-25-

2.4K 170 5
                                    

Gemma tidak tahu mengapa dirinya merasa sangat gelisah pada Sabtu siang yang cerah itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gemma tidak tahu mengapa dirinya merasa sangat gelisah pada Sabtu siang yang cerah itu. Matahari berdiri tegak di atas kepala, membuat rambutnya nampak lebih merah daripada seharusnya. Namun angin sepoi membelainya lembut, membuatnya merasa lebih seperti berada di salah satu pantai di Lombok daripada di depan pintu rumah orang tuanya. Matanya memicing ke arah pintu ganda berwarna putih. Seakan dengan begitu, pertanyaan demi pertanyaan yang ada di kepalanya bisa terjawab begitu saja.

Apa yang Biru lakukan disini?

Bagaimana bisa ia berinisiatif mengunjungi Bapak Ibu tanpa bertanya dulu?

Dan yang lebih penting lagi:

Apa tanggapan Bapak dan Ibu?

20 menit yang lalu Biru menuliskan pesan, memberitahunya bahwa ia akan meminta restu kepada kedua orang tuanya. Gemma membalas pesan itu dalam sekejap, meneleponnya berkali-kali ketika lelaki itu tak kunjung membalas satupun pesannya, kemudian meninggalkan BiB karena ia tak sanggup lagi menahan kekesalannya terhadap keputusan sepihak Biru.

Gemma tidak ingat pernah memberitahukan alamat rumah orang tuanya pada Biru, sehingga ia mengira itu hanya bualan. Namun rasa kalut tidak mau merayap pergi dan ketika dilihatnya mobil Biru telah terparkir rapi di depan rumah Bapak dan Ibu, hatinya mencelos.

"Tumben, Mbak, nggak nelpon dulu kalo mau kesini." sapa Pak Rahmat. Alisnya yang separuh memutih memberengut keheranan.

"Tiba-tiba pengen kesini aja, Pak." jawab Gemma diplomatis, "Bapak Ibu lagi ada tamu?"

"Iya, Mbak. Tadi ada Mas—sopo jenenge yo," jari-jari keriput Pak Rahmat menggosok pelan pelipisnya.

"Biru bukan, Pak?"

"Nah iyooo, Mbak. Mas Biru." wajahnya mendadak cerah, "Temennya Mbak to?"

Belum sempat Gemma menjawab pertanyaan Pak Rahmat, sosok Ibu berdiri di depan pintu rumah, memanggil namanya. Dan ketika berlalu menghampiri, ia dapat mendengar Pak Rahmat bergumam, "Konco opo pacare yo? Ngguanteng tenan."

Ibu mengelus punggung Gemma dan mencium kepalanya, sebelum akhirnya menggiringnya masuk ke ruang tamu.

"Kamu udah sreg belom sama dia?" tanya Ibu dengan senyum menggoda.

"Belum yakin 100% sih sebenernya, Bu. Tapi Biru nggak keberatan untuk kasih Gemma waktu sampai siap." jawab Gemma sambil berjalan lambat, "Biru cuma pengen meyakinkan bahwa hubungan ini ada tujuannya."

"Ganteng gitu sih ya, pantes kamu nggak bisa nolak." Ibu cekikikan.

Gemma menunduk malu sementara Ibu hanya tersenyum dan saat mereka sudah melewati pintu depan, Biru sedang duduk di sofa ruang tamu, mengenakan kemeja biru langit dan celana hitam kain. Walaupun tidak sedang mengajar, namun rambutnya tetap terlihat rapi menggunakan pomade. Di depannya, duduk Bapak yang tengah serius memperhatikan apapun yang tengah dibicarakan Biru.

Silver Lining ✅ END ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang