekat dengan Hyunjin. Sama halnya dengan Seungmin, mereka berdua sangat bersahaja dan tidak mencolok sama sekali kepribadian maupun penampilannya. Penyamaran yang seakan tanpa celah.

[]

"Kalian jangan berisik, bagaimana aku mau mulai prosesnya ?!" Jacob melontarkan kekesalannya lagi. "Maaf hyung, ada gangguan sedikit tadi" Juyeon mewakili yang lain akhirnya memutuskan diam dan berhenti berteori.

Haknyeon mengerjapkan matanya saat melihat sesuatu di saku baju pemuda itu. Sebuah kartu nama. "Hyung" bisik Haknyeon pada Jacob. Jacob mengambilnya dengan sangat perlahan. Mungkin Eric bahkan tidak menyadarinya sedikitpun.

Juyeon menegakkan tubuh pemuda itu. Haknyeon mendekatkan ujung jari Eric agar sidik jarinya mengenai permukaan kartu nama. "Aku permisi ke ruanganku lagi, hyung dan teman teman" Kevin sangat cepat memahami situasi dan segera mengamankan kartu itu.

Tujuan awal Jacob sebenarnya gagal karena anak itu tidak terlalu kuat menahan efek bius. Dia pingsan total. Tidak bisa diajak berinteraksi. Tapi tidak patut jika Jacob menyalahkan Juyeon karena dengan ini mereka mungkin lebih leluasa lagi menggeledah informasi lain atau barang yang bisa jadi petunjuk.

"Kita bawa sekarang dia, ke taman atau entah kemana, aku akan menghadap bos dulu untuk meminta surat pemecatan bocah ingusan ini" ujar Juyeon.

"Ini sangat berbahaya, apa kita minta tolong Chanhee dan Changmin hyung ?" tukas Haknyeon. "Mereka yang akan berjaga" Jacob menggeleng. "Kita tunggu perintah bos saja kalau soal penyelidikan" keduanya menunggu Juyeon.

"Cepat sekali, apa kata bos ?" tanya Jacob. "Tadi aku sempat memotret kartu nama itu dan menunjukkannya, bos bilang dia tau soal pemilik kartu nama, tinggalkan anak ini di suatu tempat bersama surat pemecatan" Juyeon memamerkan map besar berwarna coklat. "Baiklah, hati-hati di jalan kalian berdua" ujar Jacob menutup pintunya dan kembali menyibukkan diri.

[]

Sementara itu Nayeon...
"Hyunjin ?! Hwang Hyunjin ?!" Nayeon histeris setelah dikabari Dahyun soal keberangkatan mereka ke Eropa. Dia tidak masalah tapi, Hyunjin itu adalah anaknya yang sudah lama hilang.

Beberapa tahun lalu, Hyunjin tinggal dengan orang tuanya. Semuanya terasa lengkap dan menyenangkan sekali. Hingga suatu hari rumah mereka mengalami kebakaran hebat. Suami Nayeon tidak bisa menyelamatkan diri. Mereka akhirnya ditampung oleh keluarga yang masih tetangga dekat Nayeon.

Suatu pagi Nayeon harus pergi ke sumur untuk mengambil persediaan air. Namun, dia tidak pernah kembali lagi. Hyunjin kecil sangat ketakutan, dia kehilangan keduanya. Ditambah lagi sang ibu entah ada dimana.

Ada hal yang tidak diketahui Nayeon, bahwa salah satu tetangganya menghubungi Minhyun dan menitipkan Hyunjin padanya. Karena lebih baik jika saudara sendiri yang mengurus, bukan orang lain.

Nayeon membuka mata dan yang dia lihat hanya jendela. Pemandangan di luar sangat gersang. Dalam hati dia sangat panik. Seseorang membuka pintu, Nayeon ingin sekali mengumpat padanya. Namun mulutnya seakan terkunci.

Nayeon tersadar dan kembali ke masa sekarang. "Kau jahat sekali, sampai harus menculik dan mengajakku menikah" tatapannya yang sendu tertuju pada sebuah foto pemuda yang bernama Suho. "Aku tidak bisa memaafkanmu, satu-satunya hal baik sebelum kau meninggal adalah tidak melukaiku, dan aku menghargai rumah pemberianmu ini, terima kasih dan maaf, tapi aku membencimu" Nayeon tertunduk dan mengepalkan tangannya.

Sudah sekian tahun tapi Nayeon belum bisa ikhlas. Dia juga sangat merindukan anaknya. Tapi tidak tau caranya menyampaikan kerinduan seorang ibu. Hyunjin mungkin bahkan melupakannya. Tapi bagi Nayeon itu tidak penting. Dia ingin pergi dari rumah yang terasa seperti neraka. Bersama dengan anak semata wayangnya yang manis. Tanpa sadar Nayeon kembali menangis lagi.

[]

#TBC
Plot twist banget gak tuh ??
Author gak berniat spoiler tapi berhubung peran Nayeon udah terungkap, siapin tisu karena kalian bisa aja nangis beneran bacanya
beberapa chapter ke depan bakal menguras air mata
Semoga aja feelnya ngena ya :')

seperti biasa jangan lupa vote dan komen
see you in next chapter!!

You're My Destiny Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang